Kedatangan Lelaki Misterius

1163 Words
"Katakan Dokter! Bagaimana cara mengatasinya? Aku tidak mau seumur hidup menjadi pria yang tidak berguna karena tidak mampu memu4skan istriku," tanya Althaf dengan wajah ketakutan. Fira sebisa mungkin menahan tawanya. Dia ingin menikmati wajah cemas dan panik pria arogan ini. "Kasihan sekali wanita yang akan menjadi istrimu nanti. Dia yang sudah bergelora, sementara kamunya letoy. Tak bisa kubayangkan betapa frustasinya istrimu," celetuk Fira dengan wajah serius. "Dokter, jangan menakutiku. Sekarang, katakan! Apa yang harus aku lakukan supaya aku tidak kehilangan fungsiku sebagai laki-laki?" tanya Althaf frustasi. Sumpah, kalau Fira tidak ingat sandiwara yang harus dia mainkan, rasanya, dia ingin tertawa sambil guling-guling melihat wajah pucat dan frustasi Althaf. "Makanya, seminggu sekali, Anda harus melakukan fisioterapi di rumah sakit. Nanti, di sana akan ada terapis profesional yang membantu Anda. Karena, kalau hanya dirawat di rumah, itu tidak akan maksimal," jelas Fira. "Baiklah, Dokter atur saja jadwalnya. Aku akan ke rumah sakit. Namun, aku tetap mau Dokter yang mendampingiku, aku tidak mau yang lain." Fira hendak menyela, tapi sudah dipotong kembali oleh Althaf. "Soal gaji, kalau kurang, pasti aku tambah. Dan aku tidak menerima penolakan, atau aku akan menjadikanmu istriku karena kamu tidak mau membantuku," ancam Althaf. Mata Fira membulat sempurna. Mulutnya menganga tak percaya dengan ancaman lelaki di hadapannya ini. "Enak saja mau menjadikanku istri. Aku tidak mau ya punya suami yang le-toy seperti kamu," ucap Fira setengah meledek Althaf. Sebenarnya, Fira tidak bermaksud menghina Althaf, hanya saja, dia tidak suka jika ada orang yang tiba-tiba mengajaknya menikah. Sementara itu, Althaf mengepalkan tangannya. Dia tidak rela diremehkan oleh Fira. Dia bersumpah, akan membuat Fira bertekuk lutut di hadapannya. "Awas kamu dokter! Tunggu pembalasanku. Setelah ini, kamu pasti akan mengejar-ngejar diriku." Fira pun merapikan peralatannya, pemeriksaan hari ini sudah selesai. Besok, dia akan menjadwalkan Althaf di klinik fisioterapi. "Baiklah Tuan, saya pamit dulu. Besok, saya tunggu Anda di rumah sakit. Jam nya nanti saya infokan lagi," ucap Fira. Althaf hanya diam. Dia masih kesal dengan ucapan Fira tadi. Setelah membawa Althaf ke dalam kamar, Fira pun pamit. Dia tidak ambil pusing dengan kediaman lelaki yang menjadi pasiennya. Sesampainya dia di rumah, dua bocilnya sudah menunggunya di depan pintu sambil berkacak pinggang. "Mama dari mana? Kenapa pulang telat lagi?" protesnya. Fira merebahkan tubuhnya di sofa. Wanita memejamkan matanya sambil berkata, "Mama tadi habis periksa Om lumpuh yang sekarang menjadi pasien Mama." "Terus, menurut pendapat Mama gimana?" tanya Zayn. "Ya nggak gimana-gimana Zayn. Yang ada, Mama kesel sama dia. Masa dia ngancam, kalau Mama nggak mau jadi dokter pribadinya. Dia bakal nikahin Mama," cerita Fira dengan wajah bersungut kesal. Dua bocil ini langsung tersenyum menyeringai. Mereka memang sudah menargetkan Althaf untuk menjadi ayah sambungnya setelah dia menyelidiki latar belakang lelaki itu. Kalau kalian tanya darimana si kembar bisa tahu, tentu saja dari pamannya yang selalu mencekoki mereka dengan ilmu hackernya. Karena Adam dan Hawa tidak ada yang berminat sama sekali dengan dunia hacker, mereka lebih suka bertanya tentang dunia kedokteran dan pengobatan seperti Fira. Maka dari itu, Zafran menyuruh istrinya hamil lagi, dia ingin memiliki keturunan yang sefrekuensi dengannya. Namun sayang, Keiko tidak ingin hamil lagi. Baginya, memiliki 2 anak sepasang sudah cukup. "Mi, boleh nggak kalau Mami memeriksa Om lumpuh itu, kita ikut?" tanya Zayden. Fira memicingkan matanya. Dia harus waspada dengan ulah kedua putranya yang begitu terobsesi ingin dia menikah. "Kalian mau apa bertemu dengannya?" tanya Fira curiga. "Tidak ada, kami hanya ingin menjaga Mami saja, siapa tahu Mami butuh bantuan kami," alasan Zayn. "Tidak perlu, Mami bisa menjaga diri Mami sendiri. Jadi, lebih baik, kalian tunggu Mami di rumah saja, okee!!" tekannya. Dua bocil itu memanyunkan bibirnya, kemudian berlari ke kamar mereka. Fira menghela nafas panjang. Sebenarnya, Fira juga ingin mengabulkan permintaan mereka menikah lagi. Namun, dia masih mencari lelaki yang benar-benar tulus mencintainya. Bukan hanya nafsu sesaat seperti cinta Richard padanya. Keesokannya, Fira sudah menunggu Althaf di ruang fisioterapi. Lelaki itu datang bersama seorang lelaki tinggi gagah mendorong kursi rodanya. "Ayo Tuan, mari kita masuk," ajak Fira. Wanita itu pun ikut menemani Althaf. Jerit kesakitan Althaf terdengar saat terapis itu mulai terapi pertamanya. Fira jadi ngeri sendiri membayangkannya. Dia tidak bisa membayangkan betapa sakitnya kaki yang asal mulanya tidak bisa apa-apa, kini dipaksa untuk menahan beban. Fira jadi tak tega melihatnya. Wanita itu pun memutuskan menyudahi kegiatan terapinya karena tak sampai hati mendengar jeritan Althaf. "Kita pulang saja ya Tuan. Hari ini, aku free. Jadi, aku akan mengajak Tuan untuk jalan-jalan," ucap Fira. Wanita itu pun mendorong kursi roda Althaf. Dia lalu menghubungi kedua putranya agar menunggunya di taman kota. Fira sudah menyediakan sopir dan juga 1 orang bodyguard untuk menjaga kedua putranya. Jadi, dia tidak terlalu khawatir, kalau mereka ingin pergi kemana-mana. Mengingat, dia tidak memiliki banyak waktu untuk kedua buah hatinya. Sesampainya di taman, Althaf mengernyitkan dahinya saat melihat dua bocah sok kenal dan sok dekat itu tersenyum ke arahnya. "Ngapain dua bocah rese ini ada di sini? Apa mereka juga bermain di sini? Bisa gawat kalau aku disuruh kenalan sama mamanya. Ogah banget, pasti mamanya itu jelek, gendut dan kusam. Makanya dia sampai menawar-nawarkan mamanya padaku karena tidak laku," batin Althaf. Fira menunduk sambil merentangkan tangannya. Wanita itu pun mencium kedua pipi kiri dan kanan dua bocah tampan itu. Althaf semakin bingung. "Apa kedua bocah ini keponakan Fira? Atau jangan jangan ...?" "Hai Om. Kenalin, ini Mamaku? Gimana menurut Om?" tanya Zayn. Mata Althaf membola seketika, dia pikir, mama mereka ... kalau sama Fira, nggak pakai dijodohin Althaf juga mau. Siapa sih yang tidak suka dengan wanita cantik, seksi, dan juga pintar seperti Fira. "Zayn, jangan macam-macam!" hardik sang mama. "Maafkan putra saya Tuan, mereka terobsesi ingin memiliki Papa. Jadi, setiap pasien saya, selalu mereka jodohkan dengan saya," aku Fira dengan muka yang sudah merah padam. Dia malu, karena Zayn dan Zayden pasti sudah berniat menjodohkan dia dengan Althaf. "Tidak apa Fira. Namanya juga anak kecil. Dia butuh sosok ayah untuk menemaninya bermain dan juga belajar. Harusnya, kamu sedikit menurunkan egomu untuk membahagiakan mereka," ucap Althaf bijak. Fira hanya diam. Sebenarnya, dia juga ingin menikah. Namun, mau bagaimana lagi, dia belum merasa klop dengan orang orang yang datang padanya. "Oke, sekarang, kalian boleh main sepuasnya. Mami akan temani kalian dari sini," ujar Fira. Althaf mengkode bodyguardnya untuk mendekati si kembar. Lelaki gagah itu pun mengangguk kemudian berlari bermain bersama si kembar. Fira pun duduk di hadapan Althaf. Dia mencoba mempraktekkan apa yang dia terapkan pada mendiang Omanya. "Tuan, dulu, Oma saya terkena stroke. Saya rutin memijatnya di bagian sini," tunjuknya pada telapak kaki Althaf. "Nah, kita akan coba, apakah ini juga berhasil untuk Tuan? Karena Oma saya sembuh setelah beberapa bulan kemudian," lanjutnya. Fira pun mulai memijat telapak kaki Althaf. Dia agak kesusahan, karena ternyata, kaki laki-laki lebih keras daripada perempuan. "Sepertinya, besok aku harus membawa alat totok punya Oma," gumamnya. Tak lama, muncul seorang lelaki di belakang Fira. Lelaki itu memandang sinis Althaf. Lalu menatap penuh cinta wajah Fira dari belakang. "Sayang, untuk apa kamu menikah dengan lelaki lumpuh ini? Lebih baik, kamu kembali padaku?" Deg "Suara itu ...."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD