“Bukan berbahaya, tetapi memuakkan untukku!” ujar Sean, “kau tahu, alasan pertama yang membuatku ingin balas dendam melalui dirimu, karena aku melihatmu dan ayahmu masih bisa tertawa. Aku melihat senyummu ini.” Pengakuan Sean jelas membuat Becca mengerjap. “Kapan?” Sean mendekat, kemudian meraih rahang Becca, agak mencengkeramnya, “saat kau menemui ayahmu, bulan lalu.” Lalu ia mendorong wajah Becca menjauh. Becca memejamkan mata sekejap, baru akan berkata ketika melihat Sean berdiri. Berjalan menuju kamar mandi. “Dia memang brengseeek! Monster!” Becca akhirnya punya kesempatan untuk meluap, mengumpati Sean setelah sejak tadi harus menahan diri. “Huft!” Becca menghela napas dalam-dalam, “tahan-tahan Becca, tenang... Jangan terpancing, walau tidak tahan dengan ekspresi si monster