Chapter 1

1126 Words
“Panggil pemilik bar kemari!” kata pria yang duduk dengan angkuh di atas sofa kulit di sebuah ruangan VIP. Netranya menatap pada gelas wine yang masih kosong, sedangkan di ruang tersebut ada tiga wanita cantik yang sengaja dikirim oleh pemilik bar. Setiap Kali Damian Cakra Kaelan datang ke Bar Penuh Cinta milik Aileen Grizelle. Aileen akan menyajikan wine yang paling mewah dan wanita-wanita tercantik untuk menuangkan minuman pada gelas Damian. Namun, Damian hanya memasang wajah datar setiap kali melihat para wanita itu. Dia bahkan tidak menyentuh minumannya dan hanya akan melihat saja sampai dia merasa muak. “B-bos sedang sibuk, Tuan,” jawab salah satu dari wanita yang sedang bersimpuh di depan Damian. Wanita itu berambut perak dan bertubuh jenjang. Wajahnya sangat cantik, ditambah keindahan softlens berwarna zamrud yang dia sematkan pada kedua bola matanya. Damian menatap tajam pada wanita itu. Ujung bibir kanannya terangkat miring. Dia tidak pernah bertemu dengan pemilik bar sejak kedatangannya. Jadi, Damian merasa diabaikan sepenuhnya oleh Aileen Grizelle—pemilik Bar Penuh Cinta. “Kemarilah!” Wanita berambut perak mendongak, dan dengan takut-takut dia menelan saliva dalam-dalam sebelum berdiri, lalu menghampiri Damian. Sementara, dua wanita lain yang masih duduk bersimpuh mengamati si rambut perak dengan tatapan iri. Damian menangkap tatapan iri dari kedua wanita itu. Tubuhnya sangat indah dan ramping ketika wanita berambut perak itu berdiri dengan anggun di depan Damian. Akan tetapi, dari mata Damian tidak ada rasa ketertarikan dengan tubuh wanita itu sama sekali. Damian malah melihat sepotong kayu tegak lurus berdiri di hadapannya saat ini. Dia cekikikan menganggap keadaan ini begitu lucu. Aileen Grizelle sangat mengetahui tipe wanita yang disukai olehnya, itulah sebabnya tiga wanita dengan tubuh ramping dan kecantikan di atas rata-rata dipilihkan untuk menemaninya. Damian mengubah ekspresinya dalam sekejap mata. Wajah datar, serta pandangan berbahaya melintas di matanya. “Aku ingin tahu, siapa yang sedang dilayani oleh bos kalian saat ini?” tanya Damian dengan nada kesal. Bagaimana dia tidak kesal kalau setiap kali dia datang ke bar, tetapi Aileen Grizelle selalu menolak untuk menemuinya? Namun, dia tahu kenapa wanita itu tidak ingin menemuinya sama sekali. Meskipun, dia pengusaha muda terkaya saat ini. Jadi, Damian merasa heran seberapa pentingkah tamu yang sedang dilayani oleh Aileen Grizelle—wanita sok penting yang membuatnya menunggu di bar selama berhari-hari. Wanita berambut perak kembali menelan salivanya dalam-dalam, dia melirik ke kanan dan ke kiri sebelum menjawab pertanyaan Damian. “Ta-ta-tamu yang sangat penting kata bos, makanya kami yang diminta untuk melayani Anda, Tuan,” jawabnya terbata-bata. Wanita itu mengepalkan jemarinya dan tertangkap oleh netra Damian. Damian tahu kalau wanita itu sedang berbohong padanya. Namun, Damian sangat tidak senang kalau dia dibohongi, bahkan oleh seorang pelayan bar. “Tuan Damian, mengapa tidak mengijinkan kami untuk melayani Anda? Kata bos kami harus melayani Anda sampai merasa puas, dan juga ….” salah satu wanita berambut pendek mencoba mencairkan suasana mencekam di hadapan mereka. Wanita itu memberanikan diri menggoda Damian dengan tatapannya. Dia merupakan wanita yang paling cantik di antara ketiga wanita yang dikirim oleh Aileen. “ … Dan juga apa? Lanjutkan perkataanmu!” titah Damian dengan nada mencekam. Wanita berambut pendek itu berdiri, memperlihatkan tubuh indahnya yang terbalut gaun mini berwarna hijau muda di depan Damian. Wanita itu lebih tinggi dari wanita sebelumnya, dan nampak lebih berani, atau biasa disebut sebagai penggoda potensial di Bar Penuh Cinta. “Ijinkan aku memperkenalkan diri, namaku Michelle.” Michelle melangkahkan kakinya dengan percaya diri dan langsung duduk di samping Damian. Damian tetap menatap lurus ke depan tanpa menghiraukan Michelle yang kini bersandar pada lengan kanannya. Sejujurnya Damian tidak suka akan apa yang dilakukan oleh Michelle, tetapi dia juga tidak mencegah aksi wanita itu. “… Dan juga, Bos mengijinkan Anda membawa kami … umh maksudmu membawa kami ke ranjang Anda, Tuan Damian.” Desis Michelle di telinga kanan Damian. Tangan wanita itu meraba bahu kokoh Damian dengan beraninya. Huh? Membiarkan aku membawa para wanita ini ke ranjangku? Aileen Grizelle—wanita lancang itu! Damian Menggertakkan giginya; kesal. Menurutnya Aileen sudah sangat lancang menyuruhnya secara tidak langsung bermain dengan tiga wanita sekaligus. “Ah …,” desah Michelle lembut di telinga Damian, “maksudku, Anda bisa membawa salah satu dari kami. Anda bisa memilih di antara kami. Anda tahu sendiri kalau Bar Penuh Cinta tidak melayani hal-hal aneh semacam itu. Kami di sini hanya menemani para tamu berbincang dan menuangkan minuman. Akan tetapi, Bos merasa kalau Anda adalah tamu yang sangat spesial. Jadi, Bos memutuskan untuk memilih kami yang menemani Anda malam ini.” Terang Michel sambil bergelayut manja di lengan Damian. Ujung bibir Damian kembali terangkat, sedang mereka yang berada di dalam sana merasa aura mencekam dari sudut bibirnya yang sengaja dia angkat tinggi-tinggi. Kemudian tawa menggelar menyembur dari bibir tipisnya. Sontak membuat para pengawal yang berdiri dekat dinding; tubuh mereka bergetar, serta para wanita itu menjadi kebingungan dan mengeluarkan keringat dingin. “Hahahaha~” Damian masih tergeletak lepas, hingga dia bertepuk tangan beberapa kali. Namun, beberapa detik kemudian tawanya menghilang bagai dihempaskan oleh topan. Atmosfer dalam ruangan VIP tersebut makin mencekam karena perubahan ekspresi mendadak pada wajah Damian. “Sial!” rutuknya. Damian mengalihkan pandangannya ke samping, tatapan mata yang sangat menakutkan, sehingga membuat Michelle menjauhkan badannya beberapa inci. “A-Anda baik-baik saja, Tuan?” Michelle bertanya takut-takut. Mata Damian memindai wajah wanita di depannya tersebut. Baginya wanita itu sama sekali tidak cantik. Meskipun, dia mendengar dari beberapa wanita yang sering menemaninya di ruangan tersebut; belakangan kalau Michelle adalah wanita tercantik di Bar Penuh Cinta, kecantikannya bahkan melebihi kecantikan si pemilik bar, yakni Aileen Grizelle. Namun, Damian melihat Michelle tidak lebih dari ujung kuku Aileen. Damian mencubit dagu Michelle dengan kuat, membuat wanita itu mengerang kesakitan. Meskipun demikian, Damian tidak peduli dengan rasa sakit wanita itu. Dia mempererat cengkeramannya pada dagu Michelle. “Katakan padaku ada di ruang berapa Bos kalian saat ini?” tanya Damian pada ketiga wanita itu. “Bos ada di ruang VIP nomor 5.” Sahut wanita dalam balutan hitam tanpa keraguan, yang masih bersimpuh di lantai. Damian melepaskan dagu Michelle dengan kasar, hingga wanita itu terjatuh dari sofa. “Jangan biarkan aku melihat wajah kalian di bar ini lagi.” Lantas Damian berlalu keluar dari ruang VIP tersebut. Langkah kaki Damian dipercepat, diikuti oleh dua orang pengawal dan asisten pribadi yang mengejar langkah Damian. Dalam beberapa detik Damian telah sampai di depan ruang VIP nomor 5. Dia memutar lehernya sambil mengamati pintu ruangan tersebut dengan wajah geram. “Ah, sial!” rutuknya lagi. Dia tidak tahu pemandangan apa yang akan dia lihat di dalam sana, tetapi dia harus menemukan Aileen Grizelle malam ini juga. Damian mendorong pintu ruangan yang tak dikunci. Sejenak menundukkan kepala karena belum siap melihat Aileen Grizelle. Dipejamkannya mata dalam itu beberapa detik detik, sebelum mengangkat wajah tampannya dan berteriak, “Aileen Grizelle!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD