Melviano hanya tersenyum miring melihat tingkah Stela yang berjalan di depannya tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Wanita itu mungkin masih kesal karena ayahnya dan Melviano selalu membela Kesya, padahal menurutnya asisten tak bergunanya itu tidak pantas untuk dibela. “Stel.” Meski suara Melviano mengalun memanggil namanya, Stela tetap berjalan cepat tanpa menoleh ke belakang. “Kalau kamu jalannya cepat begitu, apa gunanya kita mendaki bersama? Bukankah tujuan kita melakukan pendakian ini agar bisa semakin dekat?” Dan kali ini ucapan Melviano berhasil menarik atensi Stela, wanita itu akhirnya menghentikan langkah dan berbalik badan menghadap Melviano. “Ini karena kamu dan papa sama saja. Kalian sama-sama selalu membuatku kesal.” Satu alis Melviano terangkat naik, “Memangnya