Luna dan Atlas hampir sampai di rumah Luna. Luna sebenarnya malas untuk sekedar pulang ke rumah, tapi Luna harus pulang untuk mengambil barang-barangnya. Banyak sekali barang-barang yang Luna butuhkan dan itu semua ada di rumahnya. Maka dari itu, Luna melaksakan diri untuk pulang ke rumahnya.
Sementara itu Rigel dan yang lainnya juga sudah sampai di rumah Luna. Tadi, Rigel menyuruh Orion yang menyetir untuk ngebut nyetirnya. Orion pun terpaksa melakukannya keinginan dari Rigel karena jika tidak dituruti, emosi Rigel akan semakin menjadi-jadi. Tapi Orion juga tetap menerapkan safety first. Walaupun mengebut, Orion tetap saja hati-hati.
Rigel langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Membuat Bi Nah terkejut. Rigel terlihat sangat terburu-buru membuat Bi Nah sangat terkejut sekali.
"Eh Mas Rigel ada apa mas? Kok mas Rigel terburu-buru gitu?" tanya Bi Nah.
"Bi, Luna mana? Luna mana Bi?" tanya Rigel to the point.
"Loh neng Luna ya belum pulang mas. Kok mas Rigel nanyain neng Luna" jawab Bi Nah.
"Yaudah Bi makasih" ujar Rigel. Tentunya mendapatkan jawaban dari Bi Nah membuat Rigel semakin khawatir, Rigel dan yang lainnya pun akan meninggalkan rumah Luna dan mencari Luna.
Sewaktu Rigel dan yang lainnya sudah akan keluar dari rumah sampai sebuah suara yang memanggil Bi Nah terdengar.
"Bi Nah, Luna pul-ang" ujar Luna ketika melihat ada Rigel, Orion, dan Genta di rumahnya. Sementara saat ini Luna sedang bersama dengan Atlas. Atlas melihat Rigel, Orion, dan Genta yang juga sedang melihat Luna dan dirinya.
"Rigel. Kamu ngapain kesini Gel??" ujar Luna lirih.
"b*****t" teriak Rigel sembari menatap Atlas yang berada di belakang Luna. Bahkan Rigel sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Luna. Ia mengabaikan Luna begitu saja, padahal sedari tadi ia sangat khawatir dengan Luna.
Rigel pun langsung melangkah menuju ke tempat Atlas berada dan melayangkan satu pukulan yang membuat Atlas mundur namun tak terjatuh.
Pukulan dari Rigel tersebut tentunya membuat Atlas, Luna, Orion, dan Genta terkejut karena Rigel memukul Atlas dengan tiba-tiba.
"Rigel stop it" teriak Luna sembari memegang tangan Rigel agar tidak lagi memukul Atlas.
"Kenapa? Kamu belain dia Na? Apa bener dia selingkuhan kamu? Iya? Kamu tadi juga nanya kan kenapa aku kesini? Kamu pake nanya Na? Padahal aku kesini ya ke rumah pacar aku. Kenapa? Kamu takut ketahuan kalo kamu selingkuh sama dia? " teriak Rigel lebih kearah membentak Luna.
"Ga gitu caranya bro. Luna cewek jangan bentak dia" ujar Atlas yang saat ini sudah berdiri tegak kembali. Atlas sangat tidak menyukai cara Rigel berbicara kepada Luna dengan nada membentak.
"Gausah banyak bacot lo cuman selingkuhannya Luna kan. Berani banget lo. Lo tau ga siapa cewek ini? Cewek ini pacar gua. Dan buat selingkihannya dia berarti dia nganter nyawa sama gua" ujar Rigel sembari menatap nyalang Atlas.
"Rigel kamu salah paham. Kamu tenang dulu dong" ujar Luna. Luna sangat takut sekali dengan Rigel yang sekarang. Luna sangat yakin bahwa sekarang Rigel sedang dalam emosi yang tidak stabil dan mentall illness nya kambuh.
"Gimana aku bisa tenang kalo kamu selingkuh di belakang aku. Kamu main sama cowok-cowok lain. Bagian mananya aku harus tenang Luna? Tolong bilang sama aku supaya aku paham" ujar Rigel. Rigel masih saja marah. Luna pun berfikir untuk menyuruh Atlas pulang terlebih dahulu, karena jika Atlas masih disini akan semakin sulit untuk mengambil hati Rigel kembali.
"Ini ga kayak yang kamu maksud. Atlas, next time ya. Maaf bukannya ngusir, bisa ga lo balik dulu" ujar Luna.
"Gausah bilang maaf Na, kamu ga salah. Dia yang salah mau ngerebut kamu dari aku" ujar Rigel.
"Oke Na. Lo baik-baik aja kan? " jawab Atlas yang langsung bertanya kepada Luna tentang keadaan Luna.
"Lo ga usah nanya-nnaya keadaan cewek gua. Gua tau kalo Luna baik-baik aja. Jadi mending sekarang lo pergi dari sini" ujar Rigel dengan keras.
"Iya Tlas, gua ga papa kok. Lo balik sekarang aja ya" ujar Luna.
Atlas pun langsung meninggalkan rumah Luna karena Atlas tidak ingin terjadi ketibutan lagi dan nanti akan berimbas ke Luna.
"Kamu kenapa sih Na tega nyelingkuhin aku kayak gini? Salah aku apa Na? Apa kurangnya aku Na? Atau ini semua karena aku sakit? Iya Na? " tanya Rigel.
"Aku ga selingkuh Gel, ga ada alasan yang pas buat aku nyelingkuhin kamu Gel. Karena aku emang ga selingkuh. Aku sayang sama kamu Gel" jawab Luna.
"Ga selingkuh tapi kamu foto sama banyak cowok, kamu bahkan tadi pulang bareng cowok b******k itu. Kamu mau ngapain ngakak dia ke rumah Na" ujar Rigel.
"Rigek. Jangan pernah bilang kalo Atlas cowok b******k. Atlas itu baik banget sama aku" ujar Luna kepada Rigel.
"Oh jadi kamu belain cowok itu Na iya??? Apa sih hebatnya cowok itu dibanding sama aku Na? Aku pacar kamu Na. Bukan dia. Atau emang dia juga pacar kamu iya?!" ujar Rigel tak terima.
Rigel sangat marah karena Luna membela Atlas. Rigel mulai khawatir jika Luna benar-benar akan meninggalkan nya hanya karena Atlas.
Ga. Itu ga boleh terjadi. Luna ga boleh ninggalin gua. Luna harus tetep sama gua. Batin Rigel.
Karena melihat Luna dan Rigel yang sudah parah berantemnya, membuat Orion segera menengahi nya. Orion sebagai orang yang paling tua pun menengahi itu
"Gel udah, kamu minum obat dulu ya. Terus istirahat. Biar nanti aja abis istirahat kamu sama Luna ngomongin lagi hal ini. Tenangin diri kamu dulu. Kamu ga pengen kan kehilangan Luna?" ujar Orion.
"Engga, Rigel ga mau kehilangan Luna. Rigel ga mau kehilangan Luna" ujar Rige dengan ekspresi ketakutannya.
"Kalo gitu minum obat dulu ya" ujar Orion sembari memberikan obat. Obat tersebut pun langsung di minum oleh Rigel.
Karena mereka masih berada di rumah Luna, Orion pun meminta ijin kepada Luna untuk meminjam kamar Luna.
"Na, pinjem kamar boleh? Buat tidur Rigel" ujar Orion yang diangguki oleh Luna.
Sementara itu Luna dan Genta saat ini sedang duduk di ruang tamu. Mereka hanya diam saja.
Tak beberapa lama kemudian, Orion datang dari atas.
"Rigel udah tidur bang?" tanya Genta.
"Udah" jawab Orion yang langsung menghela nafas kasar.
Orion pun ikut duduk di ruang tamu itu.
"Itu tadi siapa Na?" tanya Orion membuka pembicaraan.
"Maksudnya bang?" tanya Luna.
"Itu tadi, yang sama kamu itu siapanya kamu?" tanya Orion.
"Oh, dia cuman temen" jawab Luna.
"Kenapa bisa sama dia?" tanya Orion lagi.
"Bianca mana?" jawab Luna yang melenceng dari pertanyaan Luna. Luna sangat penasaran kenapa Rigel tiba-tiba mencarinya, karena setau Luna, tadi Bianca akan main bersama dengan Rigel.
"Pergi ke rumah saudaranya. Kok pertanyaan abang ga di jawab sih Na, malah kamu nanya Bianca" ujar Orion.
"Oh, pantes aja" jawab Luna.
"Pantes apa Na?" tanya Orion.
"Pantes Rigel jadi nyariin gua. Hahahah. " jawab Luna dengan tertawa sarkastik.
"Maksudnya apa Na?" tanya Orion.
"Maksudnya apa? Bukannya setelah Bianca balik, gua ini cuman bayang-bayangnya Bianca aja ya bang. Rigel itu, yang selalu di pikirannya dia itu selalu Bianca Bianca Bianca mulu yang jadi nomor satu. Apa-apa Bianca, apa-apa Bianca. Terus aku ini siapa bang? Yang pacarnya itu aku bukan Bianca" ujar Luna mengeluarkan uneg-unegnya.
"Na, lo kan tau keadaannya Rigel" ujar Orion.
"Bang gua tau banget keadaan Rigel. Tapi coba aja lo jadi gua, gimana perasaan lo. Gua disuruh pindah sama cowok gua sendiri karena temen masa kecilnya mau duduk sama dia. Holly s**t bang. Hati gua bukan terbuat dari batu bang. Hati gua juga bisa sakit. Rasanya sakit banget bang" ujar Luna.
"Na, lo tau kan dia cemas banget kalo masalah sama lo, jadi tolong kelarin masalah lo sama Rigel dengan kepala tenang ya" ujar Orion.
"Dia cemas sama gua cuman kalo dia udah ditinggal sama Bianca. Kecemasan nomor 1 yang bisa bikin mentall Illness nya kambuh itu Bianca bang. Jadi mungkin lo salah orang. Lo harusnya ngomong gini ke Bianca. Bukan ke gus" ujar Luna.
"Na, please kalo gitu sampe Rigel tau kalo dia emang salah. Please tetep sama Rigel. Jangan pernah ninggalin dia" ujar Orion.
"Bang, gua bakalan terus sama Rigel sampai dia nyuruh gua buat pergi. Tapi bang, selama Rigel main sama Bianca. Gua juga boleh kan main sama cowok lain? Gua cuman main bang, ga lebih. Gua cuman mau nyari seneng aja. Lagian siapa yang bakal njamin kalo Rigel bakalan tau kalo dia salah bang? Ga ada kan bang?" ujar Luna.
"Tapi Na, apa gua boleh minta? Kalo lo main sama cowok lain. Tolong jangan sampe Rigel tau" ujar Orion.
"Kenapa? Rigel mesra-mesraan, Rigel perhatian sama Bianca aja semua orang tau. Bahkan mereka ngira gua putus sama Rigel. Kenapa gua sama cowok lain ga boleh bang? Ga adil dong bang buat gua? Lo tau? Beberapa anak udah banyak yang gosipin gua putus sama Rigel, gua kegenitan sama Rigel, gua ngerusak hubungan Rigel sama Bianca. Padahal dia yang ngerusak hubungan gua. Lo ga tahu kan bang? " tanya Luna.
"Lo tau kan Na, Rigel itu beda. Dia sakit. Please" ujar Orion.
"Okay ya Rigel beda Rigel sakit. Tapi gua juga sakit bang. Sakit banget bamg" jawab Luna yang langsung meninggalkan Orion dan Genta menuju ke kamar tamu. Karena kamarnya dipakai oleh Rigel.
Di kamar Luna memikirkan semua luka yang ia dapat dari Rigel, Papa, Mama, Bianca, Orion. Semuanya, sampai Luna hampir tak kuat untuk bertahan lagi.
"Ta, kenapa dari tadi lo diem aja sih? Kenapa lo ga ngomong atau bantuin gua buat bujuk Luna?" tanya Orion kepada Genta.
"Bang, gua ga mau ngekang Luna bang. Lagian Luna cewek bang, dia punya hati. Rigel sama Bianca emang udah keterlaluan" ujar Genta.
"Jadi lo Oke oke aja temen lo di selingkuhin? Gitu Ta? " tanya Orion.
"Bukannya tadi lo sendiri ya bang yang bilang kalo jangan nyimpulin sendiri Luna selingkuh atau nggaknya. Gua juga udah kenal lama sama Luna bang, gua ga bakalan percaya kalo dia selingkuh sama orang lain. Gua tau hatinya buat siapa" ujar Genta.
"Iya, tapi.. " ujar Orion terhenti ketika di sela oleh Genta.
"Tapi apa bang? Lo nuduh Luna selingkuh? Gua pikir dia masih se cinta itu sama Rigel dan ga akan selingkuh bang. Tapi kalau pun emang Luna nyari yang lain yang lebih bisa ngebuat dia bahagia. Gua dukung Luna bang. Dia udah terlalu lama memupuk luka bang" ujar Genta.
"Luna juga butuh bahagia bang" tambah Genta yang berhasil membungkam Orion.
Di kamar tamu, Luna memutuskan untuk tidur. Karena kepalanya mendadak sangat pusing.
*
Setelah tidur yang lama, Rigel pun terbangun pukul 9 malam. Saat terbangun, Rigel langsung mencari Luna. Luna nya.
Rigel panik ketika tidak menemukan Luna di dekatnya.
Kemana Luna? Apa Luna benar-bensr pergi? Batin Rigel.
"Luna kamu dimana Na?" teriak Rigel khawatir tidak kunjung menemukan Luna.
Kemudian Genta datang karena Orion sedang membeli sesuatu di luar.
"Kenapa sih lo brisik banget" ujar Genta.
"Luna ga ada ta" ujar Rigel.
"Luna ada di kamar tamu, lagi tidur" jawab Genta yang membuat Rigel langsung menuju ke kamar tamu.
Sesampainya di kamar tamu, Rigel melihat Luna yang menutupi seluruh badannya dengan selimut. Rigel pun mendekati Luna dan membuka selimut itu.
Betapa terkejutnya Rigel ketika wajah Luna sudah pucat dan badannya gemetaran penuh dengan keringat. Saat di cek pun badannya sangat panas. Tentu saja hal itu semakin membuat Rigel khawatir terhadap Luna.
"Na, kamu kenapa Na. Luna bangun" ujar Rigel yang sudah menangis saat ini.
"Genta... Bibi... Abang.... " panggil Rigel dengan suara yang sangat keras membuat Genta dan Bi Nah yang ada di rumah langsung berlari ke arah Rigel. Bahkan Rigel memanggil mereka berulang-ulang.
"Kenapa mas?" jawab Bi Nah.
"Iya kenapa lagi sih lo?" tanya Genta.
"Gel, lo kok nangis? Kenapa?" tanya Genta lagi ketika melihat Rigel sedang menangis.
"Luna sakit Gen, badannya panas sama mengigil. Gua bangunin dia ga bangun-bangun. Gua takut Gen. Gua ga mau di tinggalin Luna" ujar Rigel dengan menangis.
"Lo tenang dulu ya" jawab Genta.
"Bi tolong buatin bubur terus bawain obat sama air sekalian ya nanti" ujar Genta kepada Bi Nah.
"Iya mas" jawab Bi Nah.
Sementara itu Genta meninggalkan Rigel untuk mengambil air es untuk mengompres Luna.
Setelah sampai di kamar tamu, sudah ada Orion yang bertanya-tanya.
"Gen, Rigel kenapa? Kenapa dia nangis? Terus Luna juga kenapa?" tanya Orion.
"Luna sakit bang, Rigel khawatir banget, dari tadi dia cuman kayak gitu nangis di deketnya Luna" ujar Genta.
"Gel, sebentar gua mau kompres dahi Luna dulu" ujar Genta.
Rigel pun langsung beralih tempat, namun masih saja menangis.
"Luna jangan tinggalin aku ya. Aku janji ga marah lagi sama kamu Na" ujar Rigel.
"Kamu jangan pergi ya Na. Aku sayang banget sama kamu Na" jawab Rigel.
Rigel masih saja terus-terusan menangisi Luna yang masih tertidur dengan demam yang tinggi.