20

837 Words
Happy Reading and Enjoy~ Selama tiga hari Aslan berada di kamarnya, lelaki itu begitu cerewet, ia sendiri sampai terkejut mengapa lelaki itu bisa secerewet itu, padahal dia terkenal kejam dan juga dingin. Makhluk yang tidak dapat disentuh. Elina tidak pernah tidur selama Aslan berada di kamarnya. Ketika ia ingin berbaring lelaki itu sibuk menyuruhnya mengambil ini dan itu, menyuruhnya mengobati lukanya kembali, dan berbagai kegiatan-kegiatan lain. Seperti yang sudah diperkirakan, setelah tiga hari racun yang berada di wajah Aslan perlahan menghilang, tetapi masih ada sedikit urat-urat yang menonjol di pipinya. Lelaki itu membawa berkas-berkasnya ke kamar Elina dan memeriksanya di sana. Kedua mata Aslan terkena racun dan lelaki itu menyuruh Elina untuk membacakan semua berkas-berkasnya, lalu menyuruhnya menyalin dan merapikan semua berkas-berkasnya yang berisi pengaduan warga. Aslan menyuruh Elina untuk menstempel berkas-berkas yang perlu persetujuan dari pihak istana. Hilang sudah harapan Elina yang ingin menemui Sebastian, sewaktu Aslan dirawat, ia selalu berada di kamar dan tidak boleh pergi kemana-mana. Ia tidak tahu apakah Sebastian sudah sampai di sana atau belum, tetapi para prajurit yang berada di kota Dyras belum juga sampai. Para peajurit itu pasti sampai selama satu bulan kemudian, tapi seharusnya Sebastian bisa sampai dengan cepat. Elina harus menunggu lima hari lagi hingga mencapai satu minggu. Ketika itu ia akan keluar dengan menemui Sebastian, persetan dengan Aslan. Yang merasa bersalah pada lelaki itu karena pulang tanpa izin terlebih dahulu, ketika di desa Dyras mereka tidak pernah bertemu. Elina langsung memeriksa para warga dan mengambil obat bersama Aslan. Oh, ia tidak akan pernah melupakan Aslan yang telah meninggalkannya satu harian di tengah-tengah padang pasir. Elina terdiam, seharusnya ia tidak merawat Aslan. Lelaki itu sudah berbuat jahat padanya, mengapa ia sibuk memikirkan keselamatan dan kesehatan lelaki itu. Ia melirik Aslan yang terbaring santai. Rasa kesalnya tiba-tiba memuncak. Demi Dewa Dewi, lebih baik ia meracik racun sendiri dan menuangkannya ke wajah lelaki itu lagi. "Ambilkan camilan untukku, aku sudah lapar." Elina mengatupkan bibirnya, ini entah sudah keberapa kali Aslan menyuruhnya untuk membawa makanan kepada lelaki itu. Tidak mungkin menolak ia berucap, "Baik, Yang Mulia." Dia berbalik dan memanggil Irene. "Ambilkan makanan untuk Yang Mulia, beliau sudah lapar." Irene mengangguk dan langsung berbalik, saat langkahnya sampai di depan pintu, Aslan berteriak. "Tidak, aku mau kau sendiri yang mengambilnya. Jangan suruh pelayan mana pun." "Tapi Yang Mulia ...." Memang Aslan sudah mengetahui identitasnya yang sebenarnya, tapi saat ini ia adalah ratu kerajaan Alasjar. Bisa-bisanya lelaki itu merendahkannya! Seolah mendengar ucapan hatinya, Aslan berkata. "Aku bisa mendengarmu karena aku adalah rajamu dan juga suamimu, kau harus bersyukur karena sudah ku beri kesempatan untuk menyediakan secara langsung makanan yang kuinginkan. Itu pertanda bahwa aku menghormatimu." Elina memutar bola matanya, katakan di mana letak menghormatinya? Menyediakan makanan termasuk pekerjaan para pelayan. Bisa-bisanya lelaki itu menya makanan dengan derajat paling rendah di istana. Elina mendengus, ia menghentakkan kakinya dan berjalan ke dapur istana. Sebelum itu, ia mengatakan pada Aslan bahwa ia akan lama karena dapur letaknya jauh dari kamarnya sendiri. Elina mencoba meredam kekesalannya ini adalah kesempatan untuk mencari keberadaan Sebastian, mana tahu lelaki itu menggunakan kekuatannya. Ia penasaran, tapi sepertinya Sebastian bisa teleport seperti Aslan. Ia punya pikiran bahwa Sebastian lebih kuat dari Aslan. Karena lihatlah Aslan sekarang, lelaki itu terkena racun saja sudah terbaring lemah, bahkan jantungnya juga sering kambuh. Orang seperti Aslan bagaimana bisa dinobatkan sebagai orang terkuat di bumi? *** Saat sampai di dapur, Elina menghampiriku koki yang ada di sana. Mereka langsung menegang dan bertanya dengan suara ragu. "Ratu, apa yang Anda lakukan di sini? Elina tersenyum singkat. "Sediakan makanan yang biasa kalian sediakan untuk Raja Aslan." "Baik, Yang Mulia. Kami yang akan mengantarnya. Anda bisa pergi ,dapur tidak cocok untuk Anda." "Aku akan menunggu sampai selesai. Apakah ada tempat duduk di sini?" Wajah mereka tampak keberatan. "Dapur tidak cocok untuk Anda." Elina menggeleng. "Tidak apa-apa." "Tapi Yang Mulia ..." "Baiklah, aku akan pergi dari sini dan menunggu di halaman istana. Kalian bisa mengantarnya, dari sana aku yang akan memberikannya pada Yang Mulia Raja." Untuk menaikkan derajatnya dihadapan para pelayan, ia menambahkan, "Aku tidak tahu mengapa Aslan ingin aku yang menyediakannya, padahal kalian bekerja di sini untuk dirinya." Elina tersenyum seolah-olah sedang mengenang. Biasanya, orang sakit memang cenderung lebih manja." Setelah mengatakan itu, Elina berbalik meninggalkan sekumpulan para pelayan yang  berbisik-bisik dengan nada ceria. "Apakah pada akhirnya Raja kita jatuh cinta pada Ratu?" "Hais jika Raja tidak jatuh cinta kepada Ratu, mana mungkin beliau mau menikahinya. Kau lihat sendiri, bukan? Banyak orang yang ingin menikah dengan Raja. Ratu-ratu dari negeri lain, tetapi Raja menolaknya. Seharusnya jika para Ratu dan Raja bersatu Alasjar akan lebih besar lagi. "Masuk akal. Raja Aslan lebih memilih Ratu Daviana dari kerajaan Damansus yang kerajaannya sendiri hampir punah." "Eh bukan kah kerajaan Damansus ...." Elina tidak mendengarnya lagi, ia berjalan dengan senyum tersungging di bibirnya. Lelaki itu ingin membuatnya malu di hadapan para pelayan, ia akan membalasnya. Aslan tidak bisa main-main dengannya, lelaki itu memilih lawan yang salah. Elina walaupun berasal dari desa tidak akan pernah mau diinjak oleh Raja yang telah membunuh keluarganya. Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD