Daniel telah sampai di mansion mewah miliknya, sepanjang jalan menuju pintu masuk hati Daniel merasakan rasa sepi dan rindu yang amat sangat merindukan bagi Daniel.
"Kenapa kau mematikan ponselmu Mel? Kemana kau berada saat ini, sayang? Kakak begitu merindukanmu siang dan malam, kenapa perasaan kakak selalu tidak enak bila kau pergi jauh dariku?" Pertanyaan itu entah pada siapa Daniel bertanya. Hatinya terasa sangat perih saat dirinya tidak mendengar sedikitpun kabar dari adik perempuannya yang entah menghilang kemana saat ini.
*****
Villa
Melodi tengah terduduk di bawah lantai. Sejak tadi air mata gadis itu tidak henti - hentikan mengalir, entah apa yang harus gadis itu perbuat tapi Melodi rasa tidak ada yang bisa ia perbuat saat ini. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah menangis, Ya. Menangisi nasib buruknya sendiri.
"Hiks. Hiks, Kakak aku merindukanmu kak. Kenapa kau tidak menjemputku? Kenapa kau tidak mencariku. Aku sungguh merindukan dirimu bahkan aku ingin pulang kak, aku sungguh tidak betah berada di tempat ini yang bagiku adalah neraka. Tempat ini membuat aku selalu terluka, bahkan terluka parah secara bersamaan," Lirih Melodi kembali terisak pilu saat dirinya mengingat perlakuan kasar Rey pada dirinya. Bahkan sejak seminggu yang lalu dirinya di jadikan boneka oleh pria sialan itu, pria iblis yang berwujud manusia.
****
Hari demi hari di lalui daniel tanpa kehadiran adik perempuannya. Membuat Daniel setiap hari tidak nafsu makan karna dirinya sama sekali belum mendengar kabar dari adik tercintanya sampai detik ini. Hari - hari Daniel hanyalah berada di kantor mengurus semua pekerjaannya, meskipun jiwa dan raganya tidak berada di kantor ini tetapi Daniel tetap berusaha untuk profesional bila menyangkut soal pekerjaan kantor.
"Di mana kau berada saat ini Mel? Kemana aku harus mencarimu? Tolong setidaknya berikan sedikit kabarmu pada diriku," Batin Daniel merasa sangat terpukul akan hilangnya adik tercintanya itu.
"Pak Daniel pasti sangat sedih karna dirinya belum juga mendapatkan kabar sedikitpun dari nona Melodi. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana caranya aku menghibur kesedihan pak Daniel," Batin Alina sangat bingung tentang apa yang harus ia perbuat.
Ckreek
Suara pintu ruangan terbuka lebar membuat Daniel maupun Alina menoleh ke arah pintu masuk. Daniel segera berdiri saat dirinya melihat kedatangan melodi yang tidak terduga bagi dirinya.
"Melodi," Panggil Daniel dengan wajah bahagianya. Dipeluknya tubuh mungil Melodi seakan rasa rindu itu berusaha Daniel salurkan lewat pelukan tersebut.
"Kakak merindukan dirimu dek. Kemana saja kau? Kenapa kau menghilang tanpa memberi aku sebuah kabar, kau tahu kakak sangat mencemaskan dirimu?" Tanya Daniel dengan perasaan lega saat ia kembali bertemu dengan adik kecilnya setelah sekian lama.
"Nona Melodi. Akhirnya nona datang," Kata Alina dengan senyuman manisnya. Melodi melepaskan pelukan daniel, gadis kecil itu melangkah mendekati sofa panjang yang ada di ruangan Daniel. Melodi mendudukkan p****t kecilnya di sofa empuk milik Daniel, tatapan Melodi seakan tidak dapat di baca oleh siapa pun. Melodi mengambil bingkai foto dirinya dan Daniel, di usapnya foto Daniel di dalam bingkai itu dalam diam. Pada akhirnya air mata Melodi mengalir juga seiring berjalannya waktu.
"Mel. Kau menangis? Kau kenapa sayang? Apa Rey memarahi dirimu? Apa kalian berantem atau kau memiliki masalah dengan seseorang?" Tanya Daniel dengan perasaan cemas yang hinggap di hati kecilnya." Mel. Ayo katakan sayang? Kau ini kenapa. Tolong setidaknya jawab pertanyaan kakak. Kau tahu kakak sangat mencemaskan dirimu setiap hati," Ujar Daniel dengan wajah teduhnya.
"Kak. Boleh aku meminta sesuatu padamu?" Tanya Melodi dengan air mata yang jatuh dari kelopak matanya.
"Apa yang ingin kau minta sayang. Apa pun itu kakak pasti akan berusaha untuk mewujudkannya meskipun kakak tidak tahu kakak bisa atau tidak," Kata Daniel.
"Kak. Tolong batalkan perjodohan ini, aku sungguh tidak ingin menikah dengan Rey, tolong kak. Tolong kabulkan keinginanku," Mohon Melodi dengan isakan tangisnya.
"Nona. Sebaiknya nona minum dulu agar perasaan nona lebih baik," Kata Alina sambil memberikan segelas air kepada Melodi, tapi di tolak dengan cepat oleh Melodi. Sedang Daniel yang mendengar permintaan Melodi hanya mampu bungkam saat ini, sebab Daniel tidak tahu dirinya harus bagaimana.
"Mel. Bicara apa kau ini, kau sadar dengan ucapanmu itu," Kata Daniel seakan tersadar dari kekagetannya.
"Aku sangat sadar dengan apa yang tengah aku ucapkan ini kak. Asal kakak tahu saja bahwa Rey bukanlah pria baik kak. Rey itu adalah pria b******k kak, pria b******k yang memiliki dua wajah. Dia adalah iblis berwujud manusia jika kakak tahu. Selama ini aku tidak pernah berbohong kepadamu kak, tolong setidaknya kakak percaya kepadaku kali ini saja. Tolong batalkan pernikahan ini kak, sungguh aku tidak ingin pernikahan ini sampai terjadi," Mohon Melodi dengan isakan tangisnya.
"Apa kau sadar Mel. Jika keluarga Rey lah yang menolong keluarga kita dulu, apa kau mau mempermalukan keluarga kita hanya karna kekanak - kanakkanmu saja? Dengarkan aku Mel. Aku tidak bisa membatalkan perjodohan kalian karna kau memang sudah ditakdirkan unjuk menjadi pelengkap hidup Rey. Jadi suka ataupun tidak, Rey tetap adalah calon suamimu. Mel. Dan kakak harap kau mau mengerti," Tegas Daniel.
"Iya aku sangat tahu jika keluarganya lah yang menolong kita selama ini kak. Tapi perlu kakak ketahui aku bukan barang yang bisa kalian tukarkan di sini, aku bebas memilih jalan hidupku sendiri apa sedikit saja kakak tidak bisa mengabulkannya?" Tanya Melodi dengan perasaan yang hancur seakan hatinya telah hancur lembur karena penolakan Daniel pada dirinya." Andai saja Rey adalah pria yang baik. Mungkin aku dengan suka rela akan menerima perjodohan ini, tapi sayangnya pria itu bukanlah pria baik - baik yang kakak kira. Dia lebih pantas di sebut sebagai iblis berwujud malaikat tak bersayap," Kata Melodi kembali.
"Tapi nona. Bukanlah pak Rey adalah pria yang sangat baik. Bahkan pak Rey begitu menghormati semua orang?" Tanya Alina dengan wajah bingungnya.
"Alina. Alina, kau begitu polos sehingga kau tidak tahu siapa Rey sebenarnya. Kau bilang ia baik? Baik dari segi apa? Baik dari mana Alina? Coba kau pikirkan secara logika apa ada seorang tunangan membawa pergi tunangannya tanpa kabar sedikitpun? Apa ada seorang tunangan seperti dia. Lalu ponsel? Untuk apa sebuah ponsel jika tidak bisa di hubungi, Alina. Coba kau pikir?" Tanya Melodi bertubi - tubi membuat Daniel menatap tajam pada sosok adik perempuannya itu.
"CUKUP MEL. Seharusnya kau bahagia karna Rey masih mau menerima pertunangan ini, sudah cukup kau menghinanya. Apa kau sadar ia adalah calon suamimu seharusnya kau beruntung memilki Rey yang akan selalu berada di sampingmu. Bukan malah kau hina seperti ini," Bentak Daniel karna merasa terpancing akan ucapan Melodi yang terdengar begitu tidak sopan saat ini.
"Kakak bilang aku beruntung memiliki dirinya? Apa kakak pernah mengerti akan perasaanku? Coba kakak sebutkan bagian mana yang paling beruntung bagi diriku. Kakak sudah di butakan oleh kebaikannya, tapi kakak tidak pernah sekalipun bertanya apakah aku bahagia atau tidak. Yang kakak pikirkan hanyalah Rey dan Rey. Tapi sekali pun kakak tidak pernah memikirkan apa yang tengah aku lakukan di villa terkutuk itu dan kenapa aku tidak pulang, kakak tahu aku terluka parah disana. Tapi tidak ada seorangpun yang mau menolong diriku. Bahkan untuk sekedar meminta izin untuk pulang pun aku di larang apa itu yang di sebut sebuah keberuntungan?' Tanya Melodi dengan air mata yang kian lama kian mengalir.
"Kakak rasa itu adalah hal yang wajar. Sebab kau selalu tidak memiliki waktu untuk dirinya dan apa salahnya jika dirinya berlaku egois pada dirimu," Balas Daniel dengan nada santai seakan tanpa beban.
"Ternyata ucapannya memang ada benarnya. Kau memang jahat kak, aku menyesal datang kemari bahkan bercerita denganmu karna sampai kapan pun kau tidak akan mempercayai akan ucapanku dan semua yang aku katakan itu semua terasa percuma saja. Aku menyesal karna sudah datang kemari," Teriak Melodi di depan wajah Daniel. Gadis kecil itu berlari meninggalkan Daniel saat dirinya telah selesai berbicara. DANIEL menoleh ke arah Melodi yang sudah menghilang dari ruangannya.
"Pak Daniel. Jika boleh, biar saya saja yang menghibur nona Melodi. Mungkin jika sesama wanita akan lebih mengerti," Kata Alina meminta izin. Setelah melihat anggukan kepala dari Daniel. Alina segera melangkah meninggalkan ruangan Daniel karna ia ingin mengejar Melodi yang sudah terlebih dahulu menjauh darinya.
****
Taman
Melodi menutup kedua matanya saat lagi - lagi butiran kristal membasahi wajah cantiknya. Gadis mungil itu tengah menatap ke atas langit yang baginya terlihat begitu mendung seperti hatinya yang tengah terluka parah saat ini.
"Nona," Panggil Alina dengan nada lembutnya. Alina memberanikan diri untuk duduk di samping melodi yang kini tengah menatap ke atas langit.
"Ada apa Alina?" Tanya Melodi tanpa mau menatap ke arah Alina sedikit pun.
"Maaf jika saya telah rancang nona, Tapi bolehkah saya tahu kenapa Nona sampai menangis seperti ini?" Tanya Alina menatap ke arah wajah cantik Melodi.
"Kenapa kau bertanya padaku Alina. Kakak kandungku saja tidak peduli padaku lantas untuk apa kau peduli padaku," Kata Melodi dengan kepala menunduk.
"Tapi saya peduli nona, saya merasa seakan saya tengah berada di posisi nona saat ini. Nona tolong ceritakan apa yang membuat hati nona sampai seperti ini?" Tanya Alina.
"Alina. Kakakku saja sudah di butakan oleh kebaikannya, lantas untuk apa lagi aku mencari sebuah pertolongan, karna pada akhirnya aku sendirian," Kata Melodi dengan wajah menyedihkannya.
"Jika pak Daniel tidak memperdulikan nona. Masih ada orang yang memperdulikan anda, contohnya saya. Saya merasa sangat sedih dengan apa yang tengah nona rasakan saat ini. Dan saya peduli terhadap diri anda. Tolong beritahu saya ada apa ini nona? Kenapa nona menangis sampai seperti ini?" Tanya alina dengan perasaan Khawatir membuat Melodi menundukkan kepalanya saat ini. Air mata gadis itu pada akhirnya kembali menetes, tanpa menjawab pun Alina sudah merasakan rasa sedih yang mungkin tengah di alami oleh adik atasannya sendiri.
Tbc,