Prolog
“Mulut terkutuk!” Julie memukuli mulutnya yang asal-asalan meminta hadiah pada papanya.
“Mau minta dicariin suami,” ujarnya tanpa dosa.
Permintaan Julie sukses membuat kedua orang tuanya menganga. Dua kakaknya yang sudah lumutan justru menolak menikah, sementara Julie, anak paling muda di keluarga tersebut justru ingin dicarikan suami.
“Request yang kaya. Pokoknya yang kaya, apapun jenis pekerjaannya Julie terima. Pemilik bengkel, pemilik restoran, dokter, dosen, CEO, tentara, polisi, atau apa pun, yang penting dia kaya. Yang tua juga boleh, asal dia kaya. Syarat utama Julie adalah kaya. Inget ya, Pa, Julie mau yang KAYA.”
Kedua orang tuanya masih melongo hingga Julie selesai dengan permintaannya. Tak ada yang pernah menyangka jika seorang Julie berniat menikah muda. Bahkan kedua orang tuanya sama sekali tak pernah mempertimbangkan akan menikahkan Julie atau mencarikannya jodoh. Mengingat bagaimana sulitnya Julie diatur, mereka tak yakin akan ada pria yang bersedia menerima Julie sebagai bebannya.
“Kamu mau nikah, Jul?” tanya Bu Margaretha.
“Why not?” ujarnya, memamerkan kemampuan bahasa Inggrisnya yang pas-pasan.
“Kenapa?” Kali ini Pak Pramudya yang bertanya.
“Ya, gak kenapa-napa sih, Pa. Pengen aja. Pengen hidup kayak Mama. Mama kan panutannya Julie, pengen hidup santai kayak di pantai, menikmati kekayaan suami. Udah, cita-cita Julie mah sesederhana itu.”
Itu permintaan konyolnya satu bulan yang lalu.
“Sialan, b**o banget sih. Kenapa pake ngomong gapapa yang tua? Harusnya minta yang kaya, muda, plus bujangan.” Julie menjambak sendiri rambutnya lalu menenggelamkan kepalanya di sofa.
“Jodoh itu sesuai yang kamu minta, Jul,” ujar Nughie. Menertawakan sang adik.
“DIEM AJA! URUSIN URUSAN SENDIRI!” Julie membentak, pertama kalinya ia berani membentak kakak sulungnya.
Bu Margaretha kini sedang terfokus pada layar ponselnya yang menunjukkan artikel tentang Harisman, seorang pengusaha sukses yang memiliki ribuan kamar kos dan puluhan gedung pertokoan. Di artikel tersebut pun disebutkan bahwa Harisman yang akan dijodohkan dengan Julie itu memiliki warisan dengan nilai trilyunan.
Bukan jumlah kekayaan pria itu yang membuat Bu Margaretha gemetar, melainkan tampang pria itu. Ia tak buruk rupa. Tidak sama sekali.
Tiga orang itu, Bu Margaretha, Julie, dan bahkan Nughie menyaksikan pria itu melalui layar ponsel Bu Margaretha. Sementara Sophie, kakak kedua Julie, tak begitu tertarik, ia sudah tau siapa Harisman yang akan menikah dengan Julie. Pria itu sering dibicarakan di rumah sakit tempatnya bekerja saat Harisman bolak-balik rumah sakit untuk menemani istrinya yang sakit parah.
Belahan rambutnya yang tersisir rapi, dahinya yang tampak mengilap karena pencahayaan saat foto tersebut diambil, lalu garis rahangnya yang terbentuk amat tegas. Atau kedua bola matanya yang berwarna hitam, dihiasi alis tebal di atasnya. Dan senyum menawan itu.
Singkatnya, tak buruk rupa. Yah, tidak. Kecuali satu hal. Kecuali beberapa helaian berwarna putih di kepalanya. Uban.
Pria beruban, yang kata Pak Pramudya adalah calon suami Julie.