Kebahagiaan menyelimutiku malam ini. Senyumku terus mengembang sejak makan malam tadi hingga ketika aku tiba di penthouse milik James ini. Cloe benar-benar menggemaskan, wajahku merona ketika ia mengatakan kalau aku terlihat cocok dengan ayahnya dan saat aku menatap Billy, pria berambut pirang itu hanya tersenyum manis mendengar ucapan putrinya itu. Aku tak habis pikir bagaimana mungkin anak berusia 6 tahun sepolos Cloe sudah mengerti hal seperti itu.
Kuedarkan pandanganku dan melihat penthouse ini terlihat sangat tenang dan sepi.
Apa James sudah tidur?
Tapi ini belum terlalu malam?
Mungkin dia sedang sibuk bekerja diruangannya pikirku.
Saat aku akan menuju kamarku, terdengar suara bel dari pintu depan yang membuatku bertanya-tanya lagi, kira-kira siapa tamu yang datang malam begini.
Seorang wanita dengan pakaian yang sangat minim berwarna merah membawa seorang pria yang tertunduk, seperti setengah sadar. Wanita itu tak mengatakan apapun ketika melihatku membukakan pintu untuknya. Wanita itu langsung masuk kedalam dan mengabaikan keberadaanku. Ia menuju kamar James bersama pria setengah sadar yang terlihat sangat berantakan itu.
“Ada apa dengan James?” tanyaku penasaran saat baru menyadari kalau pria yang bersama wanita itu adalah James.
Tak ada jawaban dari wanita berambut hitam lurus panjang itu. Aku mengikutinya dan melihatnya membaringkan tubuh James keatas ranjanganya. Satu hal yang dapat kutarik dari apa yang kulihat saat ini yaitu wanita berkulit eksotis dan langsing itu pasti sangat mengenal James, itu terbukti ia mengetahui dimana kamar James bahkan sebelum aku memberitahunya.
Tatapan wanita itu menjadi sangat sinis saat ia keluar dari kamar James dan melihatku sedang menatap kearahnya. Sepatu highheel merahnya melangkah kearahku yang masih bingung dengan semua ini.
“Apa kau Alexis?” wanita itu bertanya dengan nada tak suka bercampur meremehkan.
“Iya.” jawabku singkat tanpa kegentaran
“Ada apa dengan James?” tanyaku untuk kedua kalinya.
Kali ini wanita itu mengabaikan lagi pertanyaanku yang membuatku semakin tak suka kepadanya.
“Aku tak tahu apa yang merasuki James hingga ia mau menikah dengan wanita sepertimu.” mata hitam wanita itu menatapku dari ujung kaki hingga ujung kepalaku dengan tatapan meremehkan dan angkuh.
“Silahkan kau tanya sendiri pada pria itu! Karena aku sendiri tak mengharapkan pernikahan ini!” nada geramku membuat wanita itu malah tersenyum sinis kepadaku.
“Apa kau kira aku percaya padamu? Banyak wanita yang menginginkan James! dan kuyakin kau pasti salah satu diantaranya!” lagi-lagi ucapan angkuh dan sinis wanita itu membuatku semakin ingin menjambak rambut hitam lurusnya itu.
“Oh ya? berarti aku harus merasa bangga akan diriku karena aku bisa mendapakan pria yang banyak diinginkan wanita itu dan….” kutahan ucapanku yang sengaja kubuat terdengar seangkuh mungkin seperti wanita didepanku ini.
“dan.. mengalahkan para wanita yang begitu memujanya itu!” kusunggingkan senyumanku sambil menatap tubuh wanita itu seperti dia menatapku sebelumnya.
Kemarahan terukir jelas diwajah wanita itu dan sebuah ancama ia layangkan padaku
“James itu milikku dan ia akan tetap menjadi milikku! Aku akan membuatnya kembali kepadaku!” wanita yang belum kuketahui namanya itu segera meninggalkannku dengan kesal.
Aku benar-benar tak peduli dengan ucapan wanita itu. Aku tak peduli jika James adalah miliknya ataupun milik wanita lain yang tak kukenal. Aku juga tidak peduli jika ia ingin bersama James lagi. Aku bahkan dengan rela memberikan James pada wanita angkuh yang harus aku akui sangat seksi itu.
Tak ingin tenggelam lebih lama dalam kekesalanku itu, aku putuskan untuk melihat keadaan James. Tubuh James kini sudah berbaring diatas ranjang miliknya. Wajah pria itu terlihat begitu tenang dan menawan bahkan dengan keadaannya yang terlihat sangat berantakan dan juga beraroma alkohol.
Kuberdiri disamping ranjangnya, menimbang-nimbang apakah aku harus menggantikan bajunya yang kotor dengan noda kekuningan seperti telah tertumpahkan minuman.
Ada bercak darah di dekat kerah kemeja biru mudanya itu dan aku juga baru menyadari kalau ada sedikit memar kebiruan dipinggir bibir pria itu.
“Apa yang terjadi dengan pria ini? Dia terlihat bukan tipekal pria yang suka menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.” otakku mencoba menemukan jawaban sendiri atas rasa penasaranku.
Kuputuskan untuk benar-benar mengganti baju pria itu karena tak tahan melihatnya berantakan dan kotor seperti itu. Kubuka kancing bajunya berlahan, berharap James tak akan bangun dari tidurnya. Dan akhirmya aku dapat bernafas lega saat aku berhasil mengeluarkan tangan James dari kemejanya dan membuat jantungku berdetak karena pemandangan yang ada didepanku kini.
Kulit James yang sedikit kecoklatan membuat tubuhnya terlihat indah berpadu dengan otot-otot tubuhnya yang menawan. Pria ini pasti sangat hebat dalam menjaga tubuhnya hingga bisa memiliki tubuh yan melebihi keindahan tubuh model pria yang kulihat dalam iklan parfum pria di televisi beberapa saa yang lalu.
Aku melihat wajah James masih tenang dan tak terganggu sedikitpun. Aku tidak tahu apakah ini karena alkohol yang sudah diminumnya atau James adalah sosok pria yang akan menjadi seperti mayat ketika sudah tertidur.
Kini aku berpikir sangat keras bagaimana memasangkan ketubuh James kaos putih yang baru saja kuambil dalam ruangan pakaian pria yang kini hanya menggunkan celana kain hitam panjang itu. Setelah memikirkan cara untuk memasangkan pakaian pada James namun tak memperoleh satu carapun, aku putuskan untuk mengangkat selimutnya dan menutupi seluruh tubuh bertelanjang dadanya.
Kuangkat selimut yang tertindas dikakinya itu berlahan dan saat selimut itu berhasil kuangkat, kumerasakan sentuhan tangan di pergelangan tanganku. Kutolehkan wajahku dan melihat tangan James sudah menggenggam erat tanganku dan menarikku hingga tubuhku terjatuh diatas ranjang didekat tubuh pria itu.
“James” teriakku mencoba membuat pria itu melepaskanku, namun malah membuatnya mengeratkan tangannya ditubuhku. Aroma alkohol dari tubuh pria itu benar-benar membuatku ingin menjauh dari tubuh James. Namun tenagaku tak cukup kuat untuk membuat tubuhku menjauh darinya ataupun melepaskan tangan berototnya dari tubuhku.
“Lepaskan aku James!” aku meronta mencoba melepaskan diri namun tetap saja sia-sia. Aku melihat wajah James yang masih terlihat tenang dengan mata tertutupnya. Aku mencoba mengatur nafasku yang terasa semakin menipis karena tubuhku yang sangat terdesak oleh tubuh James. Dalam posisi seperti ini aku dapat dengan mudah merasakan debaran jantung James yang terdengar berdetak tak beraturan dan semakin berdetak tak beraturan saat sebuah kalimat keluar dari bibirnya yang sedari tadi terbungkam dalam ketenangan.
“Aku mencintaimu….. Alexis….”
Kalimat itu membuat rontaanku berhenti seketika sekaligus membuat nafasku tercekat bak tercekik. Sepertinya alkohol tidak hanya menghilangkan kesadarnnya namun juga benar-benar sudah menelan habis pikiran waras pria ini hingga membuatnya menggumamkan hal-hal tak masuk diakal.
“Aku mencintaimu Alexis….”
Gumaman kedua pria itu, membuatku benar-benar melemas dalam pelukan hangatnya. Seluruh kekuatanku seakan hilang diresap oleh otakku yang kini sedang berpikir keras tentang ucapan pria itu yang terdengar tak hanya seperti gumaman pria mabuk karena pengaruh alkohol.