bc

The Last Wish

book_age18+
21
FOLLOW
1K
READ
HE
arranged marriage
goodgirl
heir/heiress
drama
bxg
affair
like
intro-logo
Blurb

Ini pertama kalinya Noran memenuhi permintaan gila pasiennya. Ray - pria seumuran Noran itu memintanya berkencan dengan adik angkatnya sebelum ia meninggal.

Noran tak tega menolak permintaan terakhir pasiennya itu. Akhirnya ia bertemu dengan adiknya - Brianna yang ternyata seorang dokter di rumah sakitnya. Namun saat bertemu dengan perempuan bermata coklat itu, Noran seketika tahu bahwa Brianna mencintai Ray.

Brianna dan Ray saling mencintai dan Noran terjebak di antara hubungan mereka itu. Hubungan tragis yang membuat Noran tak bisa melakukan apa pun, selain berdiri diam - melihat perempuan yang ia cintai menangis karena pria lain. Berdiri diam - melihat perempuan yang ia cintai tersenyum pada pria lain di hari pernikahan mereka. Dan hanya berdiri diam, melihat perempuan yang ia cintai kehilangan pria yang dicintainya bertahun-tahun.

Karena bagi Ray, mencintai Brianna adalah memastikan perempuan itu hidup dengan baik dan bahagia tanpanya. Dan bagi Noran, mencintai Brianna adalah menyembuhkan luka perempuan itu yang sangat dalam.

chap-preview
Free preview
PROLOG
Byurrr! Noran menutup matanya. Air dingin mengalir dari kepalanya hingga membasahi kemejanya. Laki-laki itu menarik napas panjang. Menenangkan dirinya dan mengatakan pada dirinya berulang kali, bahwa ia pantas menerima ini semua. "Kau hanya memanfaatkanku? Kau tak mencintaiku? Lalu kenapa kita berpacaran selama empat tahun ini, Noran? Kau hanya ingin menghabiskan waktuku?" Noran mengusap wajahnya yang basah kuyup. Menatap Raline yang kini memelototinya tajam. Perempuan itu terlihat sangat marah padanya. Mungkin kemarahan bukan hal yang tepat, Noran beruntung setidaknya Raline tak membunuhnya sekarang. "Aku minta maaf. Aku ingin kita berpisah baik-baik. Aku sudah berusaha keras untuk mencintaimu, tapi ternyata aku tak bisa, Raline," kata Noran pelan. "Jadi aku hanya uji coba bagimu? Empat tahun kau menjadikanku bahan uji coba? Kau sungguh jahat. Apa kau tahu betapa bajingannya kau sekarang?" Noran mengangguk, "Aku tahu." Raline menggeleng, "Kau tak tahu! Kemarin kau baru saja mengajakku bertemu keluarga besarmu. Aku pikir kau mengajakku makan malam ini untuk melamarku. Aku sudah berdandan cantik dan datang ke sini dengan bahagia. Tapi kau menghancurkan semuanya, Noran. Kau sungguh laki-laki terjahat yang pernah aku temui. Kau b******n! Aku membencimu, Sialan!" teriak Raline lalu meninggalkan Noran. Noran melihat perempuan itu keluar dari restoran. Noran menarik napas dalam. Mengingat pertemuannya dengan Raline empat tahun yang lalu. Raline adalah dokter pindahan yang sangat populer di rumah sakit Medistra. Semua dokter pria mendekatinya untuk mengajaknya berkencan, tapi Raline tak pernah peduli. Kepopuleran Raline terdengar sampai ke telinga ibu Noran - Illana. Illana yang khawatir Noran tak bisa melupakan Evelyn - cinta pertama Noran - membuat wanita itu merencanakan pertemuan Raline dan Noran. Dari awal, Noran berpacaran dengan Raline untuk membuat Illana percaya Noran sudah melupakan Evelyn. Raline bukan perempuan yang rumit dan Noran merasa nyaman dengan perempuan itu. Mereka sama-sama dokter, saling mengerti dengan kesibukan masing-masing, karena itu hubungan Noran dan Raline bertahan lama. Terus terang, mereka juga jarang bertemu karena sibuk. Selama ini Raline terlihat tak keberatan, karena itu Noran pikir Raline juga tak benar-benar mencintainya. Hingga kemarin ketika acara makan malam dengan keluarga besar William, Evelyn datang dan Noran sadar ia belum bisa melupakan perempuan itu. Melihatnya bahagia bersama suaminya - Kane Lazuardhi - tetap membuat Noran sedih. Selama ini Noran hanya berpura-pura dirinya baik-baik saja. Tersenyum di depan Evelyn dan berkata bahwa ia sudah memiliki perempuan lain yang ia cintai, tapi semua itu hanyalah kebohongan. Noran sudah mencintai Evelyn selama dua puluh tahun dan Noran tak bisa begitu saja melupakannya. Bahkan Noran berpikir ia tak akan bisa melupakan Evelyn. Tak akan bisa. Karena itu - ketika keluarganya membahas tentang pernikahan Noran dan Raline, laki-laki itu sadar ia sudah berjalan terlalu jauh. Noran harusnya tak mempermainkan perasaan Raline terlalu jauh. Noran tak mungkin menikahi Raline hanya karena ia ingin menunjukkan ke semua orang bahwa ia baik-baik saja. Noran memang putus asa, tapi ia tak sebodoh itu. Noran tak sejahat itu pada Raline. Noran harus menjelaskan semuanya pada Raline dan semuanya berakhir seperti ini. Raline meninggalkannya dengan kebencian yang dalam. Noran bisa merasakannya, tapi Noran tak bisa menyalahkan perempuan itu. Noran memang sudah jahat pada perempuan itu. Noran berdiri, menatap makanan yang masih utuh di meja mereka. Harusnya Noran mengatakan semuanya ketika mereka selesai makan agar makanan itu tersentuh. Sekarang Noran tak ingin memakan apapun lagi. Noran hanya ingin menenggelamkan dirinya di dalam air dingin. Menghilangkan semua kekacauan dalam kepalanya yang anehnya Noran sudah terbiasa dengan itu. Laki-laki itu masuk ke toilet restoran untuk mengeringkan kemejanya yang basah. Noran melirik sekilas laki-laki yang berdiri di sampingnya. Terlihat sedang menelepon seseorang. "Aku tahu. Aku baru selesai makan malam. Sepertinya kau harus khawatir pada dirimu sendiri, Bri. Apa kau sudah makan malam? Kau pasti masih sibuk dengan tesismu, kan?" Noran mengeringkan dan merapikan rambutnya dengan tisu. Noran melirik laki-laki di sampingnya itu dan saat itulah mata mereka bertemu. Laki-laki asing itu tersenyum kecil dan Noran membalas senyumnya sopan. "Aku akan menjemputmu. Kau masih di Medistra?" kata laki-laki di sebelahnya. Noran sedikit penasaran ketika laki-laki itu menyebut rumah sakit Medistra - rumah sakit yang milik keluarga Noran dimana sekarang Noran menjadi pimpinan di sana. Apa laki-laki itu sedang menelepon salah satu dokter di Medistra? "Sudah berapa hari kau menginap di sana? Kenapa kau selalu shift malam? Baiklah. Segeralah makan malam dan jangan terlalu minum kopi. Kau harus ingat dengan lambungmu. Jangan mengatakan padaku lagi kalau dokter tak akan bisa sakit karena aku lelah merawatmu saat sakit, kau tahu aku -" Kata-kata laki-laki itu terputus. Laki-laki di sampingnya itu terbatuk kecil dan Noran terkaget ketika melihat darah di tangannya. Noran tak menyadari karena laki-laki itu terlihat sangat bahagia ketika mengobrol di telepon, tapi sekarang Noran sadar laki-laki itu terlihat sangat pucat. Bibirnya memutih dan wajahnya mengernyit menahan sakit. Merasa Noran memperhatikan darah di tangannya, laki-laki itu langsung mencuci tangannya dengan air mengalir. "Aku baik-baik saja, Bri. Sepertinya aku terkena flu. Aku sering batuk sekarang," katanya dengan nada yang mulai bergetar. Noran tahu ada yang tak beres dengan laki-laki itu. Laki-laki itu terlihat tak kaget dengan darah yang keluar dari mulutnya, seperti itu sering terjadi. Dan laki-laki itu juga berbohong pada orang di telepon. Padahal laki-laki itu tak terkena flu, dia batuk berdarah dan sebagai dokter - Noran merasa itu bukan sesuatu yang remeh. "Aku tutup. Aku harus pulang," kata laki-laki itu setelah semua darah di tangannya hilang. Laki-laki itu hanya melirik Noran lalu keluar dari toilet. Tak ada lagi senyuman ramah seperti awal tadi. Wajah laki-laki itu terlihat seperti orang menahan sakit. Noran mengikutinya dari belakang. Menahan tangan laki-laki itu tak bisa menghilangkan rasa khawatirnya pada orang asing itu. "Kau baik-baik saja?" tanya Noran. Laki-laki itu berbalik dan matanya setengah terbuka - tak fokus. Lalu laki-laki itu jatuh di depan Noran. Jatuh pingsan ke lantai restoran tanpa sempat menjawab pertanyaan Noran. Beberapa orang di restoran mendekati mereka dan membantu Noran menelepon ambulan. Noran mengambil ponsel laki-laki itu yang tergeletak di lantai dengan keadaan layar yang terbuka. Di layar ponsel itu, terlihat foto laki-laki itu dengan perempuan bermata coklat yang cantik. Mereka saling menatap dan tersenyum lebar. Terlihat saling menyayangi. Di ponsel itu juga tertulis sebuah nama di bawah foto sang perempuan. Bri. Brianna. Ternyata nama yang dipanggil laki-laki itu saat mengobrol di telepon tadi. Noran melihat foto itu beberapa detik sampai layar ponsel itu meredup sendirinya. Noran pun dengan cepat membantu laki-laki yang pingsan itu sampai rumah sakit Medistra. Sambil terus menggenggam ponsel laki-laki itu, Noran menunggu hasil pemeriksaannya. Entah kenapa merasa khawatir pada laki-laki itu. Noran menjaga laki-laki itu, tanpa tahu bahwa pertemuan mereka malam itu adalah awal dimana cerita mereka dimulai. Pertemuan yang membuat Noran terjebak di antara dua orang yang saling mencintai, tapi tak ditakdirkan untuk bersama itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
202.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.3K
bc

My Secret Little Wife

read
115.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
107.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook