Ponsel Yura terus berdering kencang sejak kedatangan Via ke rumahnya untuk membantunya dalam segala persiapan yang dibutuhkan menjelang pernikahan. Selain panggilan dari Neli, Ilham dan Satria, ada pula panggilan dari nomer asing yang tak ia kenal sama sekali. Ia tak suka dihubungi oleh nomer asing, jadi sekarang jika ia mengabaikan panggilan tersebut, itu tentu sudah jadi kebiasaannya. Suara ketukan pintu kamarnya membuatnya melirik ke arah pintu. Ia tak bisa menggerakkan kepalanya karena rambutnya sedang ditata sedemikian rupa oleh ahli rias dan ia tak ingin mengacaukannya sama sekali. Yura menoleh dan mendapati sang Papa berdiri di ambang pintu dengan wajah penuh luka lebam. "Bisa kita lanjutkan nanti?" tanya Yura pada para periasnya. Para periasnya seolah mengerti keadaan kliennya h