4.Sisi lain Sabrina

2146 Words
Sabrina mulai disibukkan dengan perkuliahan pukul sembilan pagi ia sudah rapi dengan setelannya ia berlalu begitu saja mencari taxi online yang sudah dipesan, lima belas menit ia sudah tiba di Universitas yang berada disalah satu Jakarta Sabrina menyusuri koridor kampus dan masuk kedalam kelasnya ia tidak menemukan kedua sahabat nya sampai waktu kelas hampir dimulai sahabat nya baru tiba dan ikut bergabung. kelas usai dan satu persatu mahasiswa mulai keluar menyisakan Sabrina yang masih menunggu kedua sahabatnya. "Mau kemana nih?" tanya Vera yang sibuk menyusun buku buku kedalam tasnya. "Kelas masih lama lagi nih, cari angin dulu yuk, lumayan sambil cuci cuci mata," Vera mengucapkan sambil menaik turunkan alisnya menatap kedua sahabatnya. "Dasar ya Loe, Loe gak nyadar apa kalau temen kita ini uda jadi binik orang, lagian ya emang Loe sama Mas Adri gak cukup cuci matanya?" Alisa melayangkan buku yang ia pegang untuk memukul kepala Vera. "Biasa aja lagi ahh, sakit nih kepala Gue, gini gini di fitrahin tiap tahun huh," jawab Vera sewot. "Kalian ini kenapa sih kalau ngomng ujung ujungnya berantem mulu," ucap Sabrina berlalu bangkit meninggalkan kedua sahabatnya. "Bri,, tunggu kok malah kita di tinggalin sihh," diikuti kedua sahabatnya yang mengejar Sabrina untuk mensejajarkan langkah mereka. ketiga gadis itu memilih duduk santai di cafetaria kampus sambil menunggu waktu kelas dimulai. "Kalian uda ada rencana belum mau magang dimana??" Alisa membuka pembicaraan. "Belum nih, Loe sendiri uda ada rencana dimana??" Vera menatap Alisa dan Sabrina bergantian, tampak Alisa hanya mengangkat kedua bahunya tanda belum memiliki tujuan. "Gue mau ngajuin magang dikantor lakik Loe boleh gak??" celetuk Vera menatap Sabrina. "Loe mau ngapain magang dikantor lakiknya Sabrina, paling juga Loe bisanya cuma tebar pesona disana," sahut Alisa. "Loe kok tahu aja sih sis, Loe uda kemakan ya sama pesonanya Gue??" sambil mengibaskan rambut panjangnya kearah Alisa yang menunjukkan raut ingin muntah. Vera memang tidak berkerudung seperti Alisa dan Sabrina tapi bukan berarti ia gadis nakal ia hanya belum mendapat hidayah seperti itu ucapannya jika diajak menutup auratnya. sedangkan Sabrina hanya tersenyum menatap interaksi kedua sahabatnya. "Jangan ngadi ngadi Loe, bagusan Loe magang di cafenya Mas Adri jadi pelayan sekalian jumpa sama bebeb Loe biar gumoh tuh para karyawan liat lo nangkringin Cafe on time seharian," Vera hanya mencebikkan mulutnya tanda ia tidak setuju. "Gue mau jual mahal dikit lah sama Mas Adri masak iya Gue terus yang datengin dia meskipun Gue cinta," "Sok sok an Lu jual mahal, jual murah aja masih ditawar. Lagian Gue heran mas Adri kapan sih sadar dari tidur panjangnya kok masih aja cinta ama lo," Vera menatap sahabatnya dengan mata melotot. "Enak aja sampai detik ini cinta Mas Adri itu murni tanpa embel embel pelet dari Gue," Sabrina dan Alisa sontak tertawa mendengar penuturan sahabatnya. "Lagian emang Gue kayak Elo yang katanya cewek manis seantero kampus, kenyataannya Jomblo,," tambah Vera lagi. "Enak aja Gue jomblo juga karena Gue belom mau komitmen bukan karena gak laku,," percakapan itu terus berlanjut dan tidak ada habisnya. pukul tiga sore Sabrina sudah kembali ia masuk kedalam apartemen dan menemukan asisten rumah tangganya masih berada di apartemen. "Non malam ini mau dimasakin apa??" tampak wanita paru baya itu bertanya padanya. "Apa aja deh bik, masak aja apa yang ada di lemari es, Aku pasti makan kok, oh iya Aku mau ganti baju dulu, nanti Aku bantu Bibi masak oke??" wanita paru baya itu nampak tersenyum. "Tidak usah Non, Nona duduk aja disana." Menunjuk kearah ruang tv. "Sambil nonton tv biar Bibi saja yang mengerjakan semuanya," Sabrina tampak mengerutkan dahinya menatap wanita paru baya itu tapi tidak menjawab dan berlalu kekamar untuk mengganti pakaiannya agar lebih santai, cuma asisten rumah tangga Ayaz yang mengetahui bahwa Ayaz dan Sabrina tidak berbagi kamar itu semua pun atas perintah Ayaz. Sabrina keluar sudah menggunakan pakaian yang lebih santai lagi ia langsung mendekati wanita paru baya itu dan membantunya dengan cekatan. "Sudah Non, biar Bibi saja," "Gak apa apa Bik lagian biar cepat selesai Bibi lebih cepat istirahat dan pulang kerumah," wanita itu lantas tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya. "Non Sabrina ini adiknya Non Lila ya??" Sabrina menganggukkan kepalanya sambil memetik sayuran yang akan dimasak. "Kok beda ya Non??" Sabrina mengerutkan dahinya. "Beda gimana maksud Bibi??" wanita paruh baya itu tampak berpikir lalu tersenyum lagi kepada Sabrina. "Bukan apa apa Non, maksudnya gak mirip hehe," ucap wanita itu sambil tertawa. Sabrina hanya tersenyum menanggapi itu ia melanjutkan kegiatannya lagi memotong sayuran. Semua masakan telah siap dan asisten rumah tanggap telah kembali dari sejam yang lalu Sabrina memilih untuk menonton drama korea menghabiskan waktu agar tidak bosan. hubungan ia dan Ayaz pun semangkin berjarak hampir setiap hari Ayaz dan Sabrina tidak bertegur sapa bahkan mereka seperti orang asing yang tinggal disatu atap yang sama tak jarang mereka tidak bertemu sama sekali. Sabrina menghembuskan nafasnya entah sampai kapan ia harus terjebak dengan situasi ini ia merindukan rumah papa dan mama nya sampai bunyi klik mengalihkan pandangannya. Ayaz masuk dengan pakaian kantor yang bisa dibilang berantakan dasi yang digunakan sudah terlepas dan dua kancing kemeja yang ia pakai sudah terbuka serta rambutnya berantakan meskipun begitu Ayaz masih terlihat tampan bukan lebih tepatnya sexy Sabrina membuang jauh jauh pikiran jahatnya, pandangan mereka bertemu Sabrina langsung mengalihkan pandangannya ke arah drama korea di hadapannya ia melirik sekilas melihat Ayaz berjalan menuju pantry mengambil minum lalu berjalan masuk kekamarnya Sabrina langsung menghela nafasnya mengakhiri acara menontonnya dan masuk kedalam kamarnya ia tidak ingin berada dihadapan Ayaz sepertinya menghindar lebih baik batinnya. *** Pagi hari Sabrina sudah tiba di rumah kedua orang tuanya ia memang sengaja menghindari Ayaz toh sepertinya ada atau tidak Sabrina dirumah Ayaz tidak pernah mau tau jadi sepertinya begini saja lebih baik. Sabrina menghembuskan nafasnya sebelum memasuki pagar rumahnya ia masih terus mencari cari alasan apa kira kira yang bagus untuk ia jadikan bahwa Ayaz tidak bisa ikut hadir disini Sabrina mengucapkan salam saat memasuki rumah yang telah ia tempati sedari kecil disambut senyuman hangat dari sang bunda. "Sayang kok gak ngabarin mau datang kerumah??" Siska memeluk Sabrina erat memegang kedua pipi putri bungsunya lalu mencium seluruh wajah Sabrina "Iihh Mama masak iya Sabrina mau kerumah aja harus ijin dulu sih??" sambil menampilkan wajah cemberut kearah mamanya. "Ya gak gitu juga Sayang kalau Kamu kasih tau mau kemari kan Mama bisa masakin Kamu, buatin makanan apa kek, biar Kamu rajin kerumah Mama,," Sabrina kembali memeluk wanita paru baya itu "Gak usah nunggu Sabrina kasih tau mau datang atau enggak, mendingan mama buatin makanan nya bareng Sabrina aja yok? Sabrina uda lama gak masak masak mahh,," Sabrina berujar manja dipelukan ibunda. "Loh emangnya anak Mama gak pernah masakin suaminya? jangan bilang kamu gak pernah masakin Ayaz?" Sabrina langsung menjauhkan tubuhnya untuk menatap mamanya lalu tersenyum kikuk "E enggak gitu maksud Sabrina Mah, hampir tiap hari kok Sabrina masakin buat mas Ayaz tanya aja orangnya langsung," Sabrina tidak sepenuhnya berbohong ia memang selalu membantu asisten rumah tangganya untuk menyiapkan makan malam Ayaz tapi orang tuanya tidak mungkin tau hubungannya dan Ayaz bahkan seperti bukan suami istri. "Ya udah gak usah bahas ini lagi, ayo kita mulai masaknya,," rajuk Sabrina. "Eh, tapi ngomong ngomong suami Kamu gak ikut kemari??" "O ohh, Mas Ayaz tadi cuma sempet nganterin Sabrina sampai depan aja mah, dia uda buru buru banget jadi gak sempet mampir,," ucap Sabrina diakhiri dengan kekehan canggung. Tapi Siska tak menyadari gelagat itu membawa Sabrina menuju dapur nya langsung. Hari mulai sore saat Sabrina sibuk dengan sang ibunda ia naik menuju kamarnya untuk membersihkan diri, ia berencana akan pulang selesai makan malam ia yakin Ayaz bahkan tidak mau tau ia dimana dan sedang apa saat ini jadi ia memutuskan untuk tidak memberitahu keberadaan dirinya kepada suaminya. Sabrina selesai mandi dan keluar menggunakan bedhrob dan handuk yang masih menempel di kepalanya ia membasahi rambutnya karena merasa letih seharian cukup lama menghabiskan waktu untuk berendam di kamar mandi membuat tubuhnya rileks saat keluar ia tidak menyadari sosok yang memperhatikannya sejak keluar dari kamar mandi saat ia berbalik dari memilih baju sosok itu mengejutkannya. "A apa yang Kau lakukan disini??" tanya Sabrina yang terkejut mendapati Ayaz berada di kamarnya. "Menjemputmu,,! apa lagi??" ucap Ayaz sambil mengangkat bahunya. "Tapi Aku,,_" Sabrina tampak menarik belahan bedhrob nya saat Ayaz menatapnya untung saja ia tidak keluar menggunakan handuk jika tidak apa yang harus ia lakukan tapi kenapa ia ada disini bukannya aku tidak memberitahukan ia. "Mama meneleponku supaya cepat kembali agar bisa ikut makan malam bersama,," seolah mengerti apa yang ada di dalam pikiran Sabrina Ayaz menjelaskan tanpa ditanya. Sabrina hanya mengangguk singkat mendengar penuturan Ayaz ia masih berdiri kikuk bingung harus berbuat apa karena Ayaz tak kunjung pergi dari kamarnya. "Lain kali jika Kau ingin berkunjung kerumah orang tuamu setidaknya beritahu dan bicarakan denganku jadi Aku bisa tau apa yang harus Aku lakukan Kau mengerti??" Ayaz berujar sambil berdiri menghadap Sabrina. "Cepat pakai pakaianmu semua orang sudah menunggu, setelah makan malam kita pulang," Ayaz berlalu begitu saja tanpa mendengarkan jawaban dari Sabrina. Sabrina hanya terdiam menatap kepergian Ayaz merasa heran kenapa setiap ucapan yang Ayaz keluarkan selalu saja menyakiti hatinya, ia berjalan menuju pintu dan menguncinya dengan cepat. Makan malam itu telah usai dan menyisakan Sabrina dan Ayaz yang sedang dalam perjalanan pulang ini kali kedua Sabrina dan Ayaz berada dalam satu mobil yang sama setelah kepindahannya dari rumah usai pernikahannya tidak ada yang memulai pembicaraan Ayaz tampak tenang mengendarai mobilnya menatap arus lalu lintas yang lumayan padat. Sabrina hanya menatap kearah jendela kaca mobil enggan untuk menatap Ayaz ia masih merasa kesal dengan ucapan Ayaz, mereka tiba di apartemen, Sabrina berjalan lebih dulu tanpa repot repot menunggu Ayaz yang masih memarkirkan mobilnya ia ingin cepat beristirahat dan menenangkan pikirannya. saat Sabrina melangkah ingin masuk kekamarnya suara Ayaz memanggilnya membuat ia menoleh "Sabrina, Aku ingin berbicara sebentar," Ayaz berjalan kearah ruang tv diikuti oleh Sabrina mereka duduk saling bersisian dan menyisakan jarak diantara keduanya. "Dengarkan Aku, Aku mau Kau tetap melakukan tugas mu menjadi seorang istri didepan orang tuaku dan orang tua mu, Aku tidak mau mereka tahu hubungan kita seperti ini jadi selama kita masih ada didekat mereka Kau bisa berakting bagaimana layaknya seorang istri Kau mengerti??" Sabrina hanya mengangguk tanda mengerti ia tidak ingin berdebat biar kan saja semua berjalan atas kemauan Ayaz sendiri "Sampai Kalila kembali Aku baru bisa memutuskan apa yang harus kita lakukan kedepannya, jadi Aku ingin Kau tidak terlalu banyak berharap untuk hubungan ini," Sabrina mengerutkan dahinya tanda ia tak mengerti dengan yang Ayaz ucapkan apa yang ia harapkan batinnya, apakah selama ini Ayaz berpikir bahwa ia berharap dan bermimpi menjadi istri seorang Ayazid Karindra, heh seketika Sabrina merasa harga dirinya terinjak injak seenaknya Ayaz berpikir bahwa ia terlalu berharap untuk hubungan ini. "Berharap seperti apa maksudnya??" tanya Sabrina ambigu. "Berharap tentang pernikahan kita menjadi yang sebenarnya, begitu maksud mas Ayaz??" Ayaz mengangguk samar menatap Sabrina yang mengucapkan kata katanya dengan nada datar. "Ya, itu apalagi?" jawab Ayaz penuh percaya diri. Sabrina hanya terkekeh menanggapi ucapan Ayaz, kekehan yang di lihat Ayaz bukan lah kekehan hal yang lucu Ayaz menatap Sabrina bingung "Tuan Ayazid Karindra, dengarkan Aku baik baik, jika ada orang yang rugi dalam hubungan ini itu adalah Aku, jika ada orang yang bodoh di dalam hubungan ini itu juga adalah Aku, dan jika ada orang yang menyesal dalam hubungan ini itu sudah jelas adalah Aku,," ucap Sabrina mulai emosi, Ayaz hanya bisa menatap nya dengan bergeming. "Kenapa??" tanya Sabrina "Kenapa?" jawab Ayaz ragu. "Karena Aku merasa rugi mengorbankan masa mudaku untuk menikah dengan mu, serta Aku merasa bodoh menjadi seorang gadis dua puluh dua tahun yang menikahi pria berusia kepala tiga sepertimu, dan tentunya Aku menyesal mengambil keputusan ini, jadi jangan sekali sekali Kau berpikir bahwa Aku berharap padamu,, ayo, kita berakting dengan baik didepan keluargamu dan keluargaku, berdoa saja Kau tidak terlibat cinta lokasi didalam nya!!" Sabrina mengucapkan dengan tegas lalu bangkit menuju kamarnya menutup pintu dengan keras, mengejutkan Ayaz yang masih terdiam mencerna ucapan Sabrina ia tidak habis pikir gadis lembut itu menunjukkan sisi lainnya yang tegas dan membuatnya terkejut Ayaz merasa tertampar oleh ucapan Sabrina selama hampir tiga minggu menikahi Sabrina hanya ini kata kata yang cukup panjang yang dikeluarkan Sabrina karena selama ini ia hanya sering terlihat mengangguk dan tersenyum. Dilain tempat Sabrina tengah berbaring menatap langit langit kamarnya ia memejamkan matanya meresapi rasa sesak dihatinya ia tidak pernah bisa mengerti mengapa ia merasa begitu terhina mendengar ucapan Ayaz, bulir air mata menetes begitu saja membasahi wajah cantiknya, mungkin kah ia bisa bertahan dengan situasi ini, atau ia akan jatuh kedalam jurang yang semangkin dalam jurang yang sewaktu waktu bisa menyakitinya lebih sakit lagi. mungkin kah ia salah mengambil keputusan untuk menerima Ayaz sebagai suaminya seketika ia teringat dengan Kalila dimana saudarinya itu kenapa masih juga tidak ada kabar dan mengapa ia tidak kunjung kembali, apa yang ia lakukan jika ia tahu bahwa kekasihnya telah menikahinya, pikiran itu membuat Sabrina semangkin pusing ia beranjak menuju kamar mandi sepertinya mencurahkan semuanya kepada yang maha kuasa akan jauh lebih baik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD