Tia dan Alex kini telah kembali dari supermarket yang lumayan berjarak dari vila yang mereka tempati, tidak tanggung-tanggung mereka membeli cemilan banyak serta minuman bersoda, tidak lupa juga bahan-bahan untuk masakan mereka hingga esok hari. "Nanti gue transfer ya belanjaan gue," ujar Tia sambil menenteng kantong belanjaan dan melangkah memasuki vila.
Alex lantas juga membantu Tia membawa belanjaannya yang masih tersisa dimobil. "Enggak usah, anggap aja ini dari gue dan teman-teman gue," balas Alex.
"Kebanyaakn Lex," cetus Tia lalu meletakkan kantong belanjaan di atas meja dapur, begitu juga dengan Alex.
Gadis tersebut mulai mengutak-ngatik bahan masakan yang akan ia olah siang itu, ia tetap akan membikin spagheti ala dirinya. "Perlu bantuan?" tanya Alex ketika melihat gadis tersebut kerepotan.
"Enggak usah, lu duduk saja," balas Tia tanpa menoleh ke arah laki-laki tersebut.
Alex melangkah mendekat ke arah Tia, ia tidak peduli atas larangannya untuk tidak membantu, ia kini mengambil beberapa bawang bombay untuk ia potong sebagai pelengkap spaghetinya nanti. "Lex, enggak usah, gue bisa sendiri kok," ujar Tia.
"Biar cepat." Tia yang mendengarnya jelas terdiam sejenak, akhirnya mereka masak berdua dengan bahan yang telah ia beli, keadaan Vila masih senyap karena penghuni lain masih tertidur pelan.
Rega yang tertidur pulas terusik karena suara bising, ia membuka matanya perlahan lalu terduduk di atas kasurnya. "Apaan si itu," gumam Rega.
Matanya kimi membelalak, tanpa pikir panjang ia membangunkan Revan yang tertidur disampingnya. "Van, bangun Van," ujar Rega sambil menggoyahkan tubuh Revan perlahan, yang akhirnya membuat laki-laki tersebut terbangun karena suara sahabatnya.
"Apaan si Ga, kalau mau kepantai sendiri saja sana," balas Revan lalu membalikkan badannya dan memeluk guling kini.
Rega berkata, "Bukan anjrot, coba dah lu dengar kaya suara berisik gitu." Revan yang matanya terpejam kini membuka matanya dengan sempurna lalu menyela, "Siapa yang buat ehe ehe di vila gue?!"
"Bukan berisik ituan kamperet!" seru Rega lalu menoyor Revan yamg membuat laki-laki tersebut menatap kesal ke arahnya.
Revan dan Rega kini tidak hanya mendengar kebisingan, namun ia mencium aroma masakan yang menggugah selera. "Jadi laper gue," ucap Rega sambil menelan salivanya, sedangkan Revan tanpa pikir panjang beranjak turun dari kasur yang memBuat laki-laki yang masih berada di atas kasur menatap bingung.
"Eh tungguin anjinc," kata Rega yang kini beranjak perlahan dari kasur dan mulai mengikuti sang sahabat yang melangkah namun dengan mindik-mindik seraya ingin maling.
Rega jelas mengerutkan keningnya lalu berbisik, "Ini kenapa kita mindik-mindik si." Revan hanya menaruh jari telunjukmya di bibir yang membjat Rega seketika memingkemkan bibirnya.
"Keluar atau gue siram air panas nih," kata Tia, jelas Alex yang berada di sebelahnya mengerutkan keningnya, namun seketika Revan dan Rega muncul dengan cengiran khas sambil menggaruk tengkuk lehernya dengan secara bersamaan.
Revan berkata, "Eh masak apa Queen?"
"Tuh ketahuan juga kan, adik lu punya insting yang tajam," bisik Rega yang membuat Revan manggut-manggut.
Tia menghela nafasnya saja sambil melanjutkan mengaduk saos untuk spaghetinya, Alex jelas terdiam sejenak melihat gadis disampingnya punya insting yang sangat tajam. "Kok lu tahu ada mereka?" tanya Alex pelan.
"Pantulan panci," balas Tia yang mmbaut Alex ber Oh ria saja.
Revan dan Rega kini duduk di meja makan sambil melihat ke arah kedua insan tersebut. "Van, Alex kayanya beneran suka sama Queen deh," bisik Rega.
"Mereka bahkan udah dijodohin Ga," cetus Revan yang membuat Rega terkejut bukan main. "HAH?! DIJO–" Belum sempat melanjutkan teriakan, mulutnya sudah di bekap oleh satu tangan kekar Revan.
Alex menoleh ke arah mereka berdua secara reflek, Revan dan Rega jelas menyengir kuda saja. "Jangan teriak kamperet, yang tahu cuman lu doang ini," bisik Revan.
"Parah banget si Tia kaga ngasih tahu gue," balas Rega.
Tia berkata, "Daripada lu berdua gosip mending bangunin yang lain."
Rega lantas berdiri lalu berkata, "Siap laksanakan Queen." Sambil berlaga hormat walau Tia tidak menoleh sama sekali, Rega kini melangkah untuk menaiki anak tangga namun langkahnya terhenti ketika Tia berkata, "Bangunin Bary sama Riko, teman-teman gue biar gue aja yang bangunin."
"Yah ellah lu," cetus Rega sambil menghela nafasnya dengan pasrah.
Tia menyela, "Dasar otak modus." Revan yang mendengar perkataan sang adik mengatai Rega jelas tertawa terbahak yang membuat Rega memandang kesal.
"Lu bangunin teman-teman lu saja sana, biar ini gue yang urus," ucap Alex lalu mengambil alih wajan yang berisi spagheti, Tia yang sempat terdiam beberapa detik lalu melangkahkan kakinya keluar dari dapur dan beranjak menaiki anak tangga.
Revan berkata, "Vibes-nya kaya suami istri lu." Alex yang mendengar tanpa sadar tersenyum tipis, ia lalu mengambil wadah yang sedikit besar untuk spagheti yang sudah matang tersebut.
Tia kini menggelengkan kepalanya ketika membuka pintu kamar dan ketiga sahabatnya masih terlelap dalam tidurnya. Tia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum berteriak, "BANJIIRRRR!!!!"
Ketiga sahabatnya sontak terkejut karena mendengar teriakan menggema tersebut.
"Mana banjir?!"
"Hua Mama banjir!!"
"Banjir!" Tia tertawa puas mendengar ocehan terkejut mereka, ketiga orang tersebut sontak menoleh ke arah sumber suara ketawa dengan tatapan kesal. Gadis tersebut kini menutup kupingnya sebelum ketiga sahabatnya berteriak, "TIA!!!!!" Dengan serempak, dan tidak lupa mereka melempar bantal yang dapat dihindari oleh Tia.
"Oke oke, maaf, gue mau bangunin lu pada, gue udah masak," ujar Tia lalu melangkah keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamarnya kembali.
Tia berkata, "Jangan lama, nanti kehabisan." Sebelum menuruni anak tangga dan berkumpul dengan kelima laki-laki yang sudah melahap makananya terkecuali Alex.
"Pintar ya, gue yang masak kalian duluan yang makan duluan," sindir Tia yang membuat mereka berempat menoleh serempak dengan mulut yang masih penuh dengan spagheti.
Alex tertaa melihatnya terlebih raut wajah mereka seperti takut ketika Tia melangkah mendekat ke arah mereka. "Lu enggak makan?" tanya Tia, jelas keempat oramg tersebut mengunyah spagheti yang ada di mulutnya.
Bary menyela, "Giliran Alex ditawarin, kok kita dimarahin."
Tia berkata, "Karena dia bantuin gue, enggak kaya lu pada makan doang."
Bary dan Riko yang mendengar perkataan dari Tia menoleh ke arah dua sahabatnya, Revan dan Rega mengangguk dengan antusias seraya menjawab pertanyaan tatapan tersebut.
"Daebak!" Bary jelas bertepuk tangan, Alex yang melihat jelas menatap jengah.
Tia menyela, "Ngapain lu tepuk tangan berasa Alex lagi menang piala awards aja."
"Bukan awards aja Ti, bahkan mencetak rekor muri bahkan," cetus Bary lalu tertawa setelahnya.
"Ti."
Gadis tersebut menoleh ke arah sumber suara, tentu kelima laki-laki tersebut juga ikut menoleh yang membuat ketiga sahabat Tia jelas canggung. "Eh sini, makan," ucap Tia.
Rayna, Rima dan Siska kini melangkah perlahan ke arah Tia jelas dengan raut wajah yang masih malu karena berhadapan dengan mostwanted disekolahnya. "Makan, kita udah pada ngambil kok," ucap Rega.
"Iya ambil, nanti keburun di habisin Bary," cetus Revan.
Riko menimbrung, "Iya, dia udah nambah 2 kali."
"Terus aja gue yang di tumbalin, astaga teman pada dukjul lu," kata Bary dengan kesal yang membuat keempatt sahabatnya tertawa puas.
Mereka semua kini menikmati dengan lahap spaghetti yang lezat tiada tandingnya. "Lu cocok banget jadi istri Ti," ujar Rayna.
"Istri idaman," sela Bary sambil menaikkan kedua alisnya ke arah Alex yang kini mengalihkan pandangannya.
Revan berkata, "Calon suami adik gue pasti beruntung banget si punya Queen-nya keluarga Ardiansyah."
"Lu jadi dijodohin emang Ti?" tanya Rima dengan polosnya, Tia dan Alex yang mendengar lantas tersedak secara bersamaan membuat mereka terkecuali Revan dan Rega menatap curiga.
Siska berkata, "Eh minum dulu." Lalu memberikan air putih yang ada didekatnya, dan tanpa sadar Revan juga melakukan hal yang sama membuat Revan dan Siska saling memandang satu sama lain.
"Hadeh, bakal ada drakor nih pulang dari pantai," ujar Riko yang membuat Revan kini mengalihkan pandangannya begitu juga Siska.
Rayna berkata, "Cinlok lagi bertebaran kayanya."
"Tenang Sis, Revan jomblo kok," kata Rega yang membuat Siska tersipu malu lalu melanjutkan makannya untuk memgalihkan rasa malunya.
"Eh ntar dulu, emang adik lu dijodohin Van? Terus nasib sahaat kita gimana?" tanya Bary dengan wajah sendu.
Baru saja Revan ingin menjawab namun niatnya ia urungkan ketika Tia sudah menatapnya dengan tajam, dan akhirnta Revan hanya menghendikkan bahunya yang membuat Bary menatap kecewa. "Penonton sangat kecewa Bapak Revan," cetus Bary.
Waktu cepat berlalu kini mereka berada di halaman belakang Vila yang tepat menghadap ke pantai dan laut yang luas, mereka bersantai untuk menikmati angin sore hari, dengan keempat laki-laki yang sedang berenang dan keempat wanita yang hanya merendamkan kakinya di kolam renang. "Lex sini lah," ujar Riko.
"Skip." Tia yang jelas mendengar hanya menatap sekilas ke arah laki-laki tersebut yang kini memainkan gitarnya di saung pojok dekat kolam renang tersebut.
Rima berkata, "Samperin sono."
"Dih, buat apa?" tanya Tia.
Siska menyela, "Yaellah lu segala gitu, kan lu bilang enggak mau dijodohin, nah ini kesempatan lu buat kesepakatan pacaran sama dia." Gadis tersebut yang mendengar jelas menoleh ke arah ketiga sahabatnya yang dengan kompak tersenyum sambil menaikkan kedua alisnya.
"Lu semua gila ya?!" Tia berkata dengan nada berbisik.
Rayna berkata, "Lah gila darimana, kita sebagai teman yang baik kan ngasih solusi anjinc."
"Terus kalau nanti gue langsung di nikahin sama Alex gimana?" tanya Tia berbisik.
Ketiga sahabatnya jelas terdiam sejenak menatap ke arah laki-laki yang masih sibuk memetik gitarnya dan sesekali memperhatikan ke arah keemoat gadis tersebut. "Lah emang lu dijodohinnya sama Alex?" tanya Siska.
"YA ENGGAK LAH! GILA KALI YA LU." Teriakan menggema Tia jelas membuat mereka semua menoleh ke arah gadis tersebut.
Revan mebgerutkan keningnya lalu berkata, "Kenapa si Queen teriak-teriak gitu."
"Ish lu sih!" seru Tia.
Gadis tersebut kini melihat ke arah sang abang lalu berkata, "Enggak papa kok bang."
Rima berkata, "Bacot lu Ti, kurang toa."
"Ya habis pikiran nih bocah aneh-aneh aja," ujar Tia melihat ke arah Siska.
Siska menyela, "Lah, gue mah nanya, kok lu panik gitu." Gadis tersebut kini dibuat terdiam, ketiga sahabatnya memandang penuh dengan curiga, Tia mengambil cemilan yang ada didekatnya lalu melahapnya agar mengalihkan perkataan sahabatnya.
"Kayanya ada yang disembunyiin dari kita nih," cetus Rima.
Rayna menimbrung, "Bau-bau rahasia nih." Tia yang mendengar hanya memutar bola matanya dengan jengah, dan tanpa sadar ia membuang pandangannya ke arah Alex yang kini juga menatapnya.
Rega berkata, "Ti! Nyebur sini."
Tia menoleh ke arah sumber suara yang kini menaikkan kedua alisnya, jelas Rima sahabatnya cemberut saja mendengarnya. "Tenang, gue enggak suka sama cowok gila kaya dia," bisik Tia untuk menenangkan.
"Terus urusannya sama gue apa?" tanya Rima dengan raut wajah bingung.
Gadis tersebut jelas memandang penuh selidik sebelum berkata, "Oh jadi udah enggak suka sama dia, yaudah gue jdoohin sama cewek lain ajalah." Rima yang mendengar jelas menatap kesal ke arah sahabatnya yang kini hanya mesam-mesem saja.
Rega kini mendekat dengan niat hati ingin menarik Tia untuk berenang, Alex yang melihat jelas menatap dengan serius. Ketika hampir dekat gadis tersebut mendorong sahabatnya hingga terjatuh ke dalam kolam renang, reflek Rega menangkapnya hingga terasa mereka saling memeluk.
"Ehem ehem." Ketiga laki-laki tersebut berdehem seraya meledek, Rega dan Rima yang tersadar jelas melepas pelukan satu sama lain.
Tia berkata, "Yah kok di lepas si, padahal belum gue abadikan loh." Rima dan Rega kini saling menatap jahil, lalu dengan hitungan ketiga Tia tercebur ke kolam renang.
"Aish! Kalian!" seru Tia kesal.
Alex yang melihat tersenyum tipis melihat raut wajah kesal gadis tersebut, namun sedetik kemudian wajahnya berubah menjadi riang kembali. Pada akhirnya mereka semua berenang terkecuali Alex.
"Ti, ceburin Alex," bisik Revan.
Tia bertanya, "Gimana caranya?"
"Ama lu pasti kecebur dah tuh bocah, kita udah nyoba gagal semua," cetus Riko.
Bary menyahut, "Iya benar." Gadis tersebut kini jelas terdiam sejenak memperhatikan Alex yang masih memetik gitarnya, ia mulai perlahan merambat kepinggir kolam yang membuat mereka semua hanya memperhatikan saja.
"Lu yakin berhasil enggak?" tanya Siska kepada kedua sahabatnya, namun bukan sahabatnya yang menyahut melainkan Revan, "Mau taruhan?"
Siska menoleh lalu tersenyum tipis. "Boleh," kata Siska.
"Kalau Alex sampai kecebur gue bakal traktir lu," ucap Revan, Siska yang mendengar hanya manggut-manggut saja.
Alex memperhatika gelatan Tia, ia mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Lu kenapa?"
"Perut gue sakit Lex, bantuin gue ke atas dong," balas Tia, Alex yang mendengar jelas menatap ke Tujuh orang tersebut yang kini seolah tidak mendengar atau pura-pura tidak peduli.
Alex dengan percayanya meletakkan gitarnya dan mendekat ke arah Tia, ia mengulurkan tangannya agar bisa di raih oleh gadis tersebut sedangkan Tia kini meraih uluran tangan Alex dengan raut wajah pura-pura kesakitan.
Byur!
Tia tersenyum kemenangan ke arah mereka bertujug, kini Alex mengibaskan rambutnya yang membuat gadis tersebut terdiam sejenak memperhatikan visual Alex yang tiada tandingannya. "Lu ngerjain gue ya?" tanya Alex dengan nada kesal.
Tia yang tersadar dari diamnya kini memandang cemberut ke arah Alex yang membuat laki-laki tersebut tidak tega melihatnya. "Maaf," balas Alex.
Siska berkata, "Jangan lupa traktiran." Sambil menaikkan kedua alisnya.
"Padahal kita udah coba trik ini," cetus Rega.
Bary berkata, "Es kutub sudah mencair."
"Kamperet nih Alex," ujar Revan kesal yang membuat Siska tertawa pelan melihatnya.
Riko berkata, "Udah si Lex, nikmati renang bareng kita, jangan main gitar mulu." Tia kini tersenyum manis sambil menaikkan kedua alisnya, yang membuat Alex meruntuhkan sifat kesalnya.
"Maaf ya, habisnya katanya mereka dah maksa lu renang tapi katanya lu enggak mau," jelas Tia. Mereka menikmati berenang bersama sambil ditemani pemandangan pantai dan laut yang luas.