When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Kamu masih betah memelukku, Mentari?" goda Damar, karena Khanza masih anteng berada di atas motornya dengan tangan melingkar di pinggang sang pemuda. Sontak Khanza berjengit, pipi wanita itu merah merona karena menahan malu. Bukan tanpa sebab dia mau memeluk pinggang pria bule tersebut. Damar sengaja membawa motornya ngebut agar Khanza mau memeluknya. Wanita itu memukul bahu Damar lembut, dia juga memberenggut sembari turun dari motor besar tersebut. "Aku kapok di ajak lagi naik motor sama kamu. Ternyata kamu itu modusin aku. Sudah kubilang jangan ngebut, ini malah sengaja kebut-kebutan. Apa kamu udah bosan hidup, Damar?!" teriak Khanza merasa jengkel karena dari tadi wanita itu terus menahan napas takut terjatuh dan berdoa agar selamat. "Ha, ha, ha. Kalau kamu ngambek kaya gini,