44. Sikap Gegabah dan Penuh Emosi Yang Merugikan

2132 Words
Alister, Akhtar, dan Ayres tampak tercengang ketika menyadari Debian membawa mereka pergi bersama ke gudang perikanan yang cukup ramai. Banyak kotak ikan yang tertata rapi di atas mobil pick up maupun motor tosa bersiap untuk pergi. Dari kejauhan terlihat Mike baru saja menyusul menggunakan mobil pribadi akibat Debian tanpa membicara apa pun langsung bergegas keluar dari kantor, tepat sebelum sekretaris pribadinya selesai mengosongkan seluruh jadwal lelaki tersebut. “Bos, kenapa hari ini? Bukankah kita sudah berbicara sebelumnya?” tanya Mike terdengar khawatir. Debian menggeleng pelan, lalu menjawab sembari melepaskan jas formalnya, “Tidak. Kalau sudah seperti ini, berarti mereka akan bermain-main dengan saya.” “Tapi, Bos.” Mike menghadang tepat di hadapan sang bosnya yang benar-benar gegabah. Namun, sayang sekali Debian tampak membulatkan keputusannya tanpa diganggu gugat kembali. Lelaki itu menatap tajam pada sekretarisnya yang mendadak ciut, membuat Mike langsung menyingkir dengan sendirinya. “Saya akan masuk lebih dulu,” ucap Debian mulai membuka kancing lengan kemejanya yang terasa sempit. “Setelah hitungan kesepuluh, baru kalian semua masuk!” Tepat mengatakan hal tersebut, Debian pun melangkah dengan santai memasuki gudang dan mulai menghantam seluruh penjaga yang ada di sana. Sedangkan Mike hanya menghela napas panjang menyadari bosnya benar-benar tidak sabar sampai menangani semuanya sendiri. Tanpa meminta bantuan polisi yang berada tepat di sampingnya. Melihat tindakan Debian yang tidak terduga, membuat Alister terkejut sekaligus tidak percaya. Lelaki itu menoleh ke arah Mike yang terdiam membisu. “Bang Bian langsung masuk begitu saja?” tanya Alister mengernyit tidak mengerti. Mike menoleh datar, lalu menjawab, “Bos memang seperti itu. Kita perlu masuk setelah menghitung.” “Sudah sepuluh!” celetuk Ayres cukup keras. Dan benar saja, Mike berlari memasuk gudang disambut dengan banyak pengawal yang sudah terkapar tidak sadarkan diri. Membuat lelaki itu menghela napas kasar dan mulai mencari keberadaan bosnya. Kemungkinan memang Debian tengah berada di dalam, mengingat kemampuan bela diri lelaki itu luar biasa. Semakin melangkah masuk dengan sesekali memperhatikan keadaan sekitar, tanpa sengaja Ayres mendengar suara pertarungan dari dalam. Membuat lelaki itu spontan berlari membuat semua lelaki di belakangnya pun ikut berlari mengejar. Empat lelaki itu mendapati Debian tengah bertarung dengan sepuluh orang sekaligus. Mike langsung memberikan serangan pukulan cukup kuat sampai sepuluh orang tadi pun menyadari bahwa Debian tidak datang sendirian. “Kenapa kalian sangat lama!?” protes Debian dengan deru napas tersenggal-senggal sembari memegangi sudut bibirnya yang terasa perih. “Bukankah Bos sendiri yang menyuruh saya untuk menghitung?” sinis Mike mendesis pelan. Di tengah pertarungan yang break sesaat itu pun menjadikan sepuluh pengawal tadi merasa kesal. Mereka tampak tersenggal-senggal, meski hanya melawan Debian. Satu orang saja. “Jangan kebanyakan ngomong! Cepatlah selesaikan pertarungan ini!” potong salah satu pengawal tersebut hendak meninju ke arah Debian. Akan tetapi, dengan cepat Debian membalikkan pukulan tersebut. Ia menyerang pukulan pada rahang pengawal tersebut hingga terhuyun ke belakang. Kemudian, disusul pengawal lainnya yang sempat memberikan tendangan pada punggung Debian, sampai lelaki itu terjatuh sesaat. Alister yang menyadari hal tersebut langsung mengambil alih serangan. Ia menyadari bahwa rencana Debian membawa mereka masuk benar-benar untuk menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan polisi bukanlah seberapa. Bahkan lelaki itu bisa mendapatkan seluruh informasi hanya dalam hitungan menit. Selama beberapa saat bertarung satu sama lain dengan disusul banyak pengawal atas suruhan pemilik gudang tersebut, akhirnya kelima orang lelaki itu pun mendadak lelah. Mereka tampak berdiri dengan lemas sembari mengembuskan napasnya beberapa kali menyadari bahwa sekitar empat puluh pengawal terkapar tidak berdaya. “Bos,” panggil Mike sembari memberikan tisu pada bosnya. Debian tersenyum singkat, lalu mengambil benda tersebut dan mulai menyeka sudut bibirnya yang terasa sedikit ayir. Kemungkinan banyak luka lebam dan berdarah pada tubuh lelaki itu. “Astaga, siapa ini yang membuat kekacauan di wilayahku!” teriak seorang lelaki dari sebuah pintu ruangan yang terbuka pelan. Hal tersebut menjadikan kelima lelaki yang sempat merasa lelah langsung bangkit begitu saja. Mereka memang secara sepakat tidak akan memperlihatkan kelemahan di depan lawan, atau kemenangan akan mereka raih dengan mudah. “Oh, Debian? Ternyata Anda benar-benar datang ke sini?” ucap lelaki itu berpura-pura terkejut. Debian tersenyum miring sembari meludah dengan penuh darah akibat sudut bibirnya yang terkena pukulan cukup keras tadi. “Kenapa? Anda mengira saya tidak ada di sini?” Debian bertanya balik dengan tertawa remeh, lalu mengancingkan kemejanya bergaya formal. “Saya tidak menyangka pekerjaan Anda di luar negeri begitu lama.” Jonathan menggeleng tidak percaya. “Tapi, tidak apa-apa. Kemampuan bela diri Anda terlihat jauh lebih andal dibandingkan sebelumnya. Saya menjadi penasaran.” “Kalau begitu, one by one!” ucap Debian penuh menantang. Mendengar hal tersebut, Alister pun melebarkan matanya terkejut. “Bang, jangan! Kita udah berkelahi sejak tadi!” “Oh ... siapa itu? Adiknya Debian? Kalian berdua sangat mirip,” celetuk Jonathan mengerutkan keningnya penasaran. “Kalau Debian tidak bisa, kenapa bukan kamu saja?” Debian menggeleng pelan, lalu berbisik, “Jonathan bukan tandingan kalian. Dia sejak dulu mengincar saya, jadi hari ini dia tidak akan puas sebelum mengalahkan saya.” “Tapi, Bos!” Mike tampak tidak rela. Keputusan Debian yang tidak bisa diganggu gugat itu pun membuat keempat lelaki lainnya tampak tidak memiliki perkataan lagi. Selain membiarkan Debian dan Jonathan menyelesaikan segala urusannya. “Kita berdua memiliki urusan yang belum selesai, Jo!” ucap Debian tersenyum miring sembari memasang tatapan dingin yang terkesan meremehkan. Jonathan mengangguk acuh tak acuh, kemudian melepaskan jas formalnya dan memberikan pada seorang lelaki yang berada tepat di sampingnya. “Baiklah, kita akan menyelesaikan urusan hari ini!” tukas Jonathann melangkah menuju tengah-tengah ruangan yang menjadi tempat mereka battle bela diri. Kekhawatiran tampak menyelimuti hati keempat lelaki yang memperhatikan tubuh Debian benar-benar penuh luka. Entah kenapa fisik Debian memang terluka, tetapi tenaganya benar-benar seperti robot. Membuat Alister yang melihatnya langsung mempercayai bahwa Debian memang bukan orang sembarangan, ia harus mempertanyakan semuanya ketika mereka selesai mengambil kasus ini. Pertarungan antara Debian dan Jonathan benar-benar dihiasi dengan berbagai macam pukulan dari para ahli yang mengagumkan. Tidak sedikit dari mereka berdua mendapatkan serangan pukulan masing-masing membuat penonton yang memperhatikannya tampak sesekali meringis pelan, terlebih stamina dari tubuh Debian nyaris membuat lelaki itu tumbang ketika mendapatkan pukulan lebih keras. Pertarungan yang belum diketahui pemenangnya itu akan menghabiskan titik darah terakhir. Tidak ada yang mau mengalah, baik itu Debian maupun Jonathan. Keduanya benar-benar bertarung, seakan hanya hari esok yang menjadi penentu. Siapa di antara mereka yang masih bisa membuka mata tanpa meneteskan air mata. *** “Pelan-pelan, Suster!” Suara keluhan dari Debian membuat empat lelaki lainnya yang memperhatikan itu pun mengernyit tidak percaya. Mereka semua memang langsung memutuskan ke rumah sakit tempat Jenny dirawat untuk memastikan gadis itu baik-baik saja. Namun, siapa sangka kalau Jenny bertepatan dengan pemeriksaan berkala membuat kelima lelaki itu pun dipergoki oleh seorang dokter yang langsung menyuruh mereka semua untuk membalut luka. Terlebih keadaan yang begitu parah ada pada Debian. Sampai wujud ketampanan lelaki itu benar-benar tertutupi. Kini kelima lelaki yang melawan sekitar lima puluh pengawal dalam waktu singkat itu tengah berada di Unit Gawat Darurat. Mereka semua tampak diurus oleh enam suster yang masing-masing memiliki kegiatan untuk membersihkan luka maupun membalutnya dengan perban. Debian yang memiliki luka paling banyak pun diurus oleh dua suster. Mereka berdua saling bekerja sama membersihkan luka lebam maupun jahitan yang perlu dilakukan ketika menyadari ada beberapa kulit yang sobek. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa keadaan Debian jika terjadi pada orang biasa kemungkinan sudah tidak sadarkan diri. Namun, lelaki itu berbeda dan terlihat biasa saja, walaupun begitu berisik dengan sesekali mengeluh. Padahal Debian sudah beberapa kali disuntikkan anestesi. “Aduh, Suster!” seru Debian kesakitan ketika salah satu suster yang mengobatinya mulai membersihkan punggungnya terkena sobekan dari pisau milik Jonathan. Sebenarnya cukup pengecut untuk berkelahi sampai membawa senjata membuat Debian yang merasa tidak siap pun langsung menjadikan sasaran empuk lelaki tersebut. Membuat luka lebar nan panjang itu perlu diperban cukup banyak setelah melakukan penjahitan kulit. “Bang Bian, kalau sekarang ada anak kecil, mungkin bakalan diketawain!” celetuk Ayres tertawa geli sembari sesekali meringis merasakan lukanya yang terkena alkohol. “Sepertinya bakalan takut duluan sebelum ngetawain!” timpal Alister tawa lepas menyadari keadaan Debian begitu memprihatinkan seperti seorang mumi dengan sebagian kepalanya perban. Sedangkan Mike yang menyadari bosnya menyedihkan hanya mengembuskan napas panjang. Tidak dapat dipungkiri lelaki akan beristirahat dari pekerjaannya, agar tidak ada yang menyadari bahwa Debian terluka. Atau beberapa musuh kemungkinan besar akan memanfaatkan sesuatu. “Bos, bagaimana dengan survei konstruksi yang akan kita lakukan?” celetuk Mike sukses membuat seisi ruangan terdiam. Apalagi keenam suster tersebut tampak begitu fokus dengan pekerjaannya sembari sesekali mengagumi ketampanan dari lelaki yang berada tepat di hadapan mereka. “Mike, lo jahat banget sama gue!” protes Debian mendramatisir. “Lo enggak lihat gue luka-luka begini? Masih diajakin kerja?” Mendengar hal tersebut, Mike pun meringis pelan menahan perih sekaligus malu telah mempertanyakan hal bodoh yang seharusnya ia sendiri pun sudah mengetahui jawabannya. “Tentu saja kita akan ke sana!” sambung Debian cukup keras hingga mengejutkan beberapa orang di ruangan, termasuk Ayres dan suster yang tengah menangani Akhtar. Akibat keduanya memang tengah melamun tanpa sadar. “Keadaanmu sangat memprihatinkan, Bos!” Mike menggeleng tidak percaya menyadari bosnya begitu mencari untung sampai memperhatikan semua penanganan perusahaan, tanpa terkecuali. “Tenang saja. Hari ini adik kesayanganku akan datang. Jadi, dia yang akan menggantikan semua urusan perusahaan,” ucap Debian tersenyum lega. “Kakak kedua Jenny yang sempat diceritakan!” “Seorang dokter?” sahut Alister memastikan. Debian mengangguk singkat, lalu menjawab, “Dia menjadi dokter akibat kemauan diri sendiri. Tapi, tidak akan pernah lepas dari jabatannya di perusahaan. Jadi, kapan pun ada panggilan untuk pergi, maka dia harus datang. Karena yang bebas memilih pekerjaan hanya Jenny.” “Apakah Nona Jenny tahu masalah ini?” tanya Mike penasaran, sebab hampir lima tahun lelaki itu tidak pernah kembali. “Akan menjadi kejutan!” jawab Debian tersenyum bangga membayangkan betapa terkejutnya Jenny ketika sadar nanti melihat kakak keduanya kembali. Tepat selesai membalut luka dengan menghabiskan banyak uang p********n, akhirnya kelima lelaki yang penuh dengan perban itu pun melangkah bersamaan memasuki ruangan rawat inap Jenny. Di sana terlihat Yuni tengah memainkan laptopnya untuk mencari informasi. Ketika terdengar suara pintu terbuka pelan, Yuni mengalihkan perhatiannya dan menggeleng tidak percaya melihat kelima lelaki itu telah kembali dalam keadaan mengenaskan. “Duduk! Aku akan membuatkan minuman dulu,” titah Yuni bangkit dari tempat duduknya. Dengan patuh kelima lelaki itu pun duduk di sofa memperhatikan kegiatan yang Yuni lakukan sambil sesekali memperhatikan Jenny. Gadis yang menjadi adik dari Debian itu memang tidak kunjung sadar, sampai dokter merasa tidak mengerti apa yang telah terjadi. Hingga membutuhkan banyak penelitian lebih lanjut. “Sebenarnya apa yang telah kalian semua lakuin?” tanya Yuni menggeleng tidak percaya menyadari tindakan kelima lelaki itu benar-benar di luar dugaan. Merasa sangat haus akibat terlalu banyak berkelahi, Debian dan Alister kompak menandaskan minumannya. Mereka berdua mengembuskan napas lega dengan sesekali memegangi perban yang meliliti begitu tebal. “Memangnya kenapa, Yun?” Ayres berbalik tanya menyadari intonasi Yuni terdengar kekhawatiran. “Sekarang media lagi ramai mengatakan bahwa ada lima anggota polisi mengamuk di gudang ikan!” jawab Yuni menghela napas berat. “Lihat aja portal berita hari ini.” Mendengar hal tersebut, Alister pun langsung mengambil ponselnya yang berada di dalam kantung celana. Lelaki itu tampak tidak percaya menyadari bahwa kedatangan mereka memang seperti direncanakan oleh seseorang. “b*****t!” umpat Debian secara tidak terduga. Sontak hal tersebut membuat Yuni melebarkan mata terkejut, kemudian menggeleng tidak percaya melihat lelaki yang terlihat santai, kali ini mendadak penuh emosi. “Bos, apa yang kita lakukan sekarang?” tanya Mike menatap cemas. “Kita masuk perangkap Jonathan!” jawab Debian mendadak cemas sekaligus kesal. “Satu-satunya cara agar kita semua bisa selamat adalah mengungkapkan bahwa ini memang ulah polisi.” “Bang Bian!” sela Alister tidak terima. “Kita belum tahu siapa pelakunya.” “Ster, cuma ini satu-satunya cara agar nama kalian tidak tercemar,” ungkap Alister mengangguk meyakinkan. Sedangkan Akhtar yang sejak tadi diam dan tidak ikut berbicara mulai menghela napas panjang. Apa yang ditakuti oleh Mike benar-benar terjadi. Debian begitu gegabah dalam menyelesaikan semuanya dalam urusan bertarung. “Kali ini kita buntu,” celetuk Akhtar menggeleng pelan. “Meski semua berita sudah kita tutup, tapi mata yang melihat tidak pernah terhitung. Satu-satunya cara agar kesalahpahaman ini bisa selesai adalah membiarkannya ramai sampai musuh yang sejenak merasa terancam mulai lega kembali.” “Jadi, kita membiarkannya saja seperti ini?” tanya Debian tidak percaya. “Apa yang bisa kita lakukan?” Akhtar menatap serius, lalu tersenyum miring. “Tidak ada. Kita hanya bisa menunggu sampai ikan besar kembali keluar dari persembunyiannya.” “Bagaimana dengan nasib kepolisian kalian?” tanya Debian mendadak cemas. Alister menggeleng pelan, lalu menjawab, “Jangan khawatir. Pak Listanto pasti akan mengetahui bahwa masalah ini tidak sederhana seperti kelihatannya.” “Apa beliau juga mendukung tindakan kita?” tanya Ayres mengalihkan semua pandangan mereka semua. 0o0
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD