11. Si Pemburu Gelap

1428 Words
Matheo di sana. Sekali lagi tubuhnya seolah dibekukan oleh situasi. Atmosfer yang menguar di ruangan ini benar-benar mengerikan. Pertama-tama ada puluhan orang yang jatuh ke lantai dengan posisi yang sama. Mereka semua tengkurap. Lebih-lebih ada darah yang mengucur dari bagian wajah tubuh mereka dan berlumuran ke lantai. “Katakan padaku di mana kalian menyembunyikan ayahku!” Suara itu. Suara Canadia. Terdengar gemetar. Ketakutan dan putus asa. Jelas. Ini bukan situasi yang biasa bagi seorang Canadia Van Der Lyn. Gadis yang telah dibesarkan dengan penuh kelembutan. Berbeda dari Letty dan Leonard, Canadia dan Lenox dibesarkan dengan kasih sayang dari dua orang ibu yang begitu menyayangi mereka. Tak ada dari dua orang itu yang tahu bahwa sebenarnya keluarga mereka menyimpan rahasia kelam. Di mana ayah dari Lenox yaitu Fredrick Van Der Lyn dan ayah dari Canadia yaitu Lucas Van Der Lyn adalah dua orang kakak beradik yang begitu terkenal dalam dunia mafia. Tangan mereka dipenuhi dengan darah. Menyebutkan nama Van Der Lyn akan membuat semua orang bergidik ngeri. Bahkan setelah kekuasaan Fredrick dan Lucas berakhir, nama itu seolah tak pernah berhenti menyebarkan teror yang mencekam. “Calm down, Canadia!” Matheo menggerakkan wajahnya ke samping saat seorang lelaki muncul dari balik siluet menakutkan. Entah dari mana dia berasal. Namun, dari suaranya, Matheo dapat memastikan bahwa orang itu adalah orang yang berbahaya, tetapi di sisi lain dia jugalah orang yang akan memasang badan jika terjadi sesuatu pada Canadia. “Sudah cukup lama aku berdiam diri dan menenangkan diriku. Dan sejauh ini aku selalu menuruti apa perintahmu!” Canadia mendongakkan wajahnya, memandang sang lelaki yang baru saja muncul itu dengan tatapan nanar. “Leonard!” sebut Canadia. Tak ada jawaban yang diberikan oleh si lelaki pemilik bola mata vantablack tersebut. Dia diam dengan tenang, tetapi desahan napasnya cukup memberikan teror yang lebih dalam terhadap si lelaki yang sedang sekarat di tempat duduknya. “Biarkan dia seperti ini.” Mulut Canadia megap-megap. Sejujurnya dia pun terkejut dengan situasi ini. Ada ketakutan yang luar biasa yang dialami Canadia semenit sebelum semua orang jatuh ke lantai. Lima menit yang lalu .... ‘Enam hati, enam diamond, dua hati.’ Canadia membaca setiap kartu yang berada di atas meja itu di dalam hatinya. Lalu dengan cepat ia menengok kartu yang ada di tangannya. Empat hati, empat club, empat keriting ditambah dua kartu yang lain tidak memiliki nilai yang sama yaitu king club dan enam hati. ‘Sial! Apa yang harus kulakukan,’ batin Canadia. Gadis itu tidak tahu jika kartunya lebih besar, atau lebih kecil dari yang akan diletakkan oleh lawan mainnya. Ini benar-benar situasi yang menjebak. Bagaimana kemenangan yang telah berada di depan mata sebentar lagi akan lenyap apabila Canadia kalah di atas meja judi. ‘Take it easy, Cana ... you have to calm down.’ Gadis muda itu terus saja membatin. ‘Ya Tuhan, tolong pinjamkan kemampuan Letty padaku agar aku bisa membaca pikiran pria ini,’ doa Canadia. Astaga! Ini benar-benar situasi yang menyudutkan. Terlebih, ketika Canadia melihat pergerakan ujung bibir dari Richard Alton. Seringai yang terbit di wajahnya, seolah sedang mengolok Canadia dan Canadia sangat membencinya. “Cih!” Dan sungguh gadis itu tak tahan untuk tidak mendengkus. “Well, well, well ....” Richard mendesah panjang sambil perlahan menyandarkan punggungnya hingga ke sandaran kursi. “Tampaknya ada yang tersesat dengan taruhannya sendiri.” Ucapan Alton mengundang gelak tawa dari para pria di sekelilingnya. Canadia pun mendengkus dan tak tahan untuk tidak melemparkan tatapan sinis pada orang-orang di sekelilingnya. Sekali lagi Canadia hanya bisa mendengkus. Mendecih halus. Dan semua itu semakin mengganggu pikiran Canadia dan mulai membuatnya kebingungan. “Okay, barbie. Now you’re up!” ucap Alton sambil dengan tenang mengayunkan tangannya, menunjuk ke meja taruhan. “Kami tidak kemari untuk melihatmu menangis, Nona,” ucap salah satu pria yang duduk di meja itu dan sekali lagi semua orang menertawakannya sambil memandang Canadia dengan tatapan mencemooh. Tatapan dan gelak tawa mereka semakin mendesak Canadia. Membuat hatinya berkedut dengan rasa sakit juga kekecewaan yang luar biasa. Mengingat jika dia kalah taruhan, maka dia harus rela menghabiskan semalam bersama Richard Alton dan mungkin setelah itu Canadia akan menjadi b***k di tempat Alton. Tidak! Itu benar-benar mimpi buruk. Tujuan Canadia kemari adalah untuk menyeret Alton dan membawanya pergi. Canadia telah membuat rencana. Dia akan mengalahkan Alton dan membuatnya mengikuti perintah Alton, tapi tunggu dulu. Tiba-tiba saja otak Canadia memberinya ide yang membuat gadis itu langsung mendelikkan matanya. ‘Well, mengapa kita tidak improvisasi saja,’ batin Canadia. Dia pun telah berniat untuk mengalah. Tak apa. Lagi pula taruhannya sama saja. Jika Canadia kalah maka dia akan pergi bersama Alton. Matheo dan para bandit bersaudara telah menunggunya di bawah. Canadia hanya perlu mengeluarkan Alton dari tempat ini dan semuanya akan selesai. Maka dengan penuh percaya diri Canadia pun mulai mengangkat wajah. Tak ingin terlihat lemah, ia pun mulai membusungkan d**a. Masih membutuhkan beberapa detik, Canadia menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya dalam desahan yang mengentak. “Oke!” gumam Canadia. Masih terdengar gelak tawa mencemooh dari sekelilingnya, tetapi Canadia sudah tak peduli lagi. Ia pun dengan percaya diri meletakkan kartunya di atas meja. “I choose fold,” ucap Canadia kemudian ia meletakkan seluruh kartunya dengan tertutup di atas meja. Tampak Alton memerengut bibir, ia pun mengedikkan kedua sisi bahunya. “Okay ... padahal aku berharap kita bisa bermain sedikit lebih lama, akan tetapi kamu sudah menyerah secepat ini. Hem ... tak apa, lagi pula aku juga sudah tidak berselera untuk meneruskan permainan ini,” ujar Alton. Canadia pun menyeringai. ‘Gotcha!’ gumam gadis itu dalam hati. “Well, aku sudah menyerah dan kalah. Aku siap dibawa pergi dan menemanimu semalaman,” ujar Canadia dengan penuh percaya diri. Ia pun menyilangkan kedua tangan di depan d**a. Sikap yang ditunjukkan Canadia membuat Alton mendecih sinis. Para lelaki di sekelilingnya pun tergelak mencemooh, sementara para wanita yang berdiri di belakang Alton memandang Canadia dengan pandangan remeh. Canadia mengerutkan dahi. Sontak, ia pun memandang ke sekeliling dan seketika alam bawah sadarnya seolah telah menangkap sesuatu yang mengerikan. “A—ada apa?” gumam Canadia. Wajahnya terlihat seperti domba yang baru sadar kalau sebenarnya dia sedang berada di kandang singa dan siap menjadi santapan. “Well ....” Suara Alton menggema, membuat Canadia kembali berpaling dan memandang lelaki itu. Ia sedang berdiri dari singgasananya sambil mengepakkan kedua sisi jasnya, seolah sedang mengisyaratkan sesuatu yang langsung membuat alam bawah sadar Canadia bergidik ngeri. “Aku pikir semua Van Der Lyn itu cerdas dan cerdik. Heum ... aku jadi merindukan si mata abu-abu,” ucap Alton. Canadia pun mendelik. Seketika bawah sadarnya berasumsi jika yang dimaksud oleh Alton adalah Letty. “Hah!” Canadia tersentak saat Alton menepuk sebelah bahunya. Sontak, gadis itu pun menoleh ke samping dan betapa kagetnya Canadia ketika melihat wajah Alton tepat berada di sampingnya. “Hem ... kamu membuatku kecewa, Darling ....” Alton bergumam lalu memberengut bibir. Tatapan darinya membuat Canadia bergidik ngeri. Sudut bibir Alton makin melengkung ke atas, membentuk senyum licik di wajahnya. “Kamu tidak akan ke mana-mana, Darling karena kamu akan memuaskan kami di sini!” Ucapan Alton membuat Canadia benar-benar bergidik. Bola matanya pun membesar dan gadis itu kemudian memandang ke sekelilingnya. Terdengar gelak tawa serta tatapan c***l dari para pria yang duduk di sekeliling Canadia. Mereka pun mulai berdiri dan hendak mendekati Canadia, tetapi sebelum mereka sempat melangkah, tiba-tiba saja sesuatu melayang ke arah mereka lalu menggorok leher mereka. Canadia tersentak di tempat. Sontak ia pun bangkit dari tempat duduknya. “What the hell just happened!” teriak Alton. Sama seperti Canadia, ia pun memutar tubuh dan melayangkan pandangannya ke sekeliling, mengikuti sebuah benda berukuran kecil dan nyaris tak terkenali itu melayang ke udara dan dengan cepat menyayat orang-orang di sekeliling mereka. “What the hell?!” Nada bicara Alton mulai terdengar panik. Tak hanya Alton saja, Canadia pun sama paniknya. Ingin rasanya Canadia berlari dari tempatnya, tetapi di sisi lain dia juga ketakutan. “Ya Tuhan, apa yang sedang terjadi?” Canadia benar-benar kebingungan dan tak tahu harus berbuat apa. Sampai saat ini dia masih mencari tahu benda apa yang sedang melayang dan menyerang semua orang secara brutal tersebut. Sampai akhirnya pandangan Canadia bertemu dengan sepasang bola mata berwarna cokelat yang sedang memandanginya dari arah balkon. Canadia memicingkan mata dan berusaha mengenali orang tersebut. Sampai kemudian semilir angin menerpa wajah Canadia, seolah membisikkan tentang siapa pria yang sedang berdiri di ujung sana. “Leonard.” Mendengar nama yang baru saja keluar dari mulut Canadia membuat Alton bergeming. Secara naluriah ia pun mendongak, lalu menoleh ke belakang mengikuti arah tatapan Canadia. Namun, sayangnya hal itu malah membuat Alton mendapatkan serangan telak. “Aaagh!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD