When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Maaf, jadi maksud Bapak gimana? Apa saya di tolak atau di terima? Saya bingung mengartikannya karena tadi pernyataan Bapak ambigu." Pria tersebut menyunggingkan sebuah senyum yang Khanza sendiri tidak bisa mengartikannya. Sungguh situasi yang sangat tidak nyaman dan mengenakan. Khanza harus menerka-nerka keputusan apa yang akan di ambil pria yang ada di hadapannya itu. "Baiklah, Khanza. Maaf, saya sudah membuat kamu bingung. Jujur saja saya juga merasa bingung harus bicara dari mana dulu. Sebenarnya posisi yang kamu lamar itu sudah ada yang mengisi tepat hari kemarin, mungkin kamu telat menerima emailnya ada perubahan jadwal. Kalau yang sekarang itu untuk interview yang ada di luar kota dan pulau tapi, interviewnya di kantor pusat ini. Apakah kamu siap jika bekerjanya di luar kota atau