15. BAHAN CANDAAN

2053 Words
"Gimana kalo elo Lang? Udah dapet belum?" Elang yang sedang meminum es teh miliknya tiba-tiba saja langsung tersedak ketika ucapan Nolan menusuk gendang telinganya. Cowok itu terbatuk beberapa saat lantaran terkejut. "Anjir, Elang bentar lagi mati, tuh lihat udah sakaratul maut," celetuk Saka sambil terkekeh melihat Elang yang kini menepuk-nepuk dadanya dengan keras. Setelah batuknya sedikit mereda, Elang segera memalingkan wajah ke samping kanannya, bola matanya yang melotot nyaris keluar. "Nolan g****k!" umpat Elang kesal sambil menjitak kepala Nolan. "Kalo gue mati gimana barusan? Lo semua yang bakal rugi!" lanjutnya. "Rugi kenapa? Bukannya kita untung karena nggak ada lagi yang minta ditraktir kalo makan di kantin?" sahut Saka. Ragas tersenyum tipis mendengar perkataan Saka. "Terus nggak ada yang minta hotspot lagi." "Terus nggak ada yang minta sontekan lagi," sambung Miko. Elang terbelalak mendengar ucapan para sahabatnya. Mulutnya sedikit terbuka sambil menatap mereka satu persatu. Hingga akhirnya Elang dibuat kesal, ia menggebrak meja. "Nggak asik lo semua, kenapa topiknya malah bahas gue yang mati! Gue masih idup s****n!" "Lah aneh banget lo, kan lo sendiri yang bawa-bawa mati barusan. Mau gue sentil otak lo?" Nolan menggeram kesal seraya memutar bola matanya malas. "Kok disentil doang? Ganti sekalian dong sama yang baru!" jawab Elang. "Gas? Ini temen lo kenapa sih? Kumat mulu stresnya, pusing gue!" Nolan menatap Ragas sembari menunjuk Elang. Dengan cepat Ragas menggeleng dan mengangkat kedua tangannya ke udara. "Nggak! Gue nyerah, dia bukan temen gue, noh teman Saka kali." Mendengar namanya disebut-sebut, Saka yang baru saja memasukkan siomay ke dalam mulutnya lantas saja terbelalak kaget. Ia menggeleng cepat, "ogah banget, temen si Miko tuh!" "Mana sudi!" balas Miko tajam. Elang lagi-lagi menampilkan ekspresi kesal mendengar sahutan teman-temannya yang menolak dirinya untuk dijadikan teman. Bibir Elang mengerucut ke depan. "Merana kali hidupku ini ya Allah, muka udah ganteng, duit banyak, tapi tetep aja di— Ucapan Elang langsung terpotong ketika tiba-tiba saja Nolan menepuk pundaknya. Elang pun menoleh, satu alisnya naik beberapa senti. "Jangan sekali-kali nipu sama Allah Lang, gue peringati sekali lagi. Lo bener punya banyak duit? Kalo iya, tapi kenapa minta ditraktir mulu anjir!" Nolan yang sudah terlalu kesal langsung menampol wajah Elang. "Terus?" jawab Elang. "Lo mau nggak Lang gue bantuin lo berdoa biar doa lo langsung dijabanin?" Dengan antusias empat lima, Elang langsung mengangguk semangat, binar wajahnya sudah berubah ceria. Sekarang, cowok itu sedikit membelokkan tubuhnya menghadap Nolan. Sementara itu, Ragas, Saka, dan Miko hanya saling memandang dan mengendikkan bahu tak tahu. Mereka diam sambil menyimak apa yang akan Nolan lakukan terhadap Elang. Nolan tersenyum kecil. "Siap nggak lo?" "Siap banget komandan!" balas Elang semangat. Setelah mengangguk, Nolan kembali berbicara. "Sekarang, todongkan tangan lo sama seperti orang berdoa pada umumnya," ujarnya, yang dengan patuh dituruti oleh Elang. "Udah nih, terus apa lagi?" tanyanya. "Lo ikutin gue berdoa." Dengan patuh, Elang mengangguk percaya. Ia serius menatap tangannya sambil menunggu instruksi dari Nolan. "Udah siap?" "Siap bosque!" "Ya Allah ..." Nolan memulai berdoa. "Ya Allah ..." sambung Elang. "Maafkanlah Elang." Elang langsung mengikuti kata-kata Nolan dengan cepat dan serius. "Yang mukanya mirip putung rokok," ucap Nolan kembali menuntun Elang berdoa. Ia memperhatikan Elang yang memejamkan matanya seolah sedang khusyuk berdoa beneran. Ragas sudah terkekeh ditempatnya, sementara Saka menahan tawanya agar tidak menyembur keluar, sementara Miko hanya tersenyum tipis. "Yang mukanya mirip pu— Sadar jika ada yang tidak beres dengan ucapan Nolan, Elang pun buru-buru membuka matanya dengan cepat, kepalanya kembali memutar ke samping, lengkap dengan bola mata yang melotot. "Yang bener dong lo! Jangan main-main gini!" "Lang, lo lagi berdoa! Nggak boleh ngomong loh, nanti dosa!" tegur Saka. "Nah betul tuh! Ikutin aja napa," sambung Nolan, yang membuat Elang mendengkus sebal. Tapi, detik berikutnya ia tetap menurut dan memejamkan matanya lagi, siap mendengarkan ucapan dari Nolan. "Mau lanjut nggak?" "Lanjutin biar tuntas, yang setengah-setengah itu nggak enak," ujar Elang cepat tanpa membuka matanya. Nolan tersenyum kecil sambil menatap teman-temannya. Gampang banget nih bocah kena kibul ucapnya dalam hati. "Ya Allah, maafkanlah Elang yang mukanya mirip kocheng Oren." Dengan ogah-ogahan Elang mengikutinya kalimat Nolan itu. "Elang yang masih jomlo karatan ini, semoga saja amal ibadah Elang selama ini segara dihapus hingga tak bersisa." Kembali Elang membuka matanya secara cepat, lantaran kesal dengan Nolan yang dari tadi tidak serius, hal itu membuatnya geram. Tanpa menunggu lebih lama lagi, ia pun menjewer telinga Nolan dengan sangat keras. "Lo emang s****n banget k*****t! Yang bener dong! Ah nggak becus lo, ogah banget gue lanjutin ini." Elang berbicara cepat sambil mendengkus kuat-kuat. "Diam lo semua!" Elang melotot tidak terima ketika mereka justru malah tertawa di tempat. Elang tidak bodoh untuk tahu apa yang sedang mereka tertawai, jelas-jelas Elang yang menjadi korban saat ini. "Lihat aja lo Lan, gue bakal aduin lo ke emak biar lo nggak boleh main ke rumah gue lagi!" ancam Elang, giginya saling bergemeretak. "Aduin aja sono, gue nggak takut!" balas Nolan tidak peduli. "Dasar tukang ngadu!" timpal Ragas. "Elang lemah, tukang ngadu!" sambung Saka. "Jijik banget hiiiii ..." cibir Miko. "Bangke lo semua! Gue nggak main-main!" Elang berteriak kencang. Dan tawa ketiga cowok itu terdengar kembali, bahkan sekarang lebih keras dari sebelumnya. Raut wajah Elang yang menyimpan banyak amarah terlihat sangat menggelikan, hal itu sangat mengundang gelak tawa lebih keras lagi. Tidak sampai di situ saja, mereka juga mendapatkan pandangan heran dari siswa lain yang berada di dekatnya. Seolah tidak tahu menahu soal itu, sekelompok murid cowok ganteng itu semakin heboh tertawa. "Udah dong, sakit nih perut gue!" Saka mengangkat satu tangannya, sementara tangannya yang lain memegang perutnya. "Sumpah Lang, lo gampang banget dikibulin, gitu aja percaya sama omongan Nolan. Padahal udah jelas-jelas kalo Nolan sering ngerjain elo." Ragas berkomentar sambil terkekeh. Nolan memandangi Elang yang rupanya juga sedang menatapnya tajam. Nolan nyengir, lalu dengan cepat ia merangkul bahu sahabatnya itu. "Santai aja Lang, gue cuma becanda!" "Becanda lo nggak lucu!" balas Elang jutek, ia pun melepaskan tangan Nolan yang masih merangkulnya. "Gitu aja ngambek, baperan amat lo Lang," cibir Saka, yang dengan cepat dilempari Elang kulit kacang. "Diem lo! Mau gue giling biar jadi adonan bakso?! Gue punya hati yang sensitif, jadi mudah kebawa perasaan." "Yeeeee ...." Secara kompak, mereka bertiga langsung melempari Elang kulit kacang. Elang yang sudah sigap segera melindungi tubuhnya dengan tangan. "EMAK TOLOOOOONGG! ELANG DI SERBU PARA MONYET JANTAN!" *** Jam kosong saat pelajaran terakhir, membuat Elang bebas berkeluyuran ke mana saja. Niatnya saat ini, yaitu ia ngin pergi ke kelas Kana, tapi sebelum beranjak dari bangkunya, sebuah pikiran tiba-tiba terlintas di otaknya. Elang berpikir sejenak, kemudian mengangguk singkat dan memutuskan untuk menunda menemui cewek itu. Ada beberapa alasan yang Elang pikirkan sekarang jika ia tetap nekat pergi menemui Kana di kelasnya. Yang pertama, belum tentu Kana jam kosong seperti kelas dirinya. Kedua, bagi siapa saja yang mau keluar kelas, tidak boleh membawa tas karena ditakutkan akan bolos sebelum bel pulang berdering nyaring. Dan yang ketiga, semisal Kana dikelasnya tidak ada guru dan akhirnya Elang berbincang dengan cewek itu sampai bel berbunyi, tentu saja Elang sangat malas kembali ke kelasnya untuk mengambil tas. Oh tidak, Elang jelas malas melakukan itu. Jadinya, Elang tetap duduk di bangkunya dengan ponsel yang menemani kesuntukannya. Akibat peristiwa di kantin waktu istirahat, ia masih ngambek kepada rekan-rekannya. Mereka memang menyebalkan. Elang mendengkus kesal memikirkan kejadian itu. KRINGGGGGG!!! Bola mata Elang terbelalak ketika suara bel berdering sudah menyumpal di telinganya. Ia pun buru-buru mengambil tas dan segera berlari keluar dari dalam kelas. "KANAAAA, ELANG DATANG MENJEMPUTMU!" Cowok itu berteriak di sepanjang koridor kelas hingga mengundang tatapan dari siswa lain. Nyaris tidak ada yang tidak tahu siapa itu Elang. Cowok itu memang terkenal karena sifatnya yang lucu dan bikin mood seseorang bisa membaik karena ulahnya yang receh. Elang juga bisa dikategorikan cowok yang manis, maksudnya manis-manis ngeselin! Setelah sampai di kelas sang pujaan hati, Elang bersandar di tembok dengan tangan yang masuk ke dalam saku celananya, ia memperhatikan siswa yang berbondong-bondong keluar dari dalam kelas. Bersamaan dengan itu pula bola mata Elang selalu awas dan waspada, barangkali Kana sudah kelewat dan ia tidak melihatnya. Bisa gawat nanti! Tapi rupanya tidak, Kana baru saja muncul dari dalam kelas, dan sewaktu netranya menangkap sosok Elang yang bersandar di dinding, Kana menghampiri cowok itu, membuat senyuman Elang bertambah lebar. Cowok itu melambaikan tangannya, "assalamu'alaikum ukhti," sapa Elang dengan cengiran lebarnya. Kana mendongak untuk menatap Elang. "Walaikumsalam, lo ngapain ke sini?" Elang menjawab cepat, "mau jemput tuan putri dong, kita pulang bareng lagi. Gimana? Mau, kan?" "Kenapa gue harus pulang bareng lo?" "Harus ada alasan gitu?" "Harus banget," sahut Kana. Elang tersenyum tipis, kemudian mengacak pelan rambut cewek dihadapannya ini. "Untuk memastikan kalo calon nyonya Elang sampai di rumah dalam keadaan selamat sentosa lahir dan batin." "Gitu doang? Serius? Nggak ada alasan lain?" pancing Kana. "Entar dulu, coba Elang pikir-pikir lagi." Cowok itu mendongak ke atas sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di pelipisnya. Setelah otaknya sudah mengirimkan sinyal jawaban, Elang kembali tersenyum dan menoleh cepat ke arah Kana. "Alasan lainnya, Elang bisa modusin Kana biar Kana meluk hehehe .." Kana mengerucutkan bibirnya sebal setelah memukul pelan lengan Elang. "Nyebelin banget ih." "Kan biar Kana cepet suka sama Elang, baru habis itu Elang nembak Kana. Atau mungkin Kana mau jadi pacar Elang sekarang? Mau nggak?" Cowok itu mengedipkan sebelah matanya, bermaksud menggoda Kana. "Nggak!" Elang cemberut, "yaah ... ditolak, nggak pa-pa deh, Elang bakal tetap berjuang sampai Kana mau jadi pacarnya Elang. Kana setuju nggak?" "Enggak!" "Lho kenapa?" "Nggak tahu sih," balas Kana cepat. Kembali Elang mengembungkan pipinya, lalu ia mengembuskan napas panjang. Ia tersenyum kecil dan mencoba mencari pembahasan lain. "Gimana? Mau pulang sekarang?" Kana meringis, kemudian menggeleng. "Lo pulang duluan aja, gue ada urusan." "Kok gitu? Urusan apaan emangnya? Elang bisa nungguin Kana kok." "Nggak bisa, gue bakal lama, lo pulang aja sana!" "Beneran nih Elang pulang dulu? Kana mau ditinggal?" Dengan cepat, Kana mengangguk tanpa ragu. Ia tersenyum tipis sebelum berucap pelan, "iya, gue bisa pulang sendiri. Nggak pa-pa kok." "Beneran nih?" Kana berdecak pelan, lama-lama ia kesal juga meladeni cowok dihadapannya ini. "iya Elang, lo pulang aja sana." Kana menggerakkan dagunya sebagai isyarat bahwa Elang harus segera pergi. Perlahan, meskipun dengan hati yang sepenuhnya terpaksa, Elang mengembuskan napas berat sambil berusaha mengusung senyuman manis. "Ya udah, Elang pergi dulu. Kana jaga diri baik-baik, ya?" Kana menangguk, "sana pergi!" ucapnya tegas seraya mendorong pelan tubuh Elang. "Iya iya, nggak sabaran banget. Beneran nih Elang pergi?" Untuk yang kesekian kalinya, Elang memastikan kembali. "Iya Elang! Jangan tanya terus deh!" "Nggak berubah pikirin gitu?" "Ish nyebelin lo lama-lama, buruan pergi sana. Gue nggak bakal berubah pikiran!" "Yakin?" "Yakin seratus persen!" Mendengar jawaban dari Kana membuat Elang mengangguk pasrah. Cowok itu pun berjalan menjauh dari Kana dengan kepala menunduk. Padahal ia sangat ingin mengantarkan cewek itu pulang lagi. Hal itu membuat mood Elang benar-benar naik drastis. Apabila ia menjadi tukang ojek pribadi Kana, Elang bakalan siap siaga tanpa pikir-pikir terlebih dahulu. Tapi sayang, hari ini Kana memutuskan untuk pulang sendiri karena ada sebuah urusan yang Elang tidak tahu apa itu, mau bertanya ia rasa tidak enak. Padahal kalau disuruh sekalipun, Elang bakal mau-mau saja, yang penting ia bisa pulang bareng seperti kala itu. "Elang!" Ketika hendak berbelok di koridor depan, suara Kana terdengar sedang menyerukan namanya. Elang pun berhenti, lalu menoleh ke belakang dengan satu alis menukik tajam. Ia menatap Kana dalam tanpa bertanya, dan ia rasa ekspresinya kali ini terlihat sangat jelas bahwa ia sedang membutuhkan jawaban. "Jangan cemberut, senyum yang lebar!" ucap Kana keras. Elang pun tersenyum tipis mendengar itu, tanpa mengatakan apapun lagi, Elang hendak melanjutkan langkahnya, tapi suara Kana kembali terdengar. "Besok gue janji pulang bareng lo!" Dengan gerakan cepat, Elang pun kembali menoleh ke belakang. Senyuman lebar dibibirnya pun bertambah terlihat. Gurat wajah sedih sudah tidak ada di sana. "SERIUSAN?" Kana menangguk, "duarius!" Elang memutar tubuhnya menghadap Kana sepenuhnya. Kemudian ia berdiri tegap dan segera menempelkan telapak tangannya di pelipis membentuk gerakan seolah-seolah ia sedang hormat. "Siap kapten!" Elang perlahan berjalan mundur sambil nyengir, sementara Kana juga terkekeh melihat tingkah cowok itu. Kana memang sengaja berjanji untuk pulang bareng Elang pada keesokan harinya. Alasannya karena barusan ia melihat sorot sedih Elang lantaran sekarang ia menolak tawaran cowok itu. Satu hal sifat Elang yang menurut Kana sangat melekat di tubuh cowok itu selain humoris, yaitu Elang gampang sekali ngambek!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD