chapter 5

1173 Words
Hari ini Lovita terpaksa membawa Alvi dan Vendra ke kantor. Banyak pekerjaan yang belum selesai dan tidak ada waktu untuk mengantar mereka ke rumah. Jadi Lovita memilih untuk membawa anak-anak langsung ke kantor. Dan untungnya anak-anaknya sangat koopratif dan tidak merepotkan sama sekali. Sampai di kantornya Vendra langsung tertidur di sofa ruang kerja Lovita. Sementara Alvi langsung meminta izin pada Lovita untuk bermain bola yang di bawanya diparkiran. Lovita tidak bisa melarang putranya itu dan membiarkannya bermain. Karena dia tahu putranya pasti akan istirahat disaat dia sudah lelah.   Kaki lincah itu berlari membawa bola dan menendangnya ke tembok. Anak laki-laki itu berlari untuk mengambil bola yang menggelinding. Dan tanpa sengaja bola itu mengenai seorang pria. Pria itu mengambil bola yang berada dikakinya dan mengembalikan pada Alvi yang berlari kearah. “Thanks uncle,” ucap Alvi. Anak lelaki itu kembali melempar bolanya dan menendangnya. Pria itu memperhatikan anak lelaki yang berlari menjauh darinya. Dia terdiam sesaat seakan mengingat kapan dia bermain seperti itu? Masa kanak-kanaknya terhenti dan yang ia ingat hanyalah dendam. Kepergian ayahnya adalah tamparan keras untuknya dan membuatnya menutup diri dari semua orang. Pria itu masih menatap anak lelaki itu dan berjalan masuk ke dalam toko kekasihnya.   Tidak berapa lama Aldian masuk ke dalam kantor Acela. Alvi pun masuk ke dalam kantor dan berjalan keruangan Lovita. Lovita melihat pakaian putranya sudah dipenuhi dengan keringat. Dia hanya menggelengkan kepala dan mengambil satu kaos yang tadi dia beli. Vendra sudah mengganti pakaian seragamnya, tapi Alvi belum karena Lovita tahu putranya ini akan kembali berkeringat. Lovita membantu putranya melepaskan baju sekolah dan memberikan kaos untuk dia pakai. ”Isitrahat dulu sana, setelah mommy bekerja. Kita akan makan di pizza,” ucap Lovita. Alvi pun tidur di sebelah Vendra. Mereka saling berbagi tempat, seperti saat mereka berada dikandungan Lovita. Perempuan itu tersenyum melihat kedua putranya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.   Aldian mencari kekasihnya yang tidak ada di ruangannya. Dia melewati satu ruangan pantry dan berniat untuk membuka pintu ruangan asisten Acela. Mungkin kekasihnya sedang membicarakan beberapa desain untuk baju-baju terbarunya. “Sayang,” suara Acela menghentikan tangan Aldian yang hampir saja membuka pintu ruangan asisten Acela itu. Pria itu berbalik dan melihat kekasihnya yang berjalan dari ruang jahit. Dia pun melangkah mendekati Acela dan menciumnya sekilas. Lovita merasa ada seseorang yang ingin membuka pintu ruangannya. Karena tadi dia melihat gagang pintunya yang sedikit bergerak. Lovita pun beranjak dari kursinya dan membuka pintunya. Namun, yang ia lihat adalah Acela yang memeluk kekasihnya dan membawa keruangannya. Mungkin pria itu salah masuk ruangan tadi. Pikir Lovita. Dia pun kembali masuk ke dalam ruangannya dan kembali menyelesaikan pekerjaannya.   *****   Kegiatan rutin yang biasa Lovita lakukan bersama dengan anak-anaknya dan juga Siska dan wisnu di awal bulan pada hari sabtu adalah pergi berbelanja. Namun, tiba-tiba saja Siska mengajak Lovita untuk pergi ke salon. Lovita menolaknya dengan lembut, tapi Siska malah mengomeli Lovita yang jarang merawat dirinya. Dan selalu menyimpan uangnya untuk kebutuhan anak-anak. Di tambah sekarang ia sedang menabung untuk membeli sebuah apartemen. Membuatnya semakin irit untuk urusan dirinya. Siska menahan tangan Lovita agar tidak lari dan membawanya Memasuki salon. Dan baru kali ini tubuh Lovita kembali merasa dimanjakan. Sudah sangat lama dia tidak pergi ke salon, selain untuk memotong rambut. Siska mengajaknya spa, facial sampai merapikan kukunya. Dan selama itu juga dia seperti terbawa saat Lovita masih remaja.   Saat itu Daddy memiliki segalanya dan apa pun yang Lovita inginkan pasti akan dikabulkan. Jangankan sekedar pergi ke salon setiap minggu. Setiap hari saja dia bisa mengganti tas dan mobil yang berederet di garasi mobil. Dia memiliki banyak teman saat itu, karena dia memiliki segalanya. Dia sering mengajak temannya berpesta, bahkan mengajak mereka pergi ke Bali untuk pesta tahun baru. Tapi semuanya berubah saat Daddy mengalami masalah. Seseorang yang paling daddy percaya menipunya dan mengambil seluruh milik Lovita. Bahkan dia meninggalkan bekas yang tidak akan pernah bisa Lovita buang. Dan selamanya akan terus ada dalam kehidupannya. Bernapas dengannya dan menjadi pemicu untuknya bertahan.   Dan semenjak saat itu kehidupan Lovita berubah. Dan dia tidak lagi percaya akan sebuah pertemanan. Karena baginya teman hanya ada saat dia berada di atas dan hilang saat dia terjatuh pada jurang. ****   Selesai mereka dari salon Lovita dan Siska segera mencari Wisnu dan anak-anak. Bagi kedua putranya Wisnu adalah ayahnya. Karena mereka tidak pernah melihat pria dewasa selain Wisnu. Bahkan saat keduanya baru kembali dari rumah sakit, Wisnu dan Siska yang bergantian menjaga kedua putranya setiap malam. Dan saat pagi baru Lovita yang akan menjaganya bersama dengan Siska. Jadi tidak salah kalau putranya menganggap Wisnu adalah ayahnya.   Mereka menemui Wisnu dan anak-anak di time zone. Mereka sedang bermain basket melemparnya secara bergantian dan berusaha untuk mencetak gol agar bisa mendapatkan tiket dan menukarnya dengan hadiah. Lovita selalu merasa senang setiap kali melihat kedua putranya bermain, mereka memiliki tenaga yang tidak pernah ada habisnya. Seakan tidak merasa lelah sedikit pun.   Setelah puas bermain Siska mengajak anka-anak untuk makan terlebih dahulu. Dan sepanjang perjalanan menuju restauran ada beberapa toko mainan yang membuat kedua putranya itu heboh dan meminta dibelikan. Wisnu tidak pernah merasa ragu untuk mengeluarkan uangnya untuk kedua anak kembar itu. Tapi Lovita melarangnya, karena mainan mereka yang sudah sangat banyak. Jadi tidak ada yang bisa mengelak setiap Lovita sudah memberikan jawaban. Kedua putranya itu pun terdiam. Tapi masih menginginkan mainan itu.   Sesampai di sebuah restaurant. Mereka memesan makanan dan juga minuman. Vendra dan Alvi bersamaan meminta milkshake, minuman yang paling Lovita suka selama hamil. Dan itu sepertinya menurun pada kedua putranya.   Dari kafe yang berada di sebelah restoran itu. Seorang pria menatap kedua anak kembar itu. Dia sangat menyukai wajah keduanya. Terlihat lugu dan manis. Dia seperti merasa pernah bertemu dengan anak lelaki itu, tapi dia tidak mengingatnya. Pria itu pun mencoba untuk mengacuhkannya. Tapi karena anak-anak itu dia kembali membayangkan dirinya kembali kemasa ia sewaktu kecil. Dia pernah merasa bahagia seperti anak-anak itu. Berkumpul besama seorang ayah yang selalu meluangkan waktu di sela kesibukannya. Sampai akhirnya ayahnya pergi meninggalkannya untuk selamanya. Dering ponsel menghilangkan bayangan kelam yang masih menghantuinya. Dia mengambil ponselnya di saku jasnya dan mengangkat panggilan telepon. Suara wanita yang paling di cintainya menyapanya. Dia tersenyum dan menekan tanda dial di smartphonenya.             “Ya sayang, sudah selesai? Oke aku kesana,” ucap pria itu. Aldian mematikan panggilan dan beranjak dari tempat duduknya sambil menyelipkan lembaran uang di bawah cangkir kopinya. Tatapannya masih memperhatikan kedua anak lelaki itu sebelum akhirnya ia pergi dari kafe. Dari kejauhan ia seakan melihat seorang wanita yang tak asing dimatanya. Tapi karena terhalang oleh pengunjung mall, ia tidak bisa melihat dengan jelas wanita itu. Dia sedikit tidak yakin jika ia adalah wanita itu. Perempuan itu terlihat berbeda dengan yang dulu. Rasa penasarannya membuat kaki pria itu melangkah mendekati restaurant itu. Dia ingin meyakinkan penglihatannya dan Aldian  berharap itu hanyalah halusinasi. Namun, belum sampai dia mendekati restauran itu, seseorang menepuk bahunya dari belakang. Aldian pun menoleh dan melihat kekasihnya yang berdiri dibelakangnya.             ”Kamu mau kemana?” Tanya Acela. Aldian berbalik mencari wanita yang tadi menguras perhatiannya. Namun, banyaknya pengunjung membuatnya tidak bisa menemukannya. Aldian kembali menatap kekasihnya dan tersenyum. ”Gak ada apa-apa, masih ada yang ingin kamu beli?” Tanya Aldian. Acela menggeleng dan merangkul lengan Aldian, membiarkan lelaki itu membawa barang belanjaannya. ***  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD