bc

Destined To Be Your Lover

book_age16+
1
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
fated
heir/heiress
mystery
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Valerie Salnios masih menyukai seseorang ketika dirinya dipaksa menghadiri kencan buta yang telah di atur oleh orangtuanya.

Awalnya ia sangat menentang keputusan kedua orangtuanya yang menurutnya sangat 'gila'. Namun setelah mengetahui siapa pasangan kencan butanya, ia langsung menyetujui kencan buta itu begitu saja.

Samuel Charlotte, seorang aktris yang sangat terkenal menjadi pasangan kencan buta gadis itu. Valerie yang sudah lama mengagumi Sam dan menjadi fansnya selama beberapa tahun tentu saja tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas yang sudah ada di depan mata.

Ketika keduanya memilih untuk menerima perjodohan, hubungan misteri diantara idol dan fansnya pun dimulai. Rahasia keduanya perlahan-lahan mulai terbongkar.

Biasanya setiap pasangan berharap untuk memiliki 'happy ending' di setiap kisah mereka. Namun, tidak semuanya berjalan mulus sesuai dengan harapan.

Akankah rasa kagum bisa berubah menjadi rasa cinta? Dan, bisakah hubungan keduanya berjalan sampai ke pelaminan?

chap-preview
Free preview
The First Meeting
BAB 1  Washington D.C Sebuah mobil berwarna biru tua tiba-tiba berhenti tepat di depan sebuah hotel. Entah apa merk-nya—tapi yang pasti, pemiliknya pasti berstatus highclass. Sudah selang beberapa menit sejak mobil itu berhenti disana, tidak ada tanda-tanda pemiliknya akan keluar dari dalam mobil mewah itu. Sampai-sampai orang yang tengah berlalu-lalang sesekali menatap takjub kearah mobil itu dan saking penasarannya, beberapa dari orang-orang itu menyempatkan untuk memegang benda mahal tersebut. Dan yang tanpa disadari mereka, sudah ada orang yang menahan kekesalannya dari dalam mobil itu. "Haishh..!!!! Kesel banget rasanya waktu nengok orang itu natap mobil gue. Tatapannya aneh banget. Mana main pegang-pegang lagi.." Kesal Valerie Salnios. Yups!! Valerie adalah gadis yang memiliki mobil mewah itu. Kini ia masih duduk di dalam mobil kesayangannya itu sembari sesekali menatap ke arah hotel hingga pada akhirnya ia membuka suara. "Sir, yakin di sini tempatnya?" tanya Valerie meminta kepastian dari seorang pria paruh bayah yang sedang duduk di kursi pengemudi. Pria paruh bayah itu menatap nona mudanya dari kaca dan mengangguk, "benar, nona. Tuan Samuel sendiri yang mengirimkan alamatnya kepada saya tadi. Dan saya yakin tidak ada yang salah dengan tempat temunya." Jawab pria tua itu. Valerie menghelas nafas kesal. "Huh! Padahal tadi gue nyuruh biar nyari café, tapi kenapa malah hotel? Udah kayak i***t aja!" "Anu, nona. Saya pikir di dalam hotel juga ada café, jadi sepertinya pilihan tuan Samuel juga bukan masalah. Malahan ini jauh lebih bagus. Setidaknya tidak terlalu banyak orang yang memperhatikan kalian. Sebaiknya anda segera masuk daripada membuatnya menunggu lebih lama lagi" Usul sang sopir—berharap jika Valerie mau mendengarkan ucapannya kali ini. Dan benar saja. Tanpa banyak bicara lagi, Valerie segera membawa dompet kecil miliknya dan segera membuka pintu mobil. Sebelum pergi, ia menyempatkan untuk mengatakan sesuatu kepada pria tua yang sudah lama menjadi sopir keluarganya tersebut. "Anda bisa langsung pergi, sir. Jangan lupa untuk memberritahu mama-papa kalo gue bakal diantar sama calon menantu kesayangannya itu." Pesannya dan segera beranjak pergi dari sana menuju ke hotel. Sang sopir hanya bisa mengangguk paham, sambil melihat sang nona muda yang mulai beranjak pergi. 'Huh, kayaknya sama aja. Toh di hotel juga pasti ada yang nengok kami, nyebalin banget sih!' dumel Valerie, mulai berjalan menjauh dari posisinya yang tadi. Sementara sang sopir hanya tersenyum tipis melihat tingkah nona mudanya itu dari kaca mobil yang terbuka sedikit. Rasanya seolah menjadi deja vu kepada putri semata wayangnya saat melihat Valerie sesekali menghentakkan kakinya karena merasa kesal. Dan setelah memastikan sang nona muda memasuki hotel, barulah pria paruh bayah itu pergi dari sana. **** HOTEl Nuansa café alias restoran ini sangat berbeda. Maksudnya, nuansanya seperti lebih esthetic—dan Valerie benar-benar menyukai nuansanya. Dalam sekejap gadis itu sudah bisa menghilangkan rasa kesalnya kepada pria yang tengah duduk persis di hadapannya, yakni Samuel Charlotte—aktor sekaligus model yang karirnya tengah naik daun dan reputasinya akhir-akhir ini sangat baik. Eh, sorry...dia juga seorang penyanyi. Memang benar sih, kualitas di hotel berbintang lima memang tiada tandingannya. Buktinya, Valerie—gadis yang biasanya sulit terpikat akan sesuatu, dapat dengan mudah terpesona dengan nuansa esthetic restoran itu. Jika saja bukan Samuel yang mengingatkannya untuk meminum kopinya yang telah di pesan, mungkin ia akan lupa dan malah tenggelam pada rasa kagumnya ke sebuah lukisan yang di pajang tepat di sebelahnya. Lukisan itu menggambarkan betapa indahnya menara effiel. Apalagi di lukisan itu dicantumkan pula dua pasangan yang tengah kissing. Benar-benar suasana romantis. "Ehem...ku pikir kau harus meminum minumanmu juga. Mumpung masih hangat." Samuel berdeham pelan sambil menatap gadis di hadapannya. Ia paham jika Valerie begitu karena kagum dengan nuansa di ruangan tersebut. Valerie tersentak. Ia baru sadar jika dirinya sudah tenggelem terlalu lama saat mengamati pesona dari lukisan bertema pasangan yang di lukiskan dengan latar belakang Eiffel Tower itu. Ia kemudian mengalihkan perhatiannya, dan.. Ohh, no! Tatapannya bertemu langsung dengan tatapan Samuel. Kini, Valerie bisa melihat wajah actor terkenal itu dengan jelas. Paras dengan hidung mancung, kulit putih bersih, rambut pirang yang di tata ke atas, dan dagu yang lancip itu—semuanya hanya pernah di lihat gadis itu melalui medsos. Dengan cepat, Valerie segera menunduk dan mulai menyesap kopinya. Ia menjadi salah tingkah. Bagaimana tidak? Yang berada di hadapnnya sekarang adalah idol faforitnya. Selain jago acting dan memiliki proporsi tubuh sempurna, suara lelaki tampan itu juga sangat memesona. Pertama kali ia tahu jika Sam memiliki suara indah adalah saat lelaki itu mengadakan live stearming di insta. Melihat pria itu dari live saja sudah membuat Valerie berdebar-debar, apalagi jika bertatapan langsung seperti ini. Oh..my...goshhh... Menyadari kediaman Valerie, Sam mulai bertanya. "Apa ada yang salah dengan tehnya?" Tanya Sam memecah keheningan yang terjadi beberapa saat yang lalu. Valerie buru-buru menggeleng. "Mmmm...nggak ada kok" Jawabnya dan tersenyum canggung. Samuel mengangguk, "baguslah jika begitu. Ngomong-ngomong, aku pernah melihatmu waktu itu datang ke agensi yang menanungi ku. Jika di bandingkan dengan penampilan mu yang sekarang sepertinya sangat berbeda jauh." Ujar pria itu lagi. Valerie mengaga. Apa-apaan ini? Masa' sih Sam pernah melihatnya? Tapi, wait. Berbeda? Apa maksud pria itu? Valerie menatap Sam lantas bertanya, "berbeda? Maksud lo apaan?" tanya gadis itu merasa kurang enak. Samuel terkekeh. "Maksudku, saat kau datang ke agensi kami, auramu seperti gadis yang dingin namun ramah. Haha...entahlah, aku tak tahu ingin mengatakan apa. Tapi yang pasti, kau terlihat cantik saat menggerai rambut seperti sekarang ini" "What the fuc-" "Dan juga waktu itu kau berbicara formal, tapi sekarang kau malah menggunakan bahasa gaul,"sambung lelaki itu. Valerie menahan nafas, "yeah...itu karena terpaksa. Tapi sifatku yang asli adalah yang sekarang ini. Aku paham maksudmu. Memang benar aku yang sekarang berbeda dengan saat aku berada di kantor. Aku seorang CEO. Taulah gimana CEO yang seharusnya dan aku berusaha untuk menjadi seperti itu!" Tutur gadis itu. "Meski begitu, kau tetap cantik kok." Puji Sam. Valerie memutar bola matanya malas. 'Hah! Bilang saja lo cuman pengen ngebual doang' batin gadis itu dalam hati. Keduanya kembali diam. Suasana terasa sunyi senyap. Dari ruangan itu, nampak suasana di luar hotel. Kota itu penuh dengan cahaya terang. Seolah-olah kota itu tak pernah tidur. Meski sudah malam, jalan raya masih dipenuhi dengan kendaraan membuat kota itu terlihat semakin ramai. Valerie yang sejak tadi asyik menyesap kopinya tiba-tiba terdiam saat melihat sepasang wanita dan pria yang juga menjadi pelanggan di restoran itu. Ia termenung saat melihat siluet wanita itu yang memunggunginya itu. Terlebih lagi, ia cukup terkejut saat mendapati pria itu sekilas melirik kearahnya—membuat tatapan keduanya bertemu. Namun, pria itu segera membuang muka ke arah lain. Valerie menatap pria itu lagi, berusaha untuk memahami apa yang tengah terjadi. 'Kenapa pasangan itu nampak familiar?' batinnya. Lagi dan lagi, ia masih terus menatap ke meja pasangan itu sampai tak sadar jika sedari tadi Sam selalu memanggilnya. "Valerie Salnios!" dan kali ini, Sam memanggil nama lengkap gadis itu. Valerie tersentak dan cepat-cepat ia menatap kearah Sam. Lelaki itu menatap bingung dirinya, "kamu baik-baik aja?" tanya lelaki itu. Terlihat jelas dari mimic lelaki itu yang sedang mengkhawatirkannya. Valerie tersenyum cengengesan, "iya...gue baik-baik aja. Cuman ga sengaja nengok orang yang kelihatannya familiar, jadi gue pengen mengingat siapa mereka." Jawab gadis itu mengatakan seadanya. Sam mengangkat sebelah alisnya, "mereka? Siapa?" tanya Sam dengan wajah penasaran. Valerie menghela nafas sebelum akhirnya menunjuk orang yang di maksud dengan kode matanya. 'Orang yang gue maksud itu!' ekspresi wajah Valerie seolah berkata demikian. Ia berusaha menjelaskannya dengan bahasa isyarat supaya tidak terlalu mencolok. Kemudian Sam pun mengangguk paham. Dan dengan santai, lelaki itu mulai meluncurkan pertanyaan yang sedari tadi mengganjal di benaknya. "So, kita langsung bahas intinya aja. Jadi, kamu nerima perjodohan ini atau menolaknya?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
24.5K
bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.3K
bc

CINTA ARJUNA

read
13.2K
bc

Istri Tuan Mafia

read
17.3K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
3.8K
bc

Ayah Sahabatku

read
24.1K
bc

Dipaksa Menikahi Gadis Kecil

read
22.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook