Bab 6 Dan tangan jahil

1041 Words
"Oh...perkenalkan om...ini kepokan saya...Nana namanya..." ucap lelaki tersebut pada Rama, dan Rama hanya mengangguk saja membalas sapaan dari Nana, terlihat nana memang lebih tua dari lelaki yang tengah memperkenalkanya pada papa Yura. "Oh...Rend...kenalkan ini anak saya, Yura. Dan Ra...ini Rendi adik teman baik papa." Ucap Rama pada lelaki tersebut, dan pada puterinya, hingga keduanya saling mengangguk dan tersenyum satu sama lain. "Oh ya...om bagaimana pulangnya? Nana bilang kalau mobil om di tinggal, tadi? apa Rendi antar saja?" Ucap Rendi yang menawari tumpangan. "Boleh Rend...ayo kalau begitu." Ucap Rama yang menyambut tawaran lelaki muda tersebut. "Oh ya...sebaiknya kamu ikut kami sekalian saja, jangan di pakai dulu mobil itu, biar di benerin orang bengkel dulu itu rem mobil kamu." Ucap Rama pada wanita muda di samping puterinya. Membuat Nana seketika terperangah tidak percaya lelaki galak seperti papa Yura ternyata perhatian pula padanya, padahal Nana hanya bilang sekali saja kalau rem mobilnya kurang cepat tanggap. Hingga akhirnya ke empatnya pun menaiki mobil Rendi menuju ke rumah Rama. "Om...lalu mobil om Rama bagaimana?" Tanya Rendi di sela sela perjalanannya menuju ke rumah Rama. "Tidak apa apa Rend...om sudah meminta orang tadi untuk membawanya ke bengkel..." Ucap Rama pada adik sahabatnya. Hingga mobil berhenti tepat di depan rumah megah nan mewah di tengah kota. "Ayo pada masuk semua..." Ucap Rama pada semua tamunya, namun Rendi menolaknya karena memang ia sedang ada pekerjaan yang tidak bisa ia tinggalkan, hingga Rama akhirnya mengantar kepergian kedua tamunya. dan papa Yura kembali lagi menuju ke tempat puterinya berada. "Sayang...kamu sudah tidak apa apa kan nak? istirahatlah di kamar sekarang, jika ada sesuatu yang tidak beres kamu rasakan, kamu bisa mengatakannya pada papa." Ucap Rama pada puterinya. Dan Yura hanya mengangguk mengiyakan apa yang papanya katakan lalu pergi menuju ke kamarnya dengan sangat patuh. "Hemmmz...lelaki itu tampan sekali, meski nomer dua selain papa aku, karena pria tampan nomee satu sedunia itu selalu papa aku." Ucap Yura dengan senyum cengirnya. Waktu pun berlalu begitu saja, pagi pun menjelang, Yura dengan rasa masih malasnya berusaha terjaga dari tidur nyenyaknya karena memang alarm pada ponselnya sudah berbunyi, tanda sudah dekat waktu sekolah. Ia pun segera masuk kedalam kamar mandinya meski rasa malas masih membuat jalannya lunglai menuju ke kamar mandi, ia paksakan untuk mengguyur tubuhnya agar rasa malasnya segera hilang. Usai dengan aktivitas mandi paginya, Yura segera mengenakan seragam sekolahnya, ia sudah bolos kemarin karena kecelakaan kecil, dan ia merasa hari itu sangat fit jika hanya untuk masuk ke sekolah. Yura segera keluar dari ruang kamarnya, menuruni anak tangga dan menuju ke meja makan, ternyata disana sudah ada papanya yang menungguinya. "Papa...pagi..." Sapa Yura saat itu, dan Yura segera duduk di samping papanya, Yura merasa heran saat papanya hanya diam saja dan hanya melirik tajam ke arahnya. "Papa kenapa sih?" Tanya Yura yang keheranan, karena Yura merasa ia tidak sedang melakukan kesalahan hingga papanya menyatukan alisnya dan mengerutkan keningnya. "Yura...kamu kemarin baru kecelakaan, dan sekarang sudah mau sekolah saja, tidak boleh! pokoknya tidak boleh!" Ucap Rama tegas pada puterinya, sembari menyeruput kopi yang sudah tersaji di depannya, Yura hanya bisa merengut dan memanyunkan bibirnya, tanda ia tidak setuju dengan pemikiran papanya. "Pah...Yura baik baik saja pah...Yura tidak apa apa kok, sekarang malah Yura sudah benar benar sehat loh...papa tenang saja ya..." Ucap Yura jujur pada papanya, namun bagi papanya tidak lah demikian, ia benar benar khawatir pada kesehatan puterinya, puteri semata wayangnya yang sangat ia sayang, karena ia adalah harta satu satunya yang Rama miliki setelah sang istri meninggalkan dunia. "Yura...jangan ngeyel sayang...sehari ini saja, lagian kemarin sudah di izinkan guru kamu kan? manfaatkan itu untuk istirahat Ra..." Ucap papa Yura yang membuat anak gadisnya tertawa. "Papa tahu tidak? papa sudah mengajari Yura untuk tidak jujur!" Ucap Yura setelah ia usai dengan tawanya. "Hah...kenapa papa bisa mengajari hal seperti itu? tidak ada!" Ucap papa Yura yang ternyata sudah usai dengan sarapannya, namun Yura malah baru memulainya. "Astaga papa! nah itu...papa malah bilang tadi agar Yura memanfaatkan izin nya bu guru, itu namanya tidak jujur pah...mengajari Yura untuk bolos itu pah...!" Ucap Yura yang membuat Rama manggut manggut disana. Hingga akhirnya Rama mengalah pada anak gadisnya, dan Rama sendiri yang hari itu mengantarkan puterinya menuju ke sekolah. "Nanti kalau pulang...sebelum papa jemput, jangan pernah naik angkutan umum, apa lagi naik angkot! ingat...jika melanggar...uang jajan selama satu minggu papa potong!" Ucap Rama pada puterinya, dan Yura hanya tersenyum sembari manggut manggut tanda ia mengerti apa yang papanya maksudkan. "Iya, iya papa sayang...Yura akan menunggu papa sampai datang, meskipun waktu bisa bisa sampai malam karena papa lupa waktu saat menyangkut pekerjaan!" Ucap Yura kemudian keluar dengan cepat dari dalam mobil papanya, ia khawatir papanya akan mengomel parah jika ia tetap berada di dalam mobil lebih lama. Disana di gerbang sekolah, sudah terlihat Eric dan para temannya yang menyambutnya. Dengan senyum terkembang ia meraih tangan Yura dan mengajaknya untuk masuk kedalam. Rama hanya bisa melihat anak gadisnya dari dalam mobil, mengamati teman teman sekolah yang ia pikir begitu dekat semuanya. "Hei...kamu baik baik saja? aku tidak menyangka, bu Nana bilang kalau kamu tidak bisa masuk kemarin, kami sangat merindukanmu." Ucap Eric yang mewakili semu teman temannya. "Kamu aja kali Ric yang kangen Yura, kalau kami ma ngikut aja!" Ucap salah seorang dengan celotehnya. Dan tawa semua teman teman Yura pecah disana, Yura dan teman temannya masuk menuju ke ruang kelasnya, karena sebentar lagi sudah waktunya untuk masuk dan mulai pelajaran. Yura duduk di seberang bangku Eric, ia makin kesal saat ia tahu hari itu adalah waktunya pelajaran pak Bowo selama setengah hari penuh, setelah itu barulah waktunya berolahraga setelah jam istirahat siang. Jam pelajaran pun di mulai, saat itu pak Bowo memberikan soal pada semua siswa siswinya, ia pun berjalan mondar mandir di jalanan antara bangku bangku yang berderet, ia berhenti tepat di samping Yura, sesaat ia terlihat mengamati buku yang gadis itu pakai, dengan kedua tangan yang tiba tiba merayap dan memegangi kedua bahu Yura dengan mantapnya, seakan menahan sembari mengusap usap disana. Sontak Yura pun beranjak berdiri dengan segera karena merasa ia tidak bisa menjerit, akan sangat memalukan jika ia tiba tiba bersuara di dalam kelas yang hening.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD