17

1032 Words
"Irene?" Elina memanggil dengan suara pelan, tetapi pelayannya itu langsung datang. "Anda sudah pulang, Yang Mulia? Ada yang bisa saya bantu?" Mungkin pelayannya itu melihatnya datang dengan Aslan, tetapi wajahnya tampak biasa saja. Pelayan istana dilatih untuk menutup telinga dan mata, seolah-olah mereka tidak mendengar apa pun dan tidak melihat apa pun. Elina membaringkan tubuhnya di atas ranjang, ia berucap dengan suara pelan. "Siapkan air hangat untukku, aku ingin berendam." "Baik, Yang Mulia." Tidak perlu diperintahkan dua kali, Irene langsung melesat pergi.  Elina menatap langit-langit kamarnya pikirannya tertuju pada Sebastian. Ia pergi dengan Sebastian, tapi pulang  bahkan tidak mengabari lelaki itu. Apa Sebastian tahu kalau dia pulang dengan Aslan? Semoga saja lelaki itu tahu, karena ia malas menjelaskan. Ia masih marah pada Sebastian, akan tetapi ia akan mempertimbangkan untuk bekerjasama oleh lelaki itu. Karena sama-sama berasal dari darah Dewa dan Dewi, hanya Sebastianlah yang yang tahu apa yang harus dilakukan. Aslan tahu ia bisa melihat masa depan, lelaki itu juga tahu dirinya yang sebenarnya bukan putri Daviana. Jika ia memutuskan untuk membalik badan dan bekerjasama dengan Sebastian diam-diam di belakang Aslan, akan seperti apa reaksi lelaki itu? Elina mengusap lehernya, memijat-mijat pelan, sehabis ini pasti lehernya luka lagi dan rasa sakit yang menyengat akan mengalir ke seluruh tubuh. Ia tertegun ketika mengingat sesuatu. Setiap Aslan meminum darahnya, lehernya pasti terluka, tetapi ketika ia terbangun, lehernya sembuh total. Tidak ada bekas apa pun bahkan dua titik di lehernya tidak ada, apa itu artinya Aslan bisa menyembuhkan luka seseorang? Dahinya berkerut, jika seperti itu kenapa Aslan tidak menyembuhkan seluruh warga di desa Dyras? Apa mungkin lelaki itu hanya bisa menyembuhkan bekas gigitannya saja? Karena Aslan tidak bisa menyembuhkan penyakit jantungnya.  Elina menggeleng-geleng untuk menghilangkan pikiran tentang Aslan, saat ini fokusnya hanya ingin mandi dan beristirahat, ia menghela napas pelan. "Yang Mulia, air Anda sudah siap." Irene datang dan membungkuk di hadapannya, Elina tersenyum sebagai jawaban.  "Terima kasih," katanya dengan suara lembut. Elina berjalan ke kamar mandi, ia langsung merebahkan tubuhnya. Air yang hangat membuatnya rileks, ia merasa di seluruh tubuhnya dipenuhi debu. Ia pikir padang pasir hanya berada di kerajaan Adasius, tetapi ternyata di kerajaan Alasjar juga ada. Ia memejamkan matanya untuk menikmati acara berendamnya. "Lapor, Yang Mulia, mereka sudah sembuh. Apa kita harus meracuninya kembali?" "Tidak perlu, kita akan meracuni desa selanjutnya. Buat ini berulang hingga Aslan merasa ada yang salah dengan kepemimpinannya." Lelaki itu terdiam sejenak. "Untuk saat ini jangan menyerang desa terlebih dahulu, aku membuat kesalahan dengan memberitahu seseorang. Kupikir dia akan berpihak padaku, heh, ternyata aku salah, hatinya selembut kapas. Untuk p*********n kedua dan ketiga buat seolah-olah mereka keracunan makanan dari tempat mereka sendiri." "Perintah akan dilaksanakan, Pangeran Ozza." Seketika Elina membuka kedua matanya, Pangeran Ozza? Siapa itu? Ia tidak bisa melihat wajahnya, ia hanya mendengar suaranya saja. Suaranya seperti Sebastian, tapi tentu saja itu tidak mungkin. Dia bersikap seolah-olah sudah membuat desa Dyras sakit. Elina menegakkan tubuhnya, apa ternyata Sebastian punya komplotan dan diketuai oleh Pangeran Ozza?  Ia belum pernah mendengar Pangeran Ozza, apakah dia salah satu anak selir yang berada di kerajaan lain? Apakah ternyata Pangeran Ozza adalah pangeran dari kerajaan musuh yang ingin mengalahkan Aslan? Karena sibuk memikirkan hal itu tanpa sadar Elina melupakan fakta bahwa ia bisa melihat masa depan kembali. Pertama-tama ia akan menyudahi acara mandinya, kemudian pergi ke perpustakaan dan mencari buku tentang kerajaan-kerajaan lain. Dan nama-nama pangeran yang berada di kerajaan itu. Jika ia mengetahui dari mana Pangeran ozza mungkin ia bisa bersikap waspada dan memberitahu Aslan. Elina ingin Aslan hancur, tetapi bukan menyakiti para warga. Jika Pangeran Ozza ingin melukai Aslan, ia mungkin bisa bekerjasama dengan pangeran itu tanpa harus melukai para warga, karena warga tidak ada kaitannya dengan masalah yang terjadi di istana. Mungkin pikiran para bangsawan kerajaan memang seperti itu, mereka menganggap nyawa warga desa tidaklah penting. Warga desa hanya sebagai alat untuk menghasilkan padi dan juga tanaman, tidak lebih dari itu. Mungkin juga para bangsawan itu menganggap bahwa warga desa adalah hama yang harus dimusnahkan, karena terlalu banyak mengadu kepada pihak kerajaan, tetapi mereka tidak bisa menghargai satu nyawa. Itulah yang dilakukan prajurit Alasjar pada desa Elina yang dahulu, Elina akan mengubah cara pandang mereka terhadap hal seperti itu. Warga juga berhak mendapatkan kuasanya dan keadilan dari para bangsawan.  Ia bisa mengajak Pangeran Ozza untuk mengembangkan kekuatan dan juga tenaga dalam, karena Sebastian pernah berkata Jika ia mampu meningkatkan kekuatannya, maka ia bisa mengalahkan Aslan karena dirinya keturunan Dewa yang suci. Elina memanggil Irene, untuk membantunya berpakaian ia ingin cepat-cepat pergi ke perpustakaan dan menyelidiki kasus ini. Ia sampai lupa bahwa sehabis ini dirinya harus memberikan darahnya pada Aslan. Setelah berpakaian Elina langsung berlari ke perpustakaan, iya langsung masuk dan mencari buku tentang kerajaan lain yang berjejer di sana. Tidaklah mudah menemukan buku tentang kerajaan yang ditulis secara turun-temurun, apalagi biasanya anak selir tidak terlalu mencolok dan bahkan nama mereka tidak ditulis. Ia sudah tidak tahu berapa lama dirinya berada di perpustakaan ini. Buku yang diinginkannya tak kunjung ketemu. Karena lelah ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamar, sebelum sampai di kamar Elina melihat Aslan berdiri di pintu kamarnya sembari melipat kedua tangan dan menatap lurus ke depan tepat ke arahnya. Aslan sudah melihatnya, ia tidak tahu apakah harus berbalik atau menghampiri lelaki itu. Aslan menatapnya tajam, karena merinding dengan tatapan Aslan, tanpa berpikir dua kali ia membalikkan tubuhnya dan berlari ke arah perpustakaan. Seharusnya ia pulang saja menghampiri lelaki itu, agar Aslan tidak semakin marah dengan sikapnya. Ia memilih jalan kematiannya sendiri. saat ia berada di perpustakaan, Aslan l⁴ebih dulu sampai di sana, lelaki itu menghadang langkahnya.  "Mau ke mana kau? Apa kau lupa kewajiban yang harus kau lakukan setelah mandi?"  Elina tersenyum dengan raut wajah bodoh, tapi tiba-tiba ia teringat sesuatu. Sebaiknya ia mengalihkan perhatian Aslan pada pertanyaannya, lelaki itu pasti mengenal pangeran Ozza. "Saya bisa menjelaskan kenapa saya berada di sini, saya tidak lupa dengan janji saya, sebenarnya saya masih bisa melihat masa depan. Sewaktu saya mandi tadi, saya melihat seseorang yang bernama pangeran Ozza menyebabkan warga Desa Dyras kenak penyakit itu. Saya tidak terlalu melihat wajahnya, saya hanya melihat bayangan putih,  saya juga tidak terlalu yakin maka dari itu saya ingin mencari buku kerajaan lain atau kerajaan mana saja yang terdapat Pangeran Ozzanya." Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD