Bab 4

1067 Words
Karmelita menatap tajam ke arah Dirga pikirannya sudah di penuhi oleh amarah. Karmelita tak menyangka kalau Dirgs tega berkhianat padanya. Dirga yang terkejut berusaha menutupi kegelisahan hatinya yang ketangkap basah sedang dengan perempuan lain. Dirga berusaha melepaskan pegangan tangan perempuan simpanannya itu. "Kamu kenapa kesini Lita? " tanya Dirga pada Karmelita gugup. "Seharusnya yang bertanya itu aku bang, ngapain abang ada di tempat seperti ini?" tanya Karmelita pada Dirag yang nampak berusaha menutupi kegelisahan hatinya. "A ... aku sedang menunggu teman yang mau memberi tender pada abang " ucap Dirga gugup. "Terus siapa perempuan yang bergelayut mesra di sebelah abang? " tanya Karmelita sinis. Dirga segera melepaskan pegangan tangan perempuan simpanannya itu. "Oh dia hanya pekerja di cafe ini Lit, kamu jangan berpikir negatif dulu sama abang" ujar Dirga lagi. Sementara itu Minul menatap kesal ke arah Dirga karena dirinya di bilang pekerja cafe. Tapi Karmelita bukan bisa di bohongi oleh Dirga karena ini bukan yang pertama kali Dirga selingkuh. "Kamu nggak lagi berbohong sama aku kan bang" selidik Karmelita. Matanya menatap ke arah Minul yang nampak kesal dan juga ke arah Dirga yang nampak gugup. Teman-teman Dirga yang berada di tempat itu hanya tersenyum dan pura-pura tak tahu. Mereka tak mau terlibat dengan masalah Dirga karena mereka tahu siapa Karmelita dan siapa keluarga Karmelita yang merupakan orang nomer satu di desa mereka. Karmelita menyuruh Minul pindah dan dirinya duduk di tempat yang tadi di duduki oleh Minul. Minul berdiri sambil menghentakkan kakinya karena kesal pada Dirga yang tak membela dirinya. "Nul, sini duduk dekat abang saja, si Dirga lagi ada macannya" celetuk salah seorang teman Dirga yang di balas dengan lirikan tajam Dirga ke arah temannya itu. Sementara Rico duduk di sebelah ibunya. "Kemarin katamu kamu lembur di tempat kerja, tapi tadi aku telepon teman kerja kamu katanya tempatmu bekerja tak pernah ada lembur, jadi sebenarnya kamu kemana bang sampai nggak pulang ke rumah? " tanya Karmelita pada Dirga. "Abang semalam beneran lembur Lit, karena ada proyekan baru, tapi teman abang nggak ada yang tahu, ini hanya abang dan bos abang saja yang tahu" Dirga memberikan alasan kepada Karmelita agar tak curiga. "Terus kenapa sekarang abang malah ada di sini bersama perempuan itu" cecar Karmelita, "Abang ke sini karena abang menunggu teman abang yang akan memberikan pekerjaan baru pada abang, kamu jangan selalu curiga sama abang, semua ini juga abang lakukan untuk kamu dan anak-anak" ucap Dirga sedikit keras. Karmelita menundukkan kepalanya karena merasa sedih, karena Dirga suaminya tak juga mau jujur kepadanya walaupun sudah tertangkap basah sedang bersama perempuan lain. Rico yang mengetahui ibunya sedih mengusap lengan ibunya pelan untuk memberikan dukungan dan suport pada sangat ibu. Karmelita berusaha tersenyum pada Rico walau hatinya perih bagai di sayat sembilu. "Abang nggak usah bohong lagi, Lita sudah tahu, bahkan Lita sudah melihat sendiri abang berboncengan sepeda motor dengan mesra." Lirih Karmelita berbicara pada Dirga. Tentu saja Dirga terkejut dia tak menyangka kalau Karmelita sudah mengetahui apa yang dia lakukan. "Jujurlah bang, jangan bohongin Lita lagi" ucap Karmelita tersendat-sendat. "Mau sampai kapan abang bohongin Lita terus, apa abang nggak memikirkan anak-anak kita yang sudah besar, apa abang tak pernah memikirkan perasaan Lita, perasaan orang tua kita, seandainya mereka tahu apa yang sudah abang lakukan selama ini? " tanya Karmelita lirih. Dadanya terasa sesak. Kalau saja tak ada orang di sana ingin rasanya Karmelita berteriak agar hilang sesak di d**a. Dirga hanya tertunduk diam, tak bisa berkata apa-apa. Semua yang di katakan Karmelita benar, tapi entah mengapa Dirga merasa tak pernah puas dengan satu wanita. Padahal kalau boleh di bilang perempuan-perempuan yang selama ini menemaninya tak ada yang bisa di bandingkan dengan Karmelita dalam segala hal. Karmelita adalah perempuan sempurna di mata Dirga. Selain cantik, Karmelita juga lemah lembut, dan dia memiliki perkejaan yang cukup baik. Selain itu keluarga Karmelita bukankah keluarga sembarangan. Bapaknya seorang kepala desa di tempat mereka tinggal, "Kenapa diam bang, apa salah Lita hingga abang tega menyakiti hati Lita" , airmata yang sedari tadi coba di tahan akhirnya luruh juga. Rico menggenggam erat tangan sangat ibu agar ibunya kuat. Sebenarnya inilah yang Rico takutkan bila ibunya di beritahu mengenai perbuatan bapaknya. Rico tak mau hati ibunya kembali terluka, karena ini bukan yang pertama kali di lakukan oleh bapaknya. "Maafkan abang Lit" hanya itu yang bisa di ucapkan oleh Dirga. "Maafkan abang khilaf, abang janji abang nggak akan berbuat seperti ini lagi" Dirga berlutut di hadapan Karmelita, tapi Karmelita tak mengindahkannya, malah Karmelita mengajak anak sulungnya pergi dari tempat itu. "Kita pulang Rico, ibu sudah gerah di tempat ini" ajak Karmelita pada Rico putranya. Rico segera berdiri dan berjalan terlebih dahulu menuju ke sepeda motor miliknya yang di parkir di depan cafe tersebut. Karmelita beranjak dari duduknya dN berlalu meninggalkan Dirga yang masih berlutut memohon ampun pada Karmelita. "Lita, maafkan abang Lit" seru Dirga pada Karmelita. Karmelita terus berjalan menyusul Rico yang sudah menunggunya di atas sepeda motor. Rico segera melakukan sepeda motor miliknya setelah Karmelita duduk di atas sepeda motornya itu. Rico hanya diam dan tak banyak bertanya pada Karmelita. Rico tahu saat ini hati ibunya sedang tidak baik-baik saja. Rico terus melakukan sepeda motor miliknya menuju ke rumah mereka. Sementara itu Dirga yang masih berada di cafe segera beranjak meninggalkan cafe tanpa memperdulikan Minum perempuan selingkuhannya. Teman-teman Dirga hanya melihat Dirga yang nampdk gelisah hanya tertawa sambil meledek Dirga yang ternyata laki-laki yang sangat takut pada istri. "Hei Dirga, kemana tajimu, baru di gertak sama istri saja sudah ciut nyalimu" ucap salah seorang temannya, sementara Minum menatap sebal ke arah Dirga. "Aku bukan takut sama istri ku hanya saja mendapatkan perempuan seperti istriku itu sangat sulit, aku hanya nggak mau kehilangan sumber pendapatan ku saja, kalau sampai di stop kucuran dana aku bisa repot aku, bagaimana aku bisa manjain si Minul yang banyak mintanya" ucap Dirga sambil melirik ke arah Minul yang masih cemberut dan kesal pada Dirga. "Abang pulang dulu ya Nul, abang harus meyakinkan istri abang dulu, nanti kalau istri abang sudah reda marahnya kita bisa jalan-jalan dan senang-senang lagi, untuk sementara tahan dulu rindumu sama abang ya Nul" rayu Dirga. "Janji ya bang kalau abang sudah baikan sama istri abang itu, abang akan bawa Minum jalan-jalan " ucap Minul sambil tersenyum manja. " ya abang janji, ya sudah abang pulang dulu, sebelum marahnya tambah besar" ucap Dirga sambil menjawil b****g Minul yang semok. Dirga segera berjalan keluar dari cafe tersebut dan segera memacu kuda besinya dengan cepat menuju ke rumah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD