When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"s**t! Siapa sih? Ganggu orang saja!" umpat Kenzo tak sadar. "Mas—" Khanza menggelengkan kepala. "Jangan suka mengumpat, tidak baik. Itu sepertinya suara Teh Nuri. Ada apa, ya?" "Maaf, Mas tak sadar. Sepertinya, iya itu Teh Nuri. Mana Mas tahu, Sayang. Biarkan saja dia ke sini." Gegas Khanza menegakan tubuhnya, dia juga merasa malu terus berada di dalam dekapan sang suami. Apalagi terlihat orang-orang sudah banyak yang berdatangan untuk melaksanakan sholat subuh. "Mas, sekarang udah masuk subuh, ya?" Kenzo melirik jam yang melingkar di tangannya. " Iya, sepertinya udah masuk waktu subuh." Suara orang yang memanggil Khanza terdengar kembali. "Iya, aku di sini, Teh." Khanza menjawab setengah berteriak agar Nuri mendengarnya. Nuri yang tengah celingukan menoleh, dia gegas mendekat