Kana menghabiskan waktu istirahatnya hanya untuk berkutat dengan buku pelajaran. Ia sekarang di kelas seorang diri, sedangkan seluruh teman-temannya berada di luar kelas, atau mungkin lebih tepatnya berada di kantin untuk mengisi perutnya yang keroncongan minta diisi. Bukan tanpa alasan, selain malas bergerak dan berdesakan di sana, Kana juga tidak memiliki uang. Dan daripada bengong, ia pun menyibukkan diri dengan hal-hal positif seperti mengulang pelajaran matematika yang baru saja gurunya ajarkan.
Minggu depan juga akan diadakan ulangan harian, jadi Kana bisa mempersiapkannya dengan baik dari sekarang. Ketiga temannya sebenarnya sudah membujuk Kana untuk ikut ke kantin, tapi Kana bersikukuh pada pendiriannya untuk stay di bangkunya. Mereka pun tidak memaksa kehendak Kana.
Kana terkejut dan langsung menolehkan wajahnya dari buku ketika pintu kelasnya di dobrak dengan sangat kuat dari luar. Jantung Kana langsung terlonjak kaget dan bola matanya melotot nyaris keluar.
Keterkejutan Kana rupanya tidak berhenti sampai di situ saja, ia dapat melihat Elang yang tiba-tiba masuk dan berlari ke arahnya. Belum habis, Kana semakin menahan napasnya ketika ada cowok lain yang mengikuti di belakang Elang.
Kini, tepat di samping Kana, kedua cowok itu menatapnya seolah Kana adalah tawanan yang siap dijebloskan ke penjara.
"Kana, lo mau kan jadi pasangan gue buat acara pesta dansa Minggu depan?" tanya Nanta dengan gerakan mulut yang terbilang cepat.
Mendengar itu, Elang melotot dan langsung menoleh ke samping. Raut wajah tidak terima tergambar dengan jelas di sana. "Woy apa-apaan lo? Gue yang sampai di sini duluan. Jadi Kana cuma boleh sama gue!" ujar Elang nyolot.
Nanta tak mau dikalahkan, ia membalas sorot kebengisan yang Elang lontarkan untuknya. "Lo belum ada hak, lagian Kana belum nerima tawaran dari lo. Sah-sah aja kalo gue maju!"
Elang mendorong d**a Nanta ke belakang saking kesalnya, "Kana cuma mau sama gue! Nggak ada urusannya sama lo!"
"Lo belum ngomong sama Kana woy! Jangan ngaku-ngaku, gue juga masih punya hak," sahut Nanta belum juga menyerah. Baginya, tidak ada kata mengalah dalam kamus hidupnya. Elang pun sama, ia tidak akan menyerah untuk mendapatkan Kana.
"Kana cuma mau sama gue!" teriak Elang masih ingin menang sendiri.
"Gue juga mau sama Kana, nggak cuma lo doang s****n!"
"Tapi gue lebih cocok sama Kana," balas Elang cepat, api berkobar lewat kedua bola matanya yang terus menusuk tepat di manik mata Nanta. "Gue cocok jadi pangeran, dan Kana cocok jadi tuan putri. Lo cuma butiran debu yang sekali tiup langsung hempas ke kampung Durian Runtuh, lo nggak cocok sama Kana!"
"Penghinaan garis keras! Gue yang cocok jadi pangeran, muka lo mirip kain pel," balas Nanta tidak terima, ia mendorong bahu Elang sebagai balasan karena beberapa saat yang lalu Elang juga mendorongnya.
"Gue yang cocok jadi pangeran titik!"
Nanta menyahut kilat, "pangeran kodok lo!"
"Nggak! Pangeran Elang yang paling ganteng!" balas Elang sewot.
"Apa? Pangeran kurcaci?" balas Nanta dengan sengaja agar emosi Elang tersulut keluar. Dan berhasil, Elang nampak menggeram kesal, tatapannya pun semakin dalam dan menusuk.
"Diam lo monyet!"
Nanta menghela napas panjang, "terserah lo deh mau jadi pangeran atau apa. Udah capek gue ladenin lo!"
Senyuman Elang tersinggung tipis dibibirnya, amarahnya perlahan sudah sirna, digantikan oleh senyuman miring. "Nah gitu dong, gue emang cocok jadi pangeran."
"Iya lo pangeran, terserah lo mau milih pangeran antah berantah kek, pangeran kuda kek, terserah lo. Gue nggak peduli!" sambung Nanta.
Elang mengacungkan jempolnya kepada Nanta. "Bagus tuh."
"Tapi Kana harus sama gue!" ucap Nanta yang langsung mengejutkan Elang, membuat Elang yang awalnya sudah kembali tenang perlahan saja terkejut bukan main. Kembali ia melotot lebar dan menatap Nanta yang sekarang sedang tersenyum remeh kearahnya.
Sialan.
"b*****t lo!" Elang bergerak cepat dan dengan mudah ia menjambak rambut Nanta secara kuat. Membuat Nanta yang tidak siap langsung saja terbelalak kaget. Ia menjerit-jerit kesakitan karena Elang mencengkram kuat rambutnya tidak tanggung-tanggung.
"Sakit monyet! Woy lepasin nih, sakit woy!" teriak Nanta keras, tapi Elang justru menambah kekuatan pada jambakan rambutnya. Ia tertawa puas mendengar seruan kesakitan dari mulut Nanta.
Rasakan jambakan Elang jurus Emak bergoyang!
Setelah merasakan cukup hebat rasa sakit yang diderita di kepalanya, Nanta pun akhirnya bisa berkelit. Sekarang, gantian ia yang menarik kuat rambut Elang. Bahkan lebih kencang dari yang Elang lakukan. Senyuman Kemenangan tercetus jelas di bibir Nanta. Rasakan pembalasan ini.
"b***k DAJJAL! SAKIT WOOOOYYY RAMBUT GUE! WOY LEPASIN RAMBUT GUEEE!" Elang berteriak kencang. Mungkin suaranya yang keras itu terdengar sampai luar kelas, mengingat jika suara Elang sepadan dengan gledek yang menyambar langit.
Aksi jambak menyambak rambut itu terus berlangsung cukup lama. Teriakan kedua cowok itu terdengar saling sahut menyahut seolah sedang mengikuti latihan paduan suara.
"LEPASIN RAMBUT GUUEEE!" kata Nanta lantang.
"LEPASIN GUE DULUUU!" balas Elang tak kalah kuat. Tapi mereka tidak ada yang mau mengalah, aksi itu terus berlanjut entah kapan berhenti.
"WOY LEPASIINNN!"
"LO DULUAN MONYET! BURUAANN!"
"NGGAK MAU! LO DULUAAAN!"
"OGAH, LO LEPASIN GUE DULUU!"
Teriakan yang saling sahut menyahut itu membuat Kana yang sedari tadi terdiam sambil memegangi kepalanya yang nyut-nyutan karena aksi aneh kedua cowok itu, seketika saja langsung berdiri dari duduknya.
Kana menarik napas panjang, kemudian berkata dengan nada suara lebih lantang dari Nanta dan Elang. "BERHENTIIIIIII!!!"
Berhasil. Ucapan keras Kana sukses memberhentikan aksi jambak rambut yang Elang dan Nanta lakukan. Kana menatap berang kedua cowok itu dengan napas yang memburu karena terlalu kesal. Raut wajahnya sudah nampak memerah, tergambar dengan sangat nyata bahwa amarah yang mendidih kini tersimpan apik di ubun-ubun kepalanya.
Elang langsung menata rambutnya selagi ia memberikan Nanta tatapan bengis penuh kebencian.
"Kana mau kan jadi pasangan Elang di pesta dansa Minggu depan?" tanya Elang.
"Woy anjing, curang lo!" Nanta maju dan segara menggeplak kuat kepala Elang. "Gue duluan yang tanya itu. Nunggu pertanyaan gue dijawab dulu dong, baru elo! Nggak boleh nyelah gitu, harus sportif dong mainnya!" sambungnya jengkel.
"Terserah gue dong, lo siapa, ha?"
"Pangerannya Kana," jawab Nanta enteng.
Sebagai balasan, Elang pun menjitak kepala Nanta dengan keras. "Yeeee ...matamu bolong! Kana itu pasangan gue!"
"Pasangan gue!" balas Nanta belum juga menyerah.
"Gue!"
"Gue!"
"Kana punya gue!"
"Punya gue! Nggak bisa diganggu gugat lagi."
Kana menggeram marah. Tangannya sudah terkepal kuat mendengar keributan lagi yang diciptakan oleh kedua cowok nggak ada akhlak dihadapannya ini.
"KALIAN BERDUA DIAM!" teriak Kana. Lagi-lagi ucapan Kana itu sukses membungkamkan mulut mereka.
"Dengarkan ini baik-baik," ucap Kana. Ia menatap Elang dan Nanta tajam selagi mengisi paru-parunya dengan udara. "Gue nggak bakal milih satu diantara kalian berdua!"
Detik itu juga raut wajah Elang dan Nanta langsung pucat pasi.
***
Akibat keributan yang terjadi di dalam kelas sewaktu masih jam istirahat tadi, Elang dan Nanta berakhir di usir Kana dari dalam kelas. Cewek itu terlihat sangat marah. Dan secara terang-terangan memberikan mereka berdua sorot mata penuh kebencian.
Elang yang tidak menyangka jika Kana akan semarah seperti itu pun masih terbengong-bengong. Dan ia akhirnya menghela napas lelah, lalu menoleh ke samping, di mana Nanta yang menunjukkan raut wajah bad mood.
"Semua ini gara-gara lo oncom!" tuduh Elang kesal. Ia menatap horor kepada Nanta.
"Kok malah nyalahin gue sih lo?!" Nanta yang merasa tidak bersalah, akhirnya ikut membalas ucapan Elang tidak kalah menggunakan intonasi suara tinggi. Mereka berdua saling melempar kilatan penuh kebencian.
"Ya iyalah, gue duluan yang mau incer Kana buat jadi pasangan gue. Dan lo enak banget tiba-tiba nyerobot. Gue sentil otak lo baru tahu rasa lo!"
"Yang ada itu lo, gue duluan kali yang mau ajak Kana. Lo itu yang main nyerobot. Kayak nggak ada cewek lain aja!"
Elang melotot lebar mendengar ucapan Nanta barusan. Secepat kilat ia mendorong bahu Nanta hingga Nanta menubruk tembok di sampingnya. Elang tersenyum puas melihat itu.
"Kana cuma mau sama gue, dan lo lebih baik mundur kalau nggak mau kenapa-napa sama gue!" ucap Elang tegas sambil menunjuk-nunjuk d**a Nanta.
Nanta menggertakkan giginya menahan kesal. Dengan cepat, ia mengembalikan posisinya untuk berdiri tegak. Cowok itu mendorong d**a Elang, tindakannya yang terlampau gesit dan kuat itu menyebabkan Elang hampir oleng dan mendarat mulus di lantai.
"Cuma gue yang berhak sama Kana, lo nggak usah ikut campur! Lo pikir gue takut gitu sama ancaman lo itu?" Nanta berhenti sejenak seraya tersenyum remeh. Kemudian ia menggeleng pelan, "lo salah besar, gue nggak bakal takut sama orang nggak ada otak kayak lo!"
"Apa? Lo bilang gue nggak ada otak?"
"Lah emang iya, kan? Lo kan emang nggak ada otak!"
"Woy, gue punya otak asal lo tau, penghinaan kelas internasional lo ngehina gue. Minta maaf buruan!" Elang menajamkan sorot matanya. Mana rela ia diejek nggak punya otak? Memang sih Elang ngaku kalau dalam pelajaran ia selalu tidak tanggap dalam menyimpan materi yang guru sampaikan. Tapi, kan, Elang masih bisa berpikir, dan itu artinya di dalam kepalanya masih ada otak! Ngeselin banget, rasanya Elang pengin lempar Nanta ke kolam renang yang banyak ikan piranha di sana. Biar tahu rasa karena sudah mengejek dirinya!
"Minta maaf bukan level gue, apalagi buat orang kayak lo!" balas Nanta enteng. "Bukannya bener, kan kalau lo emang nggak ada otak? Kenapa lo malah sewot?"
"Gue punya!"
"Iya punya, tapi di dengkul!"
Elang terbelalak tidak percaya. Langsung saja menerjang Nanta, dipukulnya dengan kuat mulut Nanta dengan telapak tangannya karena sudah berbicara nggak ada akhlak seperti tadi.
"Mulut lo yang nyerocos ngeselin banget anjir!" oceh Elang yang sudah kepalang emosi. Sementara Nanta memegangi bibirnya yang masih nyut-nyutan akibat tamparan Elang yang tidak pakai aba-aba terlebih dahulu. s****n, pasti bibirnya bengkak setelah ini.
"Kenapa diem? Masih belum puas gue tampar mulut lo itu! Ngeselin banget dari tadi. Gue emang punya otak, tapi kecil sih kayaknya. Tapi tetap aja gue punya, lo ngehina gue kayak lo udah ngerasa paling bener aja!" gerutu Elang sarkas sambil menatap tanpa minat kepada Nanta yang masih menaruh tangannya di depan bibir.
"Gue tegaskan sekali lagi, lo jangan—
Plak!
Ucapan Elang segera terhenti ketika dengan kuatnya Nanta membalas tamparan dibibir. Eh buset, Elang padahal lagi ngomong, dan itu belum tuntas sampai selesai. Nanta dengan seenak jidatnya malah membalas apa yang Elang lakukan sebelumnya. Menyebalkan! Elang melotot tidak percaya, dan ia pun menutup bibirnya yang terasa nyeri.
"Gimana? Sakit kan rasanya? Itu yang gue rasakan waktu lo nampil bibir gue. s****n lo anjir!"
"WOY SAKIT DODOL! TANGGUNG JAWAB SAMA BIBIR GUE. KELUARKAN DUIT LIMA MILIYAR BUAT GANTI RUGI BIBIR GUE!" Elang berteriak kencang tanpa peduli jika ucapannya itu mengundang tatapan penuh heran oleh siswa lain.
"Lo duluan yang nampol gue bangke! Harusnya lo dulu yang bayar gue lima milyar, habis itu gue bayar lo lima milyar juga. Biar adil dong, lo duluan yang mulai!"
"Nggak mau! Lo harus tanggung jawab sekarang!"
Nanta mendorong bahu Elang untuk yang kedua kalinya. "Lo duluan lah monyet, kok gue sih? Harus sesuai sila kelima Pancasila dong. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Lo harus adil. Lo dulu yang bayar, baru gue!"
"Ya udah kalo nggak mau, gue bakal ngambek!" balas Elang cepat, ia pun melipat kedua tangannya didepan d**a, lalu membelokkan pandangannya.
Nanta terkekeh kecil mendengar respons dari Elang. "lah ngambek beneran? Cuih, emangnya gue peduli gitu? Nggak bakal! Bodo amat kalo lo ngambek, dikira gue bakal peduli? Nggak sama sekali! Gue malah jijik!"
"Anjing lo! Duel aja sini lo!"
"Duel sama lo?" Lagi-lagi Nanta tersenyum remeh. "Yakin lo bakal menang? Nanti lo nangis lagi dan ngadu sama nyokap lo." Setelah ucapannya selesai, Nanta tertawa terbahak-bahak, membuat Elang muak mendengarnya. Dan tanpa sadar tangannya sudah terkepal disaat kepalanya panas karena terbakar oleh emosi.
"Kalo takut bilang, nggak usah nyangkal semuanya!" balas Elang sengit. "Berani nggak sama gue? Ayo duel sekarang!"
"Lo bukan level gue, sori sori aja nih ya, gue sayang tenaga," balas Nanta enteng.
"Lo itu takut, tapi sekarang lo sok tegar gitu. Jujur aja deh sama gue. Lagian nih ya, gue emang lebih laki dari lo. Dan Kana cocoknya jelas sama gue, bukan sama lo yang mukanya kayak bapak Pucung!"
"Kana mana mau sama lo! Jelas dia maunya sama gue lah. Gue itu pacarnya!" balas Nanta.
"Pacar dari toples kerupuk! Kana itu pacar gue!"
"Gue yang lebih cocok."
"Gue lebih mendukung!" sahut Elang cepat.
"Gue bakal bahagian Kana sampai tua nanti!"
"Gue bakal bahagian Kana di dunia dan akhirat. Mau apa lo ha?"
Senyuman Elang bangkit ketika menyadari jika Nanta diam sambil berpikir. Nanta sudah kalah telak oleh ucapannya. Elang merasa cukup puas dengan itu.
"Oke kalo itu mau lo, tapi seenggaknya buat Minggu depan Kana harus jadi pasangan gue titik!"
Elang dengan segera menggeplak kepala Nanta. "Gendeng lo!"
"Apa? gue ganteng? Dasar homo lo!"
Rasanya Elang ingin meninju tulang kering Nanta agar tahu rasa.