When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Aaaaaa!" teriak Khanza saat sang suami melempar tubuhnya di atas kasur. Memang tidak sakit karena di lempar ke kasur empuk, tapi dia merasa kaget tak menyangka Kenzo akan melemparkan tubuhnya seperti itu. Harapan Khanza dia akan di baringkan perlahan dan di perlakukan dengan lembut. Namun, harapan tinggal lah harapan lelaki yang bergelar suami itu rupanya tengah di liputi api amarah. Hingga dia tega berbuat kasar. Khanza beringsut mundur ke belakang hingga tubuhnya membentur headboard ranjang. Tubuhnya gemetaran melihat Kenzo yang merangkak naik ke ranjang dengan sorot mata penuh kilatan api amarah. "Kau takut? Padahal aku suami kau! Ckk, nyatanya dirimu lebih nyaman bersama orang lain rupanya daripada suamimu sendiri. Kenapa, hmm?" tanya Kenzo dengan begitu kesal. . Khanza meng