Dennis mulai masuk kedalam gudang bersama Valika lalu mereka langsung di sambut oleh sesosok arwah wanita berambut panjang yang sedang memegang perutnya yang terus menerus mengeluarkan darah.
"Siapa kalian?" tanya Arwah wanita itu tajam.
"Tenanglah, kami tidak akan melukaimu," jelas Dennis santai.
"Apa mau kalian?" tanya Arwah itu tajam.
"Kami hanya ingin menyelidiki darah yang ada di lorong kampus, apa itu darahmu?" ucap Dennis santai sambil mulai berjalan mendekat ke arwah wanita itu.
"Benar, kenapa kalian ingin menyelidiki itu, dan bagaimana kamu bisa melihatku?" Arwah wanita itu semakin waspada, saat Dennis sudab berdiri di hadapannya, dan di belakangnya terdapat Valika yang sedang terbang rendah.
"Itu tidak penting siapa aku, aku ingin menanyaimu sesuatu, jika kau mau menjawabnya aku akan menyembuhkan lukamu," ucap Dennis santai sambil berjongkok di hadapan arwah itu.
Arwah itu diam menatap Dennis dengan tajam, untuk memastikan jujur atau tidaknya Dennis.
"Baiklah, apa yang kau mau?" ucap arwah wanita itu akhirnya.
"Siapa namamu?"
"Aku Santi."
"Baiklah Santi, bagaimana kau bisa terluka, apa pernah ada pertarungan antar arwah?"
"Ya benar, saat itu aku sedang terbang di lorong kelas, setelah itu tiba-tiba ada sosok tinggi besar yang menyerangku, aku tidak tahu kenapa, tapi dia menyerangku lalu menusuk perutku dengan kukunya yang panjang dan besar, karena aku tidak sanggup melawannya, akhirnya aku memutuskan untuk menghilang dan bersembunyi di gudang ini untuk menyembuhkan lukaku."
"Sosok tinggi besar?"
"Ya, aku tidak tahu itu sosok apa, tapi setelah terkena serangannya lukaku tidak bisa sembuh, keadaanku juga sudah semakin lemah."
"Begitu, baiklah akan aku sembuhkan lukamu," ucap Dennis santai sambil mulai mengangkat tangannya ke depan, mengarahkan ke bagian luka Santi.
"Apa kau yakin, Dennis?" tanya Valika khawatir.
"Tenanglah Valika, aku pasti bisa," jawab Dennis santai lalu mulai memusatkan kekuatannya untuk menyembuhkan luka Santi.
Dennis mulai menutup matanya untuk memfokuskan kekuatannya, aura berwarna biru keperakan kembali muncul dan mengelilingi Dennis. Dennis mulai membuka matanya kembali lalu aura biru keperakan itu berkumpul di telapak tangan Dennis yang ia arahkan ke luka Santi.
"Baiklah aku mulai, tahanlah, ini akan sedikit sakit," ucap Dennis santai.
Arwah wanita itu hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan gugup dan pasrah akan nanti keadaannya.
"Wahai kau roh kontraktorku, lakukan tugasmu sebagai roh penyembuh, ikuti perintahku dan sembuhkanlah dia, fairy healing," ucap Dennis lalu sebuah cahaya yang sangat terang berwarna hijau muncul dari telapak tangannya, dan dari arah Valika.
Saat cahaya itu mulai meredup, luka yang ada di bagian perut Santi sudah hilang tak berbekas, Dennis langsung kembali menurunkan tangannya lalu berdiri di sebelah Valika.
Santi mulai berdiri dengan air muka terkejut. "Ini sembuh? Bagaimana bisa? Terima kasih," ucap Santi bingung, namun senang.
"Itu tidak masalah, jadi bagaimana? Apa kau masih ingin berada di dunia ini? Aku rasa kau adalah arwah yang baik, mungkin itu sebabnya sosok tinggi besar itu menyerangmu, karena mungkin ia merasa kau masuk ke daerah kekuasaannya," jelas Dennis santai.
"Mungkin aku akan kembali saja, tapi bagaimana?" tanya Santi khawatir.
"Tenanglah aku ak-"
Ucapan Dennis terpotong, karena ada anak panah berwarna merah muda yang melesat kearahnya, namun berhasil hancur karena pelindung yang di buat oleh Valika.
"Tunggu!" Teriak seorang wanita yang tiba-tiba muncul bersama dengan seorang pria berpakaian pelayan.
Eka?! Batin Dennis terkejut melihat Eka yang memegang busur panah seperti milik perempuan yang tadi malam ia selamatkan.
"Kamu, kamukan yang tadi malam? Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu menyembuhkannya?!" tanya Eka secara bertubi-tubi.
"Aku menyembuhkannya, karena dia sudah memberikan aku informasi yang cukup," ucap Dennis santai, untung saja Eka belum menyadari, karena wajah Dennis yang tertutup setengah.
"Lalu apa yang akan kau lakukan?" tanya Eka sambil berjalan mendekat kearah Dennis bersama tuan A, dengan waspada.
"Tentu saja mengembalikannya kedunianya," jelas Dennis santai.
"Tidak bisa, kami masih ada urusan dengannya," ucap Eka.
Dennis melirik kearah Santi. "Bagaimana Santi, apa kau mau berbicara dengan mereka dulu?" tanya Dennis santai.
"Tidak, aku tidak mau," jelas Santi kasar.
"Kalian sudah dengar sendiri kan, dia tidak mau, jadi aku akan mengirimnya kembali," tutur Dennis santai.
"Apa?!" teriak Eka kaget.
Tuan A mulai maju melewati Eka lalu membungkukan badannya sedikit, dan menegakkannya kembali.
"Maaf, saya tahu Anda juga termasuk dari kami para Indigo, tapi saya belum pernah melihat Anda, tapi bisa kah Anda membiarkan kami untuk berbicara dengan arwah wanita itu sebentar?" Ucap Tuan A sopan.
"Kau sungguh sangat sopan, aku sangat menghargai itu, tapi maaf aku tidak bisa, karena Santi ingin kembali ke dunianya," jelas Dennis sesopan mungkin.
"Kalau begitu saya harus memaksa Anda, maafkan saya," ucap tuan A sopan lalu mengeluarkan tongkat panjang berwarna hitam dengan hiasan berwarna emas.
"Tuan A, tolong jangan terlalu kasar, dia juga telah menyelamatkan kita tadi malam," perintah Eka tajam.
"Baik nona," turut tuan A lalu mengambil ancang-ancang akan menyerang Dennis.
Dennis melirik kearah Sinta, ia melihat arwah itu sepertinya sedang sangat ketakuran di belakangnya.
"Valika, tolong kamu lawan dia," perintah Dennis santai sambil melirik kearah Valika yang ada di belakangnya, dan yang tidak disadari oleh Eka dan tuan A dari tadi.
"Baik Dennis," turut Valika lalu maju ke depan dan menahan serangan tuan A.
"Anda!" ucap Tuan A yang terkejut melihat Valika yang menahan serangannya dengan mudah.
"Maaf tuan, aku tidak bisa membiarkanmu menyakiti anak kesayanganku," ucap Valika santai sambil mendorong tuan A dan tersenyum hangat.
"Tuan A, bukankah dia Ratu Elf terdahulu?" tanya Eka yang sudah berada di belakang tuan A dan memandang Valika dengan terkejut.
"Benar nona, dan dia tadi memanggil pemuda itu 'anak kesayangan'," jelas Tuan A sambil terus waspada.
"Jadi memang benar, jika sosok makhluk yang membawa pemuda itu saat pingsan adalah Ratu Elf terdahulu."
"Saya yakin memang benar, nona."
"Kalau begitu tidak ada cara lain, bagaimanapun kita harus mendapatkan informasi tentang pertarungan arwah itu kepada arwah wanita itu, agar bisa menemukan raja kita," ucap Valika tajam.
"Anda benar nona, saya akan berusaha melawannya," ucap Tuan A sopan.
"Apa kalian masih lama berbisik di sana!" Teriak Valika yang membuat kedua lawannya itu menatap tajam kearahnya.
Eka dan Tuan A langsung berlari menyerang Valika, Valika hanya bisa tersenyum senang menghadapi kedua orang itu sekaligus.
"Sebaiknya kau segera melakukannya," bisiknya pelan sambil menahan serangan Eka dan tuan A.
"Aku, pemegang kunci Solomon, raja dari surga dan neraka, atas restu dari Solomon, aku perintahkan kau untuk membuka pintu surga, dan membawa satu arwah yang baik!" teriaknya lalu sebuah lingkaran sihir besar muncul diatas kepalanya, dan mengeluarkan pintu besar berwarna putih bersih dengan ukiran para malaikat.
Pintu itu mulai terbuka, dan akhirnya terbuka lebar lalu muncul sebuah tangga transparan yang sangat indah.
"Masuklah, aku yakin kau akan baik-baik saja," perintah Dennis lembut.
Santi yang melihat ketulusan yang terpancar di mata Dennis, langsung tersenyum senang dan mulai melangkah menuju tangga transparan itu.
Tuan A dan Eka yang melihat itu langsung hanya bisa membulatkan matanya takjub, karena mereka baru pertama kali melihat seorang Indigo yang bisa membuka pintu gerbang surga dan neraka, lagi pula setiap Indigo hanya bisa membuka masing- masing satu gerbang surga, gerbang neraka, membuka, dan menutup pintu dunia lain.
Eka yang bisa memenutup pintu dunia lain terlihat sangat takjub, karena gerbang yang biasa di buka oleh temannya yang sesama Indigo sangat berbeda dengan gerbang yang di buka oleh Dennis.
Pintu tertutup dan arwah wanita itu sudah masuk lalu pintu itu menghilang.
Valika kembali ke samping Dennis. Selama beberapa menit keempat orang itu hanya bisa diam dan saling pandang.
"Emm, maaf untuk yang tadi, kalau begitu aku pergi dulu, sampai jumpa," ucap Dennis santai lalu sebuah angin yang cukup kencang muncul, Dennis dan Valika sudah menghilang dari pandangan Eka serta tuan A.
"Siapa dia sebenarnya?" tanya Eka tanpa sadar.
"Entahlah, nona, saya juga baru pertama kali melihat seorang Indigo seperti dia," ucap Tuan A setuju.
***
"Huft ... akhirnya selesai juga masalah di sini," ucap soerang pria berambut merah dan bermata merah dengan senang sambil merenggangkan tubuhnya.
"Kau benar, karena masalah di sini sudah selesai, sebaiknya kita segera pergi menemui mereka di Indonesia," ajak seorang pria berambut silver dingin.
"Benar juga, apa pesawatnya sudah siap?" tanya pria berambut merah.
"Ya, pesawat sudah siap, kita bisa langsung berangkat, barang-barang kita juga sudah masuk kedalam pesawat," jelas pria berambut silver.
"Wow, kadang perilaku markas terhadap kita bisa membuatku takut juga," ucap pria berambut merah takut.
"Ayo kita berangkat," ajak pria berambut silver.
"Ya," ucap pria berambut merah singkat lalu berjalan melewati gang di Tokyo dengan tenang.
Tiba-tiba angin yang cukup kencang berhenbus lalu kedua sosok pria berambut silver dan merah itu hilang.