Bab 2

1021 Words
Dirga nampak gugup untuk menjawab telepon dari Karmelita. Lama Dirga terdiam sebelum akhirnya Dirga menjawab telepon Karmelita. "Hallo, ada apa Lita?" tanya Dirga gugup. "Kamu dimana Dir, ini sudah larut malam?" tanya Karmelita pada Dirga. "Kamu tidur saja duluan kalau sudah mengantuk, aku masih ada urusan. Kemungkinan aku tidak pulang malam ini" ucap Dirga sambil mengusap wajahnya dengan kasar. "Baiklah kalau begitu " ucap Karmelita tanpa banyak bertanya lagi pada Dirga. Karmelita segera menutup panggilan percakapannya dengan Dirga di telepon. Karmelita segera mengunci semua pintu setelah tadi Dirga mengatakan tidak akan pulang malam ini. Karmelita sebenarnya merasa heran, kenapa akhir-akhir ini Dirga lebih sering menghabiskan waktunya diluar rumah dan bahkan Dirga sering tak pulang ke rumah hingga beberapa hari. Setiap di tanya Dirga selalu beralasan sedang ada urusan pekerjaan di lapangan. Sebenarnya Karmelita sudah sering mendengar cerita orang bila Dirga diluar sana memiliki perempuan simpanan, tapi Kermelita tak pernah ambil pusing dengan omongan orang dan selalu percaya pada Dirga. Karmelita menghela nafas panjang dan duduk di kursi makan yang berada di ruang tengah. Pikiran nya menerawang jauh, ada rasa gelisah dalam hatinya Tapi Karmelita tak mau gegabah menuduh Dirga macam-macam sebelum dirinya mendapat bukti kuat bila di luaran sana suaminya Dirga berselingkuh dengan perempuan lain. "Buk ... , ibuk belum tidur?" tanya Rico pada ibunya. "Bapak nggak pulang lagi ya bu, malam ini?" tanya Rico lagi "Entahlah Rico, ibu bingung dengan sikap bapakmu akhir-akhir ini, " keluh Karmelita pada putra sulungnya itu. "Pasti bapak .... , " Rico tak melanjutkan ucapannya saat melihat wajah ibunya yang sedih. Rico tak mau menambah beban pikiran ibunya bila dirinya menceritakan tentang bapaknya di luaran sana. "Maksud kamu bapak .... , " Karmelita menatap wajah Rico dengan penuh tanda tanya. "Sudahlah bu, nggak usah mikirin bapak, nanti juga bapak pulang kalau sudah bosan di luaran sana, sebaiknya sekarang ibu istirahat saja, biar Rico yang nungguin bapak pulang" ucap Rico berusaha menenangkan hatinya. "Kamu tidur saja, nggak usah nungguin bapak, tadi bapak bilang kalau bapak malam ini nggak pulang karena masih ada pekerjaan di lapangan" Karmelita menyuruh Rico untuk tidur. "Selalu itu saja yang jadi alasan, paling bapak sedang asyik dengan perempuan gatal itu" ucap Rico sambil berjalan masuk ke dalam kamarnya. Rico bergegas masuk ke dalam kamarnya dan segera mengunci pintu kamarnya. Rico tak mau ibunya bertanya banyak tentang perempuan itu. Rico keceplosan bicara dan dia takut ibunya akan bersedih bila mengetahui kalau bapaknya selingkuh di luaran sana. Karmelita terdiam saat mendengar Rico menyebutkan kalau bapaknya bersama perempuan lain. Karmelita ingin bertanya pada Rico, tapi Rico sudah menutup pintu kamarnya. Karmelita yakin kalau Rico mengetahui mengenai bapaknya di luaran sana. Karmelita berjanji akan menanyakan hal itu pada Rico besok. Karmelita segera berjalan menuju ke kamarnya. Di tariknya nafas dalam-dalam seakan ada sesuatu yang menghimpit dadanya sehingga membuat dirinya sulit bernafas. "Apa jangan-jangan apa yang di katakan orang selama ini benar, hanya saja aku yang tak begitu mau mendengarkan kata orang, atau ..., " Karmelita tak melanjutkan pikirannya mengenai apa yang dia dengar selama ini. Karmelita segera masuk ke dalam kamarnya dan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Hatinya mulai gelisah memikirkan apa yang di maksud oleh anaknya. Lama Karmelita terdiam dan merenung dan mencoba menenangkan hatinya yang mulai gelisah. Ingin sebenarnya Karmelita untuk mengusir semua prasangka buruk yang hadir di kepalanya, tapi melihat kenyataan yang ada di hadapannya membuat Karmelita bimbang. Terlebih lagi sikap Dirga yang mulai berubah dan kebiasaannya tak pulang ke rumah dengan alasan lembur kerja membuat Karmelita mau tak mau berfikir kalau suaminya menyimpan suatu rahasia yang dia sendiri sebenarnya tak mau mempercayai semua itu. Karmelita mencoba memejamkan kedua matanya, tapi pikiran itu terus mengusik hatinya. "Astagfirullah, apa yang aku pikirkan, ini salah. Tak mungkin bang Dirga berkhianat seperti yang orang-orang katakan. Tapi kenapa hatiku mengatakan lain. Ya Allah jauhkanlah pikiran buruk ini dari hati dan pikiran ku" ucap Karmelita dalam hati. Lelah hati Karmelita memikirkan semua ini hingga akhirnya Karmelita pun tertidur dengan pikiran-pikiran yang terus bergelayut di kepalanya. Adzan subuh mulai berkumandang ketika Karmelita terbangun. Karmelita melihat ke samping tempat tidurnya tak ada siapa-siapa. Berarti semalam bang Dirga benar-benar tak pulang. Perasaan Karmelita mulai di liputi perasaan tak enak, karena ini bukan sekali dua kali suaminya tak pulang ke rumah tapi sudah empat kaki dalam seminggu ini suaminya tak pernah tidur di rumah. Karmelita segera mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja nakas yang berada di samping tempat tidurnya, dan segera mencari nomer seseorang. Setelah menemukan nomer itu, Karmelita segera menghubungi salah seorang teman suaminya yang satu tempat kerja. "Halo, " sapa Karmelita begitu panggilan telepon itu tersambung. "Iya halo, maaf ini siapa ya" terdengar suara seorang perempuan di telepon. "Maaf apa benar ini nomernya bang Supri? " tanya Karmelita lagi. "Iya benar, ada apa ya anda mencari suami saya? " tanya suara perempuan yang ternyata adalah istri dari teman suaminya yang bernama Supri. "Maaf kak, saya Lita, saya istri dari bang Dirga teman satu tempat kerja dengan bang Supri. Saya mau tanya apa benar semalam bang Supri dan suami saya kerja lembur? " tanya Karmelita pada perempuan itu di telepon. "Lembur apa ya kak? semalam suami saya ada di rumah kok kak, nggak ada lembur" ucap perempuan itu di telepon. "Deg" jantung Karmelita seakan berhenti berdetak saat mendengar perkataan istri dari teman suaminya kalau tak ada lembur di kantor. Lantas dimana suaminya tidur semalam. Lama Karmelita terdiam hingga suara perempuan di telepon itu memanggil-manggil namanya. Karmelita sudah tak bisa lagi bicara hati dan pikirannya kalut. Karmelita membiarkan panggilan telepon itu hingga akhirnya mati sendiri. "Kamu dimana Bang, kenapa kamu tega bohongi aku" ucap Karmelita lirih. Karmelita merasa cemas sekaligus sedih memikirkan kata-kata istri dari teman suaminya itu. Di pejamkan kedua matanya untuk menahan segala rasa yang membuat dadanya terasa sesak. Bayangan suaminya dengan perempuan lain menari-nari di pelupuk matanya. "Nggak mungkin bang Dirga tega berselingkuh. Bang Dirga nggak akan tega mengkhianati aku, bukankah selama ini bang Dirga begitu sayang dan sangat mencintai aku, jadi mana mungkin bang Dirga tega berbuat seperti yang di katakan orang-orang di luar sana" bisik hati Karmelita. Karmelita tenggelam dalam pikirannya hingga terdengar suara ketukan di pintu kamarnya. Tapi Karmelita enggan untuk membuka pintu kamarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD