Rencana Richard

979 Words
"Atau apa Althaf?" tanya Stefani. Althaf memejamkan matanya. Sulit sekali baginya untuk membuat keputusan ini. Namun, dia tidak ingin lagi terus-terusan digantung oleh wanita itu. Dia berharap, Stefani mengikuti kemauannya untuk segera menikah. Apalagi, di kondisinya seperti sekarang ini, dia sangat membutuhkan support seorang istri. "Kita akhiri hubungan kita sampai disini," putus Althaf. Wanita cantik itu memekik girang dalam hati. Akhirnya, dia bisa terbebas dari lelaki cacat ini, dengan mudah. "Maafkan aku sayang. Dengan berat hati, aku tetap pada pendirianku. Seandainya, saat aku kembali kamu belum memiliki istri, aku pasti akan mau menikah denganmu. Selamat tinggal sayang," ucapnya seraya mencium kedua pipi sang kekasih. "Padahal, aku sudah bersabar menunggunya. Namun, apa balasannya? Hanya kekecewaan saja," gumam Althaf. Lelaki itu terdiam. Sakit di hatinya karena tidak dianggap oleh sang kekasih terasa begitu perih. Semua keinginan Stefani selalu dia utamakan, bahkan dia berseteru dengan sang mama demi bisa bersama Stefani. Akan tetapi, semua hanya sia-sia. Stefani tetap pada pendiriannya yang hanya mementingkan karir dan karir. Tak lama, datang dokter Nico dan juga perawat untuk memeriksanya. "Ada yang dikeluhkan Tuan?" tanya Nico. Althaf hanya diam. Dia sama sekali tak merespon apa yang di ucapkan oleh dokter dan juga perawat itu. Nico melirik perawatnya. Sementara yang dilirik hanya mengedikkan bahunya saja. Setelah melakukan tugasnya, Nico dan perawat itu pun pergi meninggalkan ruangan Althaf. Lelaki itu pun kembali mengamuk dan membuang semua yang ada di sana. Bahkan makanan yang baru saja dikirim oleh perawat pun dilempar olehnya hingga mengenai tubuh perawat itu. Perawat itu pun memanggil dokter Nico. "Dok, pasien itu mengamuk lagi. Lihat! Lelaki itu bahkan melemparkan makanannnya pada saya," lapor perawat itu seraya menunjuk badannya. Nico lalu mengajak Fira yang saat itu baru saja datang ke kamar lelaki itu. "Eh, Nico, ngapain aku ditarik-tarik begini?" omel Fira. "Fir, kamu mesti tolongin aku. Pasien kamu mengamuk lagi," ujar Nico. "Bukannya kemarin sudah baikan, kenapa sekarang malah marah lagi?" tanya Fira. Nico mengedikkan bahunya. Mereka lalu berjalan menuju ke kamar VVIP. Fira dan Nico hanya geleng-geleng kepala melihat kekacauan yang lelaki itu buat. Fira melipat tangannya di d**a, sambil menatap tajam lelaki itu. Sementara Nico, dia menyuruh perawat untuk membersihkan kembali ruangannya. "Kenapa Anda membuang semua makanan ini? Tidakkah Anda tahu, banyak orang yang harus mengais-ais sampah demi bisa mendapatkan makanan. Sementara Anda, tinggal makan saja pakai ngamuk segala," omel Fira dengan wajah garangnya. Lelaki itu menatap Fira sekilas, kemudian kembali menatap jendela. Dia seolah tidak peduli dengan apa yang diucapkan oleh Fira. Althaf pun kembali pada dunianya. Melihat lelaki itu hanya diam membuat Fira kesal setengah mati. "Tuan, jangan bertindak seenaknya. Anda harus mengganti piring dan gelas yang Anda pecahkan tadi," sungut Fira sambil memajukan bibirnya. Tak ingin lagi mendengar ocehan wanita di hadapannya. Althaf lalu mencari dompetnya. Untungnya, dompet dan juga handphone miliknya masih ada. Lelaki itu kemudian menyodorkan kartu warna hitam miliknya, kemudian menempelkannya di d**a Fira sambil sedikit meremasnya. Mata Fira membola melihat kelakuan pasiennya yang dia rasa kurang ajar. "Anda!! Rasanya, dia ingin memukul lelaki m***m di hadapannya ini. Seenaknya saja menyentuh da*anya. Meski sudah melakukan tindakan yang sedikit vulgar. Namun anehnya, tak ada tatapan m***m yang terpancar di wajahnya. Ekspresi Althaf tetap datar. Nico pun mengambil kartu hitam yang jatuh tadi. "Pinnya berapa Tuan?" tanya Nico. Lelaki itu kemudian mengetikkan pin kartu hitam miliknya pada handphone kemudian menunjukkannya pada Nico dan Fira. Nico tersenyum licik. Dia lalu mengajak Fira yang hendak memarahi lelaki itu. "Sudah, tidak usah marah, lebih baik, kita kuras saja uangnya," ujar Nico. "Aku tidak mau. Kamu saja yang melakukannya. Aku tidak kekurangan uang hingga harus mengambil uang milik orang lain," ketus Fira lalu pergi meninggalkan sahabatnya. Fira terus saja menggerutu sepanjang jalan. "Awas kamu, aku kerjain baru tau rasa," kesal Fira. Wanita itu pun kembali ke ruangannya. Nanti siang, dia akan membalas perbuatan lelaki itu yang berani-beraninya m***m padanya. Di belahan bumi lainnya. Seorang lelaki tengah mendengarkan laporan dari anak buahnya tentang perkembangan istri dan anaknya di Indonesia. Sejak Tuan Yakuza meninggal, Richard lah yang menggantikan memimpin organisasi mafia milik mertuanya. Dia sudah memiliki kuasa saat ini. Maka dari itu, dia mulai mencari istri dan juga kedua putranya. "Bagaimana?" tanyanya. "Aman Bos. Semua lelaki yang ingin mendekati Nyonya sudah kami buat menjauh dengan sendirinya," jawab anak buahnya. "Bagus, kamu awasi terus mereka. Pastikan, tidak ada lelaki yang mendekati istriku," titah sang majikan. "Siap Bos," jawab sang anak buah. Setelah menutup teleponnya, lelaki itu pun tersenyum menyeringai. Sebentar lagi, dia akan kembali. Dia berharap, dia bisa kembali merajut kasih bersama istri dan juga kedua putranya. Tak lama, sang istri masuk ke dalam ruang kerjanya. Wanita berperut buncit itu tengah membawakan teh hangat untuk suaminya. "Diminum Kak," ucapnya. Lelaki itu hanya mengangguk. Dia kembali fokus pada laptop yang ada di hadapannya. Melihat sang suami yang masih sibuk membuat wanita itu pun ingin keluar dari sana. "Mya, tunggu!" ucapnya. Wanita hamil itu pun membalikkan tubuhnya. "Ada apa Kak?" tanya Mya. "Duduklah! Ada yang ingin aku bicarakan," titah Richard. Mya pun duduk di hadapan sang suami. Setelah memastikan istrinya duduk dengan tenang. Richard pun mulai mengungkapkan keinginannya. "Mya, kamu kan tahu kalau aku menikahimu hanya sebatas bentuk tanggung jawab," Richard menjeda kalimatnya. Deg Jantung Mya seolah melompat keluar. Apa maksud ucapan suaminya? Mereka sudah 5 tahun membina rumah tangga. Tidak ada masalah dalam kehidupan rumah tangannya. Namun, mengapa suaminya berkata seperti itu. "Maksud Kakak apa?" tanya Mya dengan raut wajah bingung. "Minggu depan, aku akan kembali ke Indonesia. Aku akan kembali pada istriku, kemudian menikahinya kembali. Kalau kamu masih ingin menjadi istriku, kamu harus menerima dia menjadi adik madumu," ucap Richard. Duar Ucapan Richard bagai petir yang menyambar di siang bolong. Sudah hampir 5 tahun mereka bersama, apakah kebersamaan yang mereka lalui tidak berarti apapun? Padahal, Mya sudah berusaha menjadi istri yang baik bagi Richard. Namun, tetap saja, lelaki itu masih belum bisa melupakan cinta pertamanya. "Kalau tidak?" tanya Mya "Kalau tidak … kamu pasti tahu apa jawabannya."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD