3. Jangan bermain Api

1064 Words
Saat ini, Xavier sedang menuangkan wine ke dalam dua gelas berleher tinggi yang ada di atas meja, ia sudah mengenakan piyama tidur, sementara itu Fio baru keluar dari kamar mandi dengan mengenakan gaun malam yang indah. Xavier menatap Fio yang saat ini menunduk malu, Xavier berusaha membuang jauh-jauh pikirannya tentang Fio, ini semua permainan, dua orang dewasa melakukan permainan ranjang, Xavier harus menyadarkan dirinya. Walau vibesnya mereka seperti pengantin baru. Xavier duduk di sofa dan menikmati wine didepannya, lalu meraih anggur dan memakannya satu kali gigitan. Fio menatap jakun bosnya yang saat ini tengah menelan anggur tersebut, Fio tersenyum dan merasakan kehangatan yang luar biasa. Xavier menoleh dan melihat Fio. “Ada apa?” Fio menggeleng dan mengelus leher belakangnya. “Saya mau beristirahat.” Fio bangkit dari duduknya dan hendak melangkah. Namun, Xavier menarik lengan Fio dan mendudukkan Fio ke pangkuan Xavier. Fio memekik dan menatap wajah bosnya itu. “Kamu memang nakal, ya.” Xavier memeluk pinggang Fio. Fio tersenyum dan menunduk malu. Fio tak tahan lagi, ia segera mengecup bibir Xavier dan akhirnya mereka saling memagut, Fio mengalungkan kedua tangannya ke leher bosnya untuk memperdalam ciuman mereka. Xavier membaringkan Fio ke atas sofa dan memagutnya penuh dengan hasrat liar yang menggunung di dadanya. Xavier membuka satu persatu kancing bajunya di bantu oleh Fio. Anehnya, Fio benar-benar merasa lebih nyaman berada didekat Xavier dibandingkan Hoshi. Selama lima tahun menjalin kasih, Fio tidak pernah memberikan keperawanannya kepada Hoshi, namun kepada Xavier ia berikan dengan mudah tanpa menuntut balasan. Awalnya, semua itu hanya lah demi terbebas dari Hoshi. Hoshi sudah berselingkuh dengan kakaknya, dan Fio ingin membalasnya dengan cara yang sama. Namun, ia malah terbuai oleh ketampanan Xavier yang berada diatas rata-rata, sementara ketampanan Hoshi di bawah rata-rata. Tidak sebanding, bukan? Satu persatu pembatas telah terbuka dan mereka melakukannya lagi. “Wanita nakal sepertimu memang harus ku puaskan, bukan?” tanya Xavier di sela cumbuannya. “Cepatlah, Paman. Aku sudah tidak tahan lagi, ahh,” desah Fio melupakan hubungan yang terjalin antara dia dan Hoshi. Hubungan antara Fio dan Xavier tidak akan terjalin jika bukan karena perselingkuhan Hoshi dan Angel. Xavier memasukkan juniornya ke dalam milik Fio, membuat Fio memekik karena kenikmatan yang sudah masuk ke otaknya, Fio tak ingin mundur dari apa yang telah ia mulai, ia akan selalu dekat dengan Xavier untuk membalas perbuatan Hoshi kepadanya. “Ahh, ouhhh, ahhh, tolong. Aku … ahh,” desah Fio. “Kamu menyukainya, bukan?” Xavier terus menggerakkan pinggulnya secara intens. “Ahhh, f**k,” umpat Xavier. Mereka bercinta di depan dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan pusat kota di Jerman. Fio mulai terbiasa dengan semua ini, ia bukan wanita nakal, namun pada Xavier ia menjadi nakal, namun semua itu ia lakukan untuk membuat Hoshi tahu bahwa hubungan gelap dengan seseorang tidak ada bagusnya. *** Ke esokan paginya, Xavier duduk di sofa, tak jauh dari ranjang, ia menikmati rokok pagi ini, tanpa rokok ia tidak bisa berpikir dengan tenang, Xavier menatap wajah asisten pribadinya yang selalu menggodanya, apa yang Fio lakukan membuat Xavier mulai kecanduan. Xavier melihat ponsel Fio yang sejak tadi sudah bergetar, ia melihat nama Hoshi di layar ponsel Fio, dan tiba-tiba saja amarah seperti akan menguasainya. Karena getar ponsel, membuat Fio bergerak gelisah dan membuka pejaman matanya, ia menoleh dan melihat wajah Xavier yang tampan, yang tidak bisa dibandingkan dengan Hoshi. Wajah dan ketampanan Hoshi kalah jauh. “Pagi, Tuan,” ucap Fio lalu menunduk sesaat. “Asisten Fio, apa yang sebenarnya kamu lakukan? Kenapa kamu melakukan ini? Bagaimana jika Hoshi tahu apa yang kita lakukan?” tanya Xavier menatap Fio, ia membutuhkan jawaban itu secepatnya. “Kita sudah melakukan hubungan ini berkali-kali, bukan? Kenapa Tuan baru mempertanyakannya sekarang?” tanya Fio. “Jawab aku!” tekan Xavier. Fio lalu melangkahkan kakinya menuju sofa, dan duduk didekat Xavier. Fio menaikkan lengannya ke bahu bosnya dan berkata, “Karena saya sudah lama mengagumi Paman.” Xavier menghempaskan lengan Fio dan berkata, “Sudah aku katakan. Jangan panggil aku dengan sebutan Paman!” “Oke. Aku sudah lama mengagumimu.” “Jika kamu melakukan ini karena mau menjadikanku alat balas dendammu pada Hoshi, jangan pernah melakukannya. Jangan pernah bermain dengan api. Kamu akan kehilangan segalanya termaksud kepercayaan dirimu jika kamu terus bermain denganku.” “Kenapa? Apa Tuan takut jatuh hati pada saya? Atau, jangan-jangan Tuan sudah jatuh hati? Tuan menyukai saya? Tuan cemburu?” tanya Fio. “DIAM!” bentak Xavier. Xavier yang dingin juga pemarah, sudah biasa di hadapi oleh Fio. Ia ikut Xavier dan menjadi asisten pribadinya bukan baru ini, tapi sudah hampir empat tahun. “Kamu jangan melakukan ini.” “Tuan menyukainya juga, ‘kan?” “Bersiaplah. Kita ada pertemuan dengan klien di bar.” Xavier mematikan rokoknya. Lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. “Tuan mau mandi bersama?” tanya Fio kembali menggoda Xavier. Xavier berbalik dan melangkah menghampiri Fio yang masih duduk, lalu ia menggendong Fio dan mereka masuk ke kamar mandi. Membuat Fio tersenyum dan memekik, walaupun dingin dan kasar, tapi Xavier berhasil meluluhkan hatinya. “Jangan lupa pakai pengaman,” kata Fio. *** Fio dan Xavier duduk berdampingan di sebuah ruangan yang di penuhi dengan lampu kelap-kelip. Fio menyentuh paha Xavier dan mengelusnya, lalu hendak menyentuh junior Xavier, namun Xavier menghentikan tangannya dan menghempaskannya, membuat Fio tertawa kecil karena senang sekali ia menggoda bosnya. Tak lama kemudian, klien mereka masuk. Xavier dan Fio bangkit dari duduknya. Xavier terkejut ketika melihat seorang wanita yang kini tersenyum kepadanya. Wanita itu adalah masa lalu Xavier. Mantan kekasih sekaligus yang pernah Xavier hampir nikahi. Dan, wanita itu yang menjadi alasan kenapa Xavier tidak pernah dekat dengan siapa pun. Fio menoleh menatap bosnya, ekspresinya berubah dan tatapannya terus mengarah kepada gadis yang ada di samping klien mereka. “Silahkan duduk, Tuan Rex.” Rex dan wanita yang bernama Laura duduk berdampingan. “Tuan, ayo duduk,” kata Fio. “Saya dengan Tuan Xavier dan Laura pernah menjadi teman, ya?” tanya Rex. “Batalkan pertemuan ini!” titah Xavier. “Tuan, apa yang Tuan lakukan? Tuan jangan seperti ini, kita butuh bahan mentah dari mereka,” bisik Fio membuat Xavier berusaha tenang dan menarik napas dalam-dalam. Dalam perjalanan hidup Xavier, selalu ada kisah menarik yang mengiringi. Manis dan pahitnya pengalaman, akan memberikan banyak kenangan berharga di hatinya. Meski tak semua berjalan mulus, namun setiap cerita yang hadir akan memberikan kesan yang membekas. Dan, sampai saat ini Laura masih membekas dihatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD