Andi menjadi gugup, Ia tidak mengerti bagaimana caranya menyingkirkan makhluk yang kini sudah ada lagi di depannya. Makhluk itu tidak menginjakkan kakinya di tanah, Ia melayang di udara dengan rambutnya yang panjang dan mata merah.
Makhluk Halus dengan wajah yang menyeramkan itu semakin mendekati Andi dengan tubuhnya yang melayang di udara. Andi memejamkan kedua matanya, saat makhluk itu berada sangat dekat dengan dirinya. Andi dapat merasakan hembusan nafas makhluk itu yang bau busuk menerpa keningnya, hingga terasa dingin, seperti es.
Andi mengarahkan kayu yang dipegang nya dengan kuat ke arah makhluk itu, yang dengan cepat ditangkis nya, hingga kayu itu terjatuh ke lantai yang keras dengan bunyi nyaring.
Makhluk itu kemudian dengan mudahnya mengangkat tubuh Andi hingga tidak menginjak lantai parkiran yang diberi bata press. Andi memejamkan kedua matanya, Ia sudah pasrah saja.
Makhluk itu menghempaskan dengan keras tubuh Andi ke lantai parkiran, dengan posisi wajah membentur lantai. Andi meringis kesakitan, bibir nya berdarah, terkena lantai yang keras.
Andi belum sempat lagi, membalikkan badannya, akan tetapi makhluk itu sudah berada dekat dengannya lagi. Andi yang belum sempat berdiri, masih dengan posisi tertelungkup, memaksakan badannya untuk berbalik dan berdiri kembali.
Ia berjalan menjauhi makhluk itu dengan berjalan mundur, sambil tertatih. Ditahannya rasa nyeri yang teramat sangat di pundak dan lututnya, juga di wajahnya.
Andi mendengar suara tawa seram makhluk itu, menertawakan dirinya dan Ia juga dapat melihat gigi taringnya yang tampak panjang dan tajam. Andi mencoba untuk berpikir dengan cepat. Apalagi yang harus dilakukannya, agar makhluk itu pergi menjauh dan menghilang dari pandangannya.
Makhluk itu semakin mendekati Andi, hingga jarak mereka satu hembusan napas saja dan Ia pun hanya bisa pasrah, dengan apa yang akan dilakukan oleh makhluk halus itu kepadanya.
Andi memejamkan kedua matanya, saat Ia melihat makhluk halus itu mengarahkan kedua tangannya yang rusak dan kotor dengan kuku-kukunya yang panjang dan hitam ke arah wajah Andi.
Andi membuka kedua matanya, saat ia tidak juga merasakan apapun, padahal ia sudah mengira makhluk itu akan mencakar wajahnya.
Andi menjadi bingung sendiri, kenapa makhluk itu sudah tidak ada lagi berdiri di hadapannya.
Arif, teman Andi yang baru saja datang dari warung mencari makan, untuknya dan juga Andi, merasa terkejut ketika ia melihat ada makhluk dengan wajah yang menyeramkan berusaha untuk menyakiti temannya yang berdiri tidak berdaya
Ia lalu mengarahkan lampu sorot motornya yang terang benderang ke arah makhluk halus itu dan syukur nya, makhluk halus itu langsung saja menghilang, begitu terkena lampu sorot motor milik nya. Sebelum menghilang, makhluk itu sempat memperlihatkan seringai menakutkan dengan gigi taring nya yang runcing dan berwarna kekuningan.
Arif kemudian mendekati Andi dan bertanya kepadanya, "Makhluk apa tadi? dan kenapa makhluk itu terlihat sangat marah kepadamu?"
"Aku tidak tahu dan tidak mengerti mengapa makhluk halus alias hantu itu sangat marah kepadaku. Wajah hantu itu sangat menyeramkan dengan banyak nya luka-luka yang menghiasi wajahnya, membuatku enggan untuk melihatnya." terang Andi.
"Maaf, aku tadi meninggalkanmu untuk mencari makan, aku akan mengantarkan mu pulang ke tempat kost. Kita akan menitipkan motormu kepada pak satpam kampus yang berjaga." Kata Arif.
Andi menolak untuk diantarkan pulang oleh Arif, Namun, Arif bersikeras hendak mengantarkan Andi pulang. Ia beralasan, kalau kondisi tubuh Andi masih lemah dan untuk mengendarai motornya sendiri. Andi pun akhirnya menerima, Ia pun mengikuti Arif di belakang dengan motormya menuju ke post satpam.
Mereka lalu menitipkan motor Andi di sana dan kemudian keduanya berboncengan naik motor Arif, menuju kosan Andi.
Arif melajukan motor miliknya dengan kecepatan sedang melewati jalanan yang sudah mulai sepi, dengan sedikitnya motor yang berlalu lalang di sekitar situ. Maklum, hari sudah mulai gelap dan lampu-lampu jalanan sudah menggantikan tugas matahari menerangi bumi.
Ketika motor yang di kendarai oleh Arif, melalui sebuah rumah kosong, yang hampir roboh dengan atapnya yang bolong-bolong dan dinding temboknya yang sebagian sudah runtuh. Keduanya mendengar suara tawa melengking yang disusul dengan suara tangisan yang membuat bulu kuduk merinding.
Arif, memacu motornya dengan kecepatan yang sangat kencang. Udara di sekeliling mereka menjadi sangat dingin. Andi pun berteriak, agar suaranya dapat didengar oleh Arif, karena terbawa angin, "Aku bukan lah penakut, tetapi sepertinya mulai hari ini aku menjadi seorang penakut. Kita diikuti oleh makhluk yang menyeramkan itu."
Arif pun ikut berteriak, membalas ucapan Andi, "Iya, Aku dapat merasakannya, kalau kita diikuti. Sebentar lagi kita akan sampai ketempat kosmu dan aku harus mengakui juga, kalau aku menjadi seorang penakut. Aku tidak berani untuk pulang sendiri, setelah mengantarkanmu pulang."
"Ternyata, kita sekarang menjadi dua orang penakut. Sungguh menyedihkan sekali, kita ini." Sahut Andi.
Keduanya pun berseru senang, ketika tempat kos Andi sudah berada tepat di depan mata mereka. Begitu sampai halaman kos Andi, Arif langsung mematikan mesin motor nya dan menuntun nya masuk ke dalam kos Andi.
Andi membersihkan dirinya yang ada di dalam kos tersebut. Andi meminta tolong kepada Arif untuk membuatkan minuman untuk mereka berdua. Arif merebus air dan menaruh nasi bungkus yang dibelinya tadi di warung dekat kampus, saat Andi masih tertidur di ruang kesehatan.
Tak berapa lama kemudian, Andi ke luar dari kamar mandi dan Ia mempersilahkan kepada Arif untuk membersihkan badan nya. Arif pun masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badan nya, sambil membawa pakaian bersih milik Andi yang dipinjamkan kepadanya.
Selesai membersihkan badan, Arif bergabung dengan Andi duduk di depan meja makan, di mana sudah tersaji hidangan makan malam untuk keduanya. Mereka menyantapnya dengan nikmat.
Tengah Andi dan Arif menikmati makan mereka, genteng rumah Andi terkena lemparan, entah batu atau apa pun, namun suara nya terdengar sangat kencang. Kemudian di susul suara lolongan yang menyerupai suara tangisan.
Andi dan Arif saling bertatapan, keduanya saling menganggukkan kepala dan memahami, kalau makhluk halus itu terus saja mengikuti kedua nya.
"Makhluk itu, sepertinya menyukaimu," ucap Arif bercanda untuk mengurai ketegangan yang melanda mereka.
Andi yang mengerti, kalau Arif hanya bercanda saja, tersenyum, dan berkata, "Ia, benar sekali makhluk itu sangat menyukaiku, sampai-sampai, makhluk halus itu berniat untuk menyakitiku."
Seolah merasa kalau ia disebut-sebut, makhluk halus itu menjatuhkan batu ke atas geneng, dengan kencang nya, hingga membuat keduanya menjadi melompat kaget dan berteriak nyaring.
Setelah tersadar dari rasa terkejutnya, Arif dengan suara nyaring, berteriak kesal, "Pergilah kamu wahai makhluk buruk rupa, pulang lah ke alam mu dan jangan kembali lagi ke sini."
Sebagai jawaban dari makhluk itu, atas pertanyaan Andi, makhluk itu menjatuhkan batu di atas genteng, hingga bolong dan terlihatlah wajah menyeramkan muncul di balik atap genteng yang bocor.
Wajah dengan bentuk yang sudah tidak sempurna lagi, karena ada beberapa bagian yang sudah rusak.
Andi dan Arif menjadi ketakutan. Keduanya pun membacakan Ayat Kursi untuk mengusir pergi makhluk halus itu. Namun, bukan nya pergi, makhluk halus itu malah meluncur dari lubang di genteng akibat lemparan batu.
Arif menjadi sangat takut, Ia lalu meraih gelas berisi air putih untuk di siramkan ke wajah hantu tersebut. Bukannya pergi, hantu itu justru berada semakin dekat dan memperlihatkan seringainya dengan taring yang sangat menyeramkan