bab 42

2260 Words

Suasana siang itu lumayan terik, walau Hita dan Arutala menikmatinya dari dalam ruangan. Udara yang seharusnya terasa panas, menjadi berbeda, terasa sejuk berkat alat penyejuk ruangan yang dipasang di kafe itu. Walaupun di luar panas dan terik, tak membuat Arutala ikut merasa panas. Arutala menarik napas panjang, dan terus menatap wajah cantik sang pujaan hati. Senyum ringan ia tampakkan, tak ada keraguan di sana. Pria itu sudah memutuskan untuk berkata jujur, karena ia sendiri tak mau menerima kebohongan sekecil apa pun. "Sebenernya semalem ... waktu Mbak bilang nggak mau ketemu sama Rania, aku udah mikirin hal itu sih. Maksud aku, aku mikir apa aku harus cerita semuanya ke Mbak, atau aku diem aja. Karena ... jujur aja, Mbak, perasaanku ke kamu semakin hari semakin besar dan kuat, dan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD