When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Hei—!" Kenzo melambai-lambaikan tangan di depan wajah Khanza. Dia terkejut mendapati sang istri yang tengah anteng dalam lamunannya. Mata Khanza mengerjap menatap kosong suaminya. "Mas, apa sebaiknya kita pisah aja, " lirihnya mirip sebuah gumaman. Duarrr. Bak tersambar petir mendengarnya. Tubuh Kenzo langsung limbung. Otaknya kosong, dunianya seakan terhenti. Matanya menatap nanar sang istri. "Apa yang kau katakan? Jangan bercanda, kau dan aku tidak akan terpisah sampai kapanpun. Walau sekalipun kau menggugat cerai aku tidak akan kabulkan. Kau milikku selamanya akan tetap jadi milikku. Ingat itu!" peringat Kenzo dengan sorot mata terluka. Bahkan pria dingin nan arogan itu telah meneteskan cairan bening. Hatinya sakit mendengar sang istri tega mengatakan kata pisah. "Dengar! M