Blurb

573 Words
"Mas mencintaimu, Dek." Ucapan cinta yang terdengar lirih dari suamiku tersebut sama sekali tidak aku sukai. Sebelumnya aku sangat berharap kata cinta yang beberapa tahun ini belakangan terlupakan akan kembali dia berikan dengan perasaan hangat dan bahagia. Sungguh, aku sangat rindu dengan pelukan mesranya dan kata-kata manisnya yang mengatakan jika aku dan Rinjani, putri kami, adalah support system terbaiknya. Tanganku mengepal, menahan kesal dan benci yang menjadi satu karena pernikahan indah di usia 10 tahun pernikahan kami ini rupanya hanyalah keadaan semu. Nyatanya kami tidak baik-baik saja. Aku kira hubungan yang merenggang hanyalah bentuk dari hubungan pernikahan yang semakin dewasa. Bukan lagi cinta yang bergelora namun komitmen untuk bersama selamanya. Rasa dingin yang beberapa waktu ini aku tepis dan aku anggap hanya bagian dari ujian pernikahan rupanya justru merupakan kesempatan bagi setan untuk masuk ke dalamnya. "Tapi Mas juga mencintai Tari." Balasku menohoknya membuat pria tampan yang aku bersamai selama 10 tahun ini menelan ludahnya kelu. Obrolan yang kami lakukan di ruang kerja rumah Dinas Komandan Kompi ini bukanlah hal yang mudah. Perih rasanya mendapati pengkhianatan suamiku bersama bawahannya tersebut. Siapa yang tidak akan jatuh cinta pada Mentari Yunika. Kehadirannya satu tahun lalu di unit penerangan bagai angin segar untuk para pria di Batalyon ini, namun rupanya pesona gadis asal Jakarta tersebut tidak hanya membuat para pria muda jatuh cinta, melainkan Sang Danki pun jatuh hati. Perempuan muda berusia 25 tahun dengan wajah cantik, karier mapan, keluarga terpandang, segalanya sempurna, berbanding terbalik denganku yang hanya Ibu rumah tangga biasa yang mengelola toko agar tidak bosan, selebihnya aku hanya Ibu Persit yang katanya hanya numpang hidup di balik nama suamiku. Juanda Prabumi. Tidak pernah aku sangka jika aku bisa sekecewa ini dengannya. Mendapati diamnya Mas Juan aku tertawa kecil, menertawakan diriku yang menyedihkan karena perselingkuhan suamiku dengan anggotanya. Semuanya bermula dari ponselnya yang terkunci dan muncullah pesan dari Mentari, aku sempat positif thinking mengira pesan yang masuk hanyalah hubungan kerja sampai akhirnya Mentari menelpon dan berkata jika dia sudah otw menuju rumah Ibunda Mas Juan yang tidak lain adalah mertuaku. Tidak wajar bukan seorang anggota bertandang ke rumah orangtua Sang Atasan di hari minggu pula, berpura-pura seperti orang bodoh aku bersikap seakan tidak tahu pesan dan telepon yang masuk sampai akhirnya aku memutuskan untuk membuntuti suamiku. Hal yang tidak pernah aku lakukan selama 10 tahun pernikahan kami, dan akhirnya aku mendapati rupa berbeda suamiku dan Mentari yang nyaris tidak aku kenali. Dihadapan keluarga besar suamiku aku melihat bagaimana Mas Juan menggandeng mesra Mentari, memperkenalkannya dengan penuh kebanggaan kepada setiap orang yang langsung disambut dengan sumringah oleh Ibu mertuaku yang memamerkan betapa terpandangnya keluarga Mentari dan membandingkannya dengan keluargaku. Ya, aku memang bukan anak seorang yang terpandang seperti Mentari, tapi aku juga ingin Suamiku dan keluarganya berkaca jika mereka juga bukanlah siapa-siapa. Benar Mas Juan seorang Perwira Muda dengan masa depan yang gemilang, tapi dia bisa mendapatkan semua itu karena aku pun turut menyokong dana pendidikan lanjutannya dari hasil Tokoku. Tidak, aku tidak berkoar-koar maupun menjambak dua peselingkuh yang tidak tahu malu tersebut, aku menghampiri mereka di tengah acara keluarga suamiku, dan aku pun membawa suamiku pulang untuk berbicara secara dewasa. Aku menuntut penjelasan, namun yang aku dapatkan justru kalimat cinta yang terdengar seperti omong kosong belaka. "Cinta ini hadir begitu saja, Dek. Mas nggak bisa menampiknya, jujur saja, melihatmu yang semakin tua membuat cinta Mas perlahan pudar. Mas menemukan Senja muda di diri Mentari yang bisa membuat Mas kembali b*******h dan jatuh cinta, Dek."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD