Hubungan Kai & Raul

1513 Words
Sudah hampir sekitar dua jam Raul melihat Kairav betah duduk di sofa sembari memainkan game konsolnya. Sedangkan garlic bread buatan Raul untuk camilan Kairav belum lelaki itu sentuh sama sekali hingga dingin sekarang. Raul yang sedang membalas komentar-komentar penonton di channel Youtube-nya kemudian menutup macbooknya dan menghampiri Kairav. Ia langsung menarik stick konsol game itu dari tangan Kairav. “Raul?! Kembaliin!” Protes Kairav. Raul menggeleng dan menyembunyikan stick konsol game itu dibelakang punggungnya. “Udah dua jam lebih kamu main game. Kamu bahkan nggak makan camilan buatan aku.” Kairav menghela napas. “Ayolah, balikin. Kita main Fifa bareng.” “Nope.” “Astaga, Raul. Ini juga hari liburku. Yah, walaupun nanti sore ada pemotretan.” Eluh Kiarav dengan wajah memelas kearah Raul. “Cuma hari ini kita bisa ketemu, Kai. Besok aku bahkan berangkat lagi ke Korea untuk kunjungan store make-up ku disana.” Raul lalu menaruh stick konsol game Kairav ke sembarang tempat, dan merangkulkan lengannya di tengkuk Kairav. “Seenggaknya kita habisin waktu bareng dulu.” Tanpa banyak basa-basi, Raul menempelkan bibirnya ke bibir Kairav dan melumatnya. Bibir mereka mulai saling memanggut dan mencecap rasa satu sama lain. Kairav memejamkan matanya, tangannya menarik pinggang ramping Raul dan menarik Raul kedalam pangkuannya. Raul bukanlah lelaki dengan penampilan yang kekar. Dari awal bertemu Kairav, penampilan Raul memang seperti pria kebanyakan. Namun Raul sangat fashionable, bertubuh kurus, putih, berambut Panjang dan lurus. Raul adalah lelaki yang lemah gemulai serta humble. Kemampuannya dalam make-up membuatnya terkenal di kalangan artis. Itulah yang membuat Raul bisa mengenal Kairav dan menjadi sahabat Kairav untuk tiga tahun lamanya. Hingga pada tahun ini, akhirnya mereka berdua dapat berpacaran. Raul sama terkenalnya dengan Kairav, karena Raul adalah seorang beauty blogger yang tereknal di Youtube dan platform media sosial yang lainnya. Bahkan Raul sekarang makin sukses dengan produk make-up keluarannya sendiri. Raul tahu, Kairav paling mudah takhluk oleh rayuannya. Raul makin mendekatkan dirinya pada Kairav, membuat Kairav menyandarkan punggungnya di sofa. Kemudian Raul melepaskan panggutan bibir mereka berdua. Jemari lentiknya mengusap rahang tegas Kairav yang bersih dari bulu-bulu halus dan mengecupnya. Kairav tersenyum karena perlakuan Raul. Ia menarik keatas kaus Raul, membuat Raul bertelanjang d**a dihadapannya. Kecupan Raul semakin turun hingga Raul juga membuka kaus Kairav dan menatap tubuh atletis Kairav dengan memuja. “My sexy boy,” desah Raul menggoda sembari menggesekan kejantanannya yang mengeras karena terangsang dengan kejantanan Kairav. Kairav mengerang ketika Raul menggesekkan kejantanannya. Kemudian mengecupi tengkuk Kairav dengan sensual. Kairav kemudian meremas p****t Raul dan membuat Raul menatapnya kembali. Tanpa menunggu lama, Kairav kembali memanggut bibir Raul dan melumatnya lagi. “Kai!! Lo harus lihat—astaga dragon, Kai!” Bentakan itu berasal dari Deril, manager pribadi Kairav yang melihat dua lelaki saling b******u itu. “Kairav!” Mendengar bentakan Deril yang kesekian kali. Kairav dengan paksa melepaskan panggutan bibirnya dengan Raul dan mendesah malas. Raul dengan terpaksa turun dari pangkuan Kairav dengan wajah kesal. “Lo ganggu aja sih, Der!” “Argh, gue nggak bisa lihat yang begituan.” Jelas Deril tidak mengatakannya secara langsung kalau sebenarnya ia rishi melihat kemesraan dua orang lelaki itu. “Kalian berdua bisa nggak sih, enggak usah bermesraan juga di depan umum?” “Kita nggak pernah bermesraan di depan umum.” Bantah Kairav. “Itu kan menurut lo.” Lalu Deril melirik Raul. “Lo, Raul. Tolonglah, jangan rangkul-rangkul mesra artis gue di supermarket kalau kalian lagi berduaan.” “Emangnya kenapa? Kairav kan pacar gue.” Kata Raul tidak terima. Duh, susah berantem sama bencong. Batin Deril dalam hati. Walau sesudahnya ia meringis sembari menggaruk pelan pelipisnya. “Kai, masuk ke studio bentar. Ada yang harus kita bicarakan.” Kata Deril. Ketika Kairav sudah berdiri dan melangkah ke studio, Raul malah memeluk Nicholas dari belakang. Deril yang melihat itu lalu menghela napas. “Raul, lo denger nggak sih, gue cuma mau ngomong berdua sama Kairav.” “Iya,” Kairav lalu melepaskan pelukan Raul dengan lembut sambil kemudian mengacak puncak rambut Raul. “Sabar dulu, nanti kita lanjut lagi.” Kairav kemudian memasuki studio dengan Deril. Begitu pintu tertutup, omelan Deril langsung meledak. “Lo atur kek pacar lo itu!” Sentak Deril. “Kai, bentar lagi lo bakal mulai syutting film romance baru sama Farren Alyasa. Banyak fans lo diluar sana nge-ship kalian berdua. Terus sudah berembus kabar kalau lo gay.” Kairav duduk santai di sofa setelah mengambil minuman kaleng kopi dari kulkas kecilnya. “Udah, biarin aja kabar kaya gitu.” “Masalahnya foto lo sama Raul masuk lambe-lambe itu.” Kata Deril dengan dongkol, menyebutkan akun i********: gossip yang suka memposting foto-foto artis dan aibnya. Ibaratnya, akun gossip i********: di Indonesia seperti Dispatch di korea. “Foto lo rangkul-rangkulan sama Raul di supermarket, kalian juga kepergok nonton berdua di bioskop sampai foto Raul senderan kepala di bahu lo, bahkan ada foto lo seolah-olah mau cium Raul di mobil.” Kata Deril sambil mengacak rambutnya frustasi. “Gue udah capek klarifikasi kabar nggak bener kaya gini, Kai.” “Terus lo maunya gue gimana?” “Ya lo putus kek sama Raul.” Ucap Deril yang kemudian membuatnya mendapatkan tatapan tajam dari Kairav. Namun Deril tak perduli, ia lalu duduk di samping Kairav. “Kai, dulu lo nggak kaya gini. Semenjak kejadian Arsita selingkuh—” Suara kaleng kopi yang diremas membuat Deril menghentikan kata-katanya. Kairav melempar kaleng kopi yang sudah kosong itu ke tong sampah dengan kasar. “Jangan pernah bahas masa lalu gue kalau lo masih ingin kerja sama gue,  Ril.” Ucap Kairav ketika berdiri hendak keluar dari ruangan. “Gue cuma ingin lo kembali normal, Kai.” “Lo pikir gue sakit?!” Tanya Kairav tidak terima. “Menurut gue, kehidupan gue yang sekarang sudah normal dan gue bahagia dengan Raul.” Kairav meninggalkan Deril begitu saja. Membuat Deril hampir saja memukulkan kepalanya sendiri ke tembok. Kairav yang gila, namun sebagai managernya, Deril juga hampir gila dibuatnya! *** “Ahh… eumhh, ahh!” Desahan Giandra terus terdengar memenuhi kamar sebuah villa yang ada di Bandung. Udara dingin di daerah bukit di Bandung bahkan seperti tak terasa bagi Giandra dan Gio. Gio terus menghujam kejantanannya yang besar pada kewanitaan Giandra yang menjepitnya, terasa nikmat dengan urutan itu dan rasa basahnya kewanitaan Giandra yang becek. “Sshh, Ahh… Giandraahh!” Gio memejamkan matanya ketika pelepasannya terasa semakin dekat. Gio menggerakan kejantanannya keluar dan masuk ke kewanitaan Giandra yang nikmat. Kaki kiri Giandra berada di Pundak Gio, sedangkan kaki kanannya di pinggang Gio. Mereka berdua saling mendesah, bercinta di gazebo kayu yang ada di ujung kolam renang villa. Udara dingin luar dan suara kicauan burung dari perbukitan di sekitar mereka malah semakin membuat Giandra terangsang. Tangan kirinya menyentuh kewanitaannya sendiri, menyentuh klitorisnya dan memijatnya dengan cepat. “Ouhh, Gioo, ahh!” “Arghh, ahh!” Gio meremas keras p******a Giandra ketika pelepasannya datang. Kejantanannya serasa meledakkan cairan spermanya, menyemprotkannya ke kewanitaan Giandra dengan keras secara bertubi-tubi. Seluruh tubuh Giandra sampai bergetar ketika ia juga mendapatkan pelepasan Bersama dengan Gio. Kaki Giandra melemas, ia merangkul tengkuk Gio dan membiarkan Gio menciumnya dengan begitu lembut. Gio kemudian mengangkat tubuh Giandra, menggendongnya ala bridal dan mengajaknya masuk ke kamar. “Kita lanjut lagi, ya?” “Boleh.” Jawab Giandra. Gio kemudian berbaring di kasur. Giandra mengambil handuk dan mengusap kejantanan Gio yang terdapat sisa cairan pelepasan mereka berdua. Sambil berbaring diatas kasur dan membiarkan Giandra mengusap-usap kejantanannya, Gio mengusap paha mulu Giandra sambil menatapnya penuh kagum. Ingin rasanya Gio memiliki Giandra, ingin rasanya ia bercinta dengan Giandra setiap waktu setelah merasaka bercinta dengan Giandra. Namun kemudian bunyi ponsel yang berdering menyadarkan Gio, bahwa istrinya menelepon. Gio menyingkirkan tangan Giandra dari kejantanannya. Lalu mengambil ponselnya dan mengecup pipi Giandra sebelum turun dari kasur. “Sebentar, ya?” Giandra mengangguk sembari tersenyum manis. Giandra lalu menyandarkan tubuhnya di kepala kasur sembari menatap Gio yang duduk di sofa dan menjawab telepon istrinya. Namun tatapan Gio tidak lepas dari Giandra. Gio adalah pesepakbola terkenal di Indonesia. Istri Gio adalah seorang artis muda terkenal. Mereka sudah memiliki satu orang anak laki-laki berumur dua tahun, tapi sekarang istri Gio baru saja mengandung anak kembar. Gio menggunakan jasa Giandra tentu saja karena ia sedang tidak bisa meniduri istrinya. Dan kata Gio, istrinya sedang mudah marah ketika kehamilan awal. Hal itu membuat Gio sedikit stress dan memilih Giandra sebagai pelariannya. Setiap klien Giandra memiliki cerita masing-masing dan Giandra sering menjadi pendengar yang baik bagi mereka. Gio dan istrinya bahkan dikenal dengan pasangan muda yang sangat romantis. Gio dikenal setia oleh media, namun siapa sangka, Gio meniduri Giandra dengan hebatnya dan seperti lelaki yang haus s*x. Selagi Gio berbincang di telepon dengan istrinya, Giandra membuka ponselnya dan mendapati satu pesan dari Abian Hadinata. Abian Hadinata: tolong jangan terlamat untuk pertemuan kita, cantik. Abian Hadinata: datang tepat waktu pukul delapan malam. Giandra tersenyum geli mendapati pesan dari Abian. Lelaki itu seolah tak sabaran. Giandra lalu melirik Gio yang masih sibuk bertelepon. Kemudian Giandra mengarahkan kamera depan kearahnya, mengambil foto cantik dirinya dengan pose menggoda sambil mengigit jari dan membiarkan p******a indahnya terlihat di foto selfie-nya. Giandra: sent a picture Giandra: see you tomorrow, mister cute. “Kenapa senyum-senyum?” tanya Gio sambil merangkak naik keatas kasur dan melempar ponselnya ke sembarang tempat. “Ayo lanjut lagi. Kupingku pengang dengar istriku marah-marah lagi.” “Hm, marah-marah kenapa?” “Dia memang suka marah-marah nggak jelas.” Gio lalu mendorong pelan bahu Giandra, membuat Giandra sedikit berbaring. “Payudaramu indah, Giandra. Aku suka.” Giandra hanya tersenyum, membiarkan Gio membuka mulutnya dan meraup p******a Giandra kedalam mulutnya. Menghisap putingnya dan mengulum payudaranya dengan nikmat secara bergantian. Giandra meremas rambut tebal Gio. Ia mengulum bibirnya sembari memejamkan mata menikmati sedikit kenikmatan dari pekerjaannya ini. Sebelum akhirnya nanti Giandra pulang, dengan rasa sakit dan pegal di sekujur tubuhnya. Karena tubuhnya digempur habis-habisan oleh para kliennya yang haus oleh rasa s*x dan kepuasaan tiada tara. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD