Bab 7. Justin Dilema

978 Words
Happy Reading Evelyn sedikit tidak mendengar ucapan Justin, membuatnya penasaran. Evelyn menatap wajah Justin menyuruh pria itu mengulangi ucapannya karena dia merasa penasaran. Ada kata-kata "terpaksa menerima Laura" akan tetapi Evelyn takut dia salah dengar. Bukankah keduanya memutuskan menikah karena saling mencintai. "Eh, bukan apa-apa!" jawab Justin. "Aku tidak mengatakan apa-apa kok." "Tapi sepertinya tadi kamu mengatakan sesuatu?" Justin langsung menggelengkan kepalanya, dia memang hanya bergumam tidak jelas, seakan memberitahu Evelyn bahwa dia terpaksa menikah dengan Laura. Berharap masih ada kesempatan untuk bisa bersama, tetapi tentu saja itu tidak mungkin. Justin tidak ingin egois hanya karena dia masih menginginkan sang mantan istri. Dia sudah menerima Laura, bukan? Meskipun saat ini Justin harus mengorbankan perasaannya dan menekan egonya, belajar dari sebuah pengalaman yang dulu telah membuatnya menjadi orang yang lebih baik. Bisa bersahabat dengan Evelyn saja sudah cukup, setidaknya Justin masih bisa berhubungan dengan sang mantan. Mulai saat ini dia hanya akan pasrah menghadapi kehidupannya, dia akan jalani dengan ikhlas meskipun sedikit sulit, di awal dia menerima lamaran Laura, juga sangat sulit beradaptasi apalagi sekarang ini di mana dia dipertemuan kembali dengan Evelyn. Dilema! itulah satu kata yang cocok di gambarkan untuk Justin saat ini. Sampai hampir saja dia mengatakan pada Eve bahwa dia terpaksa menerima Laura. Tapi untung saja Eve tidak mendengarnya. "Tidak, bukan apa-apa, ehm apakah setelah ini kamu akan pulang?" Justin mengalihkan pertanyaan agar Evelyn tidak bertanya lagi. Evelyn langsung mengangguk, "Iya, Al sudah menunggu ku, ups!" Evelyn menutup mulutnya. "Al, Al siapa?" sela Justin penasaran. Evelyn mengambil minumannya dan segera membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering. "Hampir saja aku keceplosan!" batin Evelyn. "Maksudku, Ibuku, hehe!" jawab Evelyn. Justin memicingkan matanya, tadi dia dengan jelas mendengar Evelyn mengatakan bahwa Al sudah menunggunya, tetapi kenapa sekarang berubah menjadi ibu? Apakah ada yang disembunyikan oleh Evelyn? apa Evelyn sudah punya suami atau kekasih? batin Justin. Tidak ingin terlalu berlama-lama karena makanannya sudah habis, Evelyn memilih untuk langsung pulang ke rumahnya. Dia juga tidak ingin meninggalkan Aldo terlalu malam, mengingat pertemuannya dengan Justin sedikit lama karena disertai makan-makan. "Nanti biar aku yang bayar, Eve!" ucap Justin saat Evelyn memanggil pelayan untuk menagih bil-nya. "Terima kasih, Justin!" "Hem, bukankah aku yang mengundangmu, tentu saja sudah sepatutnya aku yang mentraktir mu, bukan?" ujar Justin. Evelyn hanya tersenyum menanggapi. "Aku pulang dulu, nanti akan aku beritahu kabar selanjutnya mengenai semua persiapan pernikahanmu dan Laura, permisi!" Eve langsung berjalan keluar dari restoran. Dia juga tidak menunggu Justin karena memang mereka tidak berniat pulang bersama, bukan? "Apa kamu memang sudah memiliki pria lain di hidupmu, Eve?" "Apakah aku harus mengikutinya? memastikan di mana Eve tinggal sekarang? tapi bukankah aku terkesan seperti penguntit?" Justin segera memanggil pelayan untuk membayar tagihannya, pria itu langsung meluncur menuju ke apartemen barunya yang di belikan oleh Laura karena memang mereka sudah menetap di Surabaya, mengurusi perusahaan cabang yang ada di kota ini. Sebenarnya dia akan belajar sedikit demi sedikit untuk mencintai Laura, dia wanita yang sempurna, cantik, kaya, memiliki tubuh yang indah bak model, dan juga seorang pebisnis yang namanya tengah melejit di kalangan industri bisnis. Tetapi entah kenapa Justin masih belum bisa menyerahkan hatinya pada gadis cantik tersebut. Bahkan seorang Laura Brian bisa mencari pria seumuran dengannya dan yang pasti lebih kaya dari Justin, tetapi cinta memang tidak bisa dipaksakan. Laura mencintai Justin di saat pertama kali pertemuan mereka, bahkan bersedia melakukan apapun untuk pria itu. Justin merebahkan tubuhnya di atas ranjang ketika dia sudah sampai di apartemen. Melihat ada sebuah pesan masuk dari Laura dan mengatakan bahwa dia sedang bersama Florensia sedang makan malam. 'Aku sudah makan malam, kamu dan Flo makan saja, aku sedikit capek, Laura!' Balas Justin, dia memang sudah kenyang dan lelah hati dan pikiran. 'Baiklah, nanti aku main ke apartemen mu kalau sudah selesai makan sama Flo, aku kangen!' 'Baiklah, makan dulu sana!' Setelah itu Justin memilih mendial nomor Arka– sahabatnya. "Halo, Ka. Apa aku mengganggumu?" "Tumben kamu telepon, ada apa? Apakah masih suntuk? calon pengantin itu harus bahagia!" celetuk Arka di sebrang. "Heh, kau sendiri tahu kan bagaimana kisahku." "Awas aja kalau kau sampai menyakiti Laura!" "Apakah aku belum cerita padamu, kalau aku sudah bertemu dengan Evelyn?" Di sebrang Arka langsung tersedak karena bertepatan dia juga sedang minum. "Apa?! jadi kamu sudah menemukannya?" Justin mengangguk, meskipun sudah pasti Arka tidak dapat melihatnya. "Dia yang mengurus pernikahan ku dengan Laura!" "What the he ... oh God, Justin kenapa kamu bisa mendapatkan karma seperti ini, Tuhan benar-benar menghukum mu!" "Sial kau, Ka!" Justin mengumpat karena Arka menertawakan nasibnya. Ya, memang benar mungkin Tuhan sedang menghukum Justin dengan cara mempertemukannya lagi dengan sang mantan istri, padahal dia sedang berusaha memperbaiki diri. "Lalu, Evelyn bagaimana?" Justin menghela napas panjang, dia ingat saat melihat mantan istrinya itu pertama kali, Eve terlihat datar dan dingin. Berlagak tidak kenal dengannya dan mungkin saja tidak akan ada yang tahu bahwa mereka sebenarnya adalah mantan pasangan di masa lalu. "Eve menjadi lebih dewasa dan cantik, aku saja sampai tidak menyangka dia berubah seperti itu, dia memang masih tampak elegan dan kalem, jujur aku masih berdesir saat melihatnya!" Arka semakin tertawa keras, seakan meledek Justin yang tengah dipermainkan oleh takdir. "Hahaha, kurasa memang itu sudah menjadi takdir mu, jadi sebaiknya kamu harus sabar dan menjaga hati. Ingat Justin, ada hati Laura yang harus kamu jaga, jangan sampai kamu berbuat masalah lagi! Apalagi membuat kesalahan yang sama. Dulu kau berselingkuh dengan sekretarismu dan menyia-nyiakan wanita sebaik Evelyn. Sekarang jangan sampai kau menyia-nyiakan Laura yang telah banyak berkorban untukmu!" "Ck, nggak perlu ungkit masa lalu juga. Aku juga sudah paham dan mengerti. Makanya aku akan berusaha menjaga hati ini meskipun sejujurnya aku masih cinta sama Evelyn." Justin benar-benar dilema, kesalahan di masa lalu benar-benar membuatnya terpuruk. Akan tetapi, sekarang ujian hidupnya semakin tinggi karena dia diharapkan dengan dua wanita yang sama-sama memiliki andil besar untuk hidupnya. Laura, dia wanita yang telah membawa Justin keluar dari keterpurukan dan Evelyn, wanita yang masih dicintainya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD