Pesanan Mama ( 21++ )

1504 Words
Warning Trigger : Harap cukup umur bila hendak membaca bab ini. *Tahun ke 3 di Jakarta* Jam hampir menunjukkan pukul 6 sore , saat aku ke kampus untuk mengumpulkan tugas . Aku akan mengumpulkan tugas mata kuliah Hukum Kontrak. Hari ini adalah tenggat batas waktu terakhir pengumpulan tugas, bila aku ingin lulus mata kuliah ini. Terpaksa sebelum berangkat memenuhi kontrak kerjaku di Hotel Langham pada jam 8 malam nanti, aku meminta Kak Bondan singgah ke kampusku supaya aku bisa mengumpulkan tugas itu. Dosen mata kuliah Hukum Kontrak ini adalah dosen dengan pola pikir yang masih jadul. Dia mengharuskan mahasiswanya mengumpulkan tugas dengan lembaran kertas yang di print dan di jilid bagaikan tugas anak SMA. Padahal saat ini, dosen-dosen lainnya sudah menerima tugas via email dalam format PDF. Sang dosen ini memang dosen yang termasuk dalam list dosen menyebalkan dan tidak disukai oleh kami para mahasiswanya, tapi kami bisa apa? Selain patuh mengikuti semua perintahnya kalau tidak mau dapat nilai D dan tidak diluluskan. Keadaan kampus sudah sepi, semua dosen pasti sudah pulang begitu juga pekerja admin hanya ada satpam yang berjaga di lobby yang menyapaku dengan ramah “ Mau ngumpulin tugas ke Pak Amran?” “ Iya pak. Semoga Pak Amran nya masih ada ya? Dia bilang tenggatnya hari ini jam 7 malam.” Kataku tertawa. “ Ada di kantornya. Tadi juga ada satu mahasiswi yang datang untuk mengumpulkan tugas.” “ Oh, ternyata ada juga yang seperti saya , sampai detik-detik terakhir baru tugas dikumpulkan.” “ Pasti ada, karena kebanyakan mahasisma program kenotariatan ini sudah bekerja, jadi masing-masing pasti mempunyai kesibukan sendiri untuk pekerjaannya.” Kata Pak Satpam. “ Saya naik dulu, Pak.” Kataku pamit pada Pak Satpam yang ramah ini. “ Silahkan mbak, saya juga mau sholat magrib dulu di musholla.” Katanya dan berjalan meninggalkan meja tugasnya yang terletak di samping pintu lobby. Aku berjalan pelan menuju kantor Pak Amran yang terletak paling ujung dari lift. Memutuskan untuk mengetuk pintu sebelum masuk. Tapi telingaku mendengar suara desahan seorang wanita. “ Ah…. Ah….. Lebih kuat Pak.. Lebih kuat lagi.” Aku mengurungkan niatku untuk mengetuk. Aku tahu apa yang dilakukan mereka di balik pintu ini, sesuatu yang selalu aku lakukan hampir setiap hari karena merupakan tugas utama bagi orang yang berprofesi seperti diriku, mendesah dengan suara seperti yang aku dengar dari balik pintu. Siapa wanita yang mendesah itu, apakah dia dipaksa oleh Pak Amran atau dia yang melacurkan diri guna lulus mata kuliah dari dosen killer ini? “ Kamu mau nilai A kan? Kalau mau nilai A, buka kakimu lebih lebar.” Terdengar suara bariton Pak Amran. Aku tertawa kecil, ternyata sang wanita melakukannya demi nilai A dan tidak ada paksaan apapun dari Pak Amran. Jadi aku memutuskan untuk menunggu di kursi di dekat pintu lift, tidak mau menganggu aktivitas mereka. Itu bukan urusanku, bukan hakku juga untuk menghakimi. Aku tidak mau sang wanita merasa malu kalau keluar dari ruang kantor Pak Amran dan melihatku, begitu juga dengan Pak Amran, kalau dia tahu aku mendengar kegiatan mereka. Biarlah Pak Amran hanya tetap dinobatkan sebagai dosen killer tidak lagi bertambah gelarnya dengan dosen c***l. Lima belas menit kemudian, terdengar pintu suara kantor terbuka dan suara renyah seorang wanita terdengar “ Aku pamit dulu, Pak Amran. Ingat nilaiku A ya.” Secepatnya aku berdiri dari kursi dan pura-pura baru keluar dari lift saat wanita itu tiba di depan lift. Ternyata wanita ini adalah Christy, mahasiswa yang terkenal dengan kepintarannya karena semester lalu dia berhasil memperolah IPK sempurna yaitu 4, yang sangat jarang bisa didapatkan oleh seorang mahasiswa program kenotariatan. Ternyata nilai sempurna nya itu, tidak murni karena kepintaran otaknya, tapi juga kepintarannya membuka kaki bagi para dosennya. “ Hai Bianca, Ngumpulin tugas Pak Amran juga?” Tanyanya dengan suara di ramah-ramahkan. Padahal aku tahu, dia tak pernah ramah padaku, tapi aku tak peduli. Aku juga tak pernah ramah pada semua teman kuliahku. Aku datang kuliah selalu tepat jam 10 dan langsung pulang saat kuliah berakhir. “ Iya.” Kataku pelan dan berjalan menuju ruangan Pak Amran Tapi suara Christy menahan langkahku “ Kamu selalu kumpulin tugas paling telat pasti karena ada maunya ya? Pasti kamu mau menyogok Pak Amran ya, biar nilaimu bisa A.” Aku hanya menaikkan bahuku tidak mau menjawab semua perkataanya yang sebenarnya adalah ditujukan untuk dirinya sendiri. Dalam hati aku ngedumel “ Aku nggak pernah membuka kakiku demi nilai A. Tapi aku membuka kakiku untuk uang 50 juta” Sepertinya gerakanku mengangkat bahuku, membuatnya kesal. Christy sampai menghentakkan kakinya sebelum terdegar suara lift berdenting tanda dia sudah berlalu. “ Wah kamu ini benaran ya, setengah jam lagi dari tenggat waktu , baru mau mengumpulkan tugas! Apa kamu sesibuk itu ? Atau kamu tidak menganggap penting tugas dariku?” Kata Pak Amran dengan sinis, ketika aku menghadapnya. “ Maaf Pak, Ada pekerjaan yang penting hingga aku baru bisa mengumpulkna tugas. Aku seminggu kemarin ikut bossku meeting di Bali.” Kataku , tidak berbohong tapi juga tidak sepenuhnya jujur. Seminggu kemarin, aku memang dapat bookingan tiga hari di Bali dari Black Car. Masih ingat tentang pria tua yang pantas jadi kakekku itu. Client yang memakai jasaku tapi tidak pernah minta lebih selain ngobrol denganku dan karena sudah di Bali, tiga hari lainnya, aku mengajak Kak Di dan Kak Bondan santai di villa mewah yang pasti milik pribadi si Blackcar selama seminggu dan boleh aku tinggali. Kami bertiga baru tiba di Jakarta kemarin pagi. “ Kamu kerja sebagai apa?” Tanya Pak Amran. “ Private assistance , Pak.” Kataku berbohong, karena kalau aku bilang Private consultant, pasti dia akan bertanya lagi, consultasi apa. “ Itu hanya nama kerennya, sebenarnya kerjaanmu itu pembantu. Karena semua keperluan bossmu , kamu yang handle. Mungkin sampai ke urusan ranjang, juga harus kamu yang handle.” Katanya mulai memancing. “ Nggak Pak, Bossku tidak pernah memintaku untuk menghandle urusan ranjangnya. Aku membantunya dalam segala hal, kecuali urusan ranjang, karena bossku umurnya uda 65 tahun. Dia sudah kakek-kakek.” Kataku, kali ini dengan jujur. “ Oh..” Hanya itu jawabnya, tanpa kata maaf karena sudah mengatakan sesuatu yang tidak sopan terhadapku. Tapi aku tidak bisa marah,karena aku juga berbohong padanya tentang profesiku. Aku mengatakannya secara abu-abu, tapi sebagai seorang dosen, dia seharusnya tidak patut melecehkan suatu pekerjaan dengan kata-kata kasar seperti yang dilontarkannya. “ Saya permisi Pak.” “ Kamu nggak mungkin dapat nilai A ya untuk tugas yang dikumpulkan hampir mendekati tenggat waktu.” “Iya Pak, tidak apa. Nilai apa saja yang sekiranya pantas untuk tugasku ini. Aku akan menerimanya.” Kataku dan berlalu dari kantornya yang masih bau s****a. Huh…. Dasar dosen c***l. Gerutuku kesal, saat menaiki mobilku. Kak Bondan melihat kekesalanku dan bertanya “ Dosennya nggak terima tugasmu?” “ Terima Kok. Tapi Kak.. Ternyata….. “ Meluncurlah ceritaku tentang apa yang terjadi di kantor dosen . “ Yah begitulah manusia Bee.” Hanya itu kata-kata yang dikeluarkan Kak Bondan saat ceritaku berakhir. “ Iya.. bukan hak kita untuk menghakimi, karena aku juga bukan orang suci.” Kataku membuka kemeja polos warna hitamku dan mengantinya dengan kemeja warna merah menyala untuk membuat penampilanku lebih bergaya muda karena klientku kali ini, kata Kak Di adalah anak lelaki dari keluarga kaya yang berumur 21 tahun. Mamanya yang memesan jasaku, sebagai hadiah ulangtahun untuk anaknya sebagai tanda anaknya telah dewasa. Di kolom pesan di website The Hive , mamanya menulis : Buat anakku menjadi lelaki, karena tahun depan dia akan kami nikahkan. “ Kamu pasti memikirkan clientmu hari ini ya?” Tanya Kak Bondan “ Iya, jaman memang sudah gila. Ada aja orang tua yang memesan wanita penghibur untuk anaknya agar anaknya bisa jadi lelaki.Tapi biarlah, toh aku dibayar dengan harga mahal, jadi aku pasti akan mengajarinya menjadi lelaki sejati. Tapi Kak, aku punya firasat, pasti anaknya ini tipe anak orang kaya yang nerd yang tidak bisa bergaul dan tidak punya teman, jadi mamanya khawatir, sehingga di usia 21 tahun ini, mamanya segera memesan wanita untuk mengajari anaknya. Atau mungkin saja dia takut anaknya gay. Iya nggak ?” Kataku mereka-reka karena sungguh tak percaya ada orangtua yang mau membayar 50 juta untuk mengajari anaknya have seks dengan seorang wanita. “ Mungkin terlalu kaya, sampai tidak tahu uangnya harus buat apa. Atau mungkin juga ada kepentingan yang lebih besar yang ingin mamanya dapatkan sehingga dia bersedia mengelarkan uang sebesar itu agar anaknya bisa menjadi lelaki sejati. Tapi aku setuju dengan firasatmu , client mu hari ini pasti Nerd plus gay. Itu yang membuat mamanya nekat untuk melakukan hal ini.” Aku mengangguk setuju lalu dengan senyum manis aku berkata “ Apapun alasannya aku senang Kak, ini klient brondong ku yang pertama. Aku pasti akan membuatnya terlena dan siap kawin tahun depan. Hmm.. Tapi kalau dia itu benaran gay bagaimana ya, kak?” Tanyaku minta nasehat. “ Terpaksa ajak dia mainnya lewat belakang. Doggy style.” Kata Kak Bondan mengedipkan matanya Dan aku mengangguk-angguk setuju. Memandang ke luar jendela dan memandangi gedung-gedung tinggi dengan lampu berkelap kelip di sepanjang jalan menuju The Langham hotel, tempatku akan mengajari seorang pria untuk menjadi lelaki sejati seperti yang diharapkan orangtuanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD