9. Antusias

1234 Words
Fio bergegas menuju ruang meeting setelah membalas beberapa email yang masuk ke akunnya mengenai beberapa hal yang penting. Pasha dan Ken serta karyawan lainnya telah mulai berdiskusi saat Fio memasuki ruangan berukuran cukup besar yang kini telah dipenuhi para kepala bagian, tak termasuk direksi yang menurut Fio ‘Rese’ tersebut. Fio duduk diantara Ken dan Pasha, dan mulai membuka ipad miliknya untuk mencatat beberapa hal penting. Rapat kali ini juga dipimpin oleh Pasha. “Bagaimana dengan artis yang akan menjadi brand ambassador kita?” tanya Pasha. Seorang wanita yang menangani kontrak dan sebagainya pun memajukan tubuhnya untuk menyalakan microphone di meja agar terdengar ke seluruh ruangan, “kami sudah mendiskusikan dengan idol grup dari negara Korea Selatan itu, besok tim manajemennya akan ke Indonesia untuk membahas kontrak lebih lanjut, mereka juga berharap kerjasama ini akan berjalan baik ke depannya, kebetulan satu bulan lagi mereka akan konser di Indonesia, waktu yang sangat tepat,” ucap wanita itu. Pasha tersenyum puas. “Kamu bisa berbahasa mereka? Apa perlu kita panggilkan penerjemah?” tanya Pasha, sementara Fio mengambil perhatian penuh akan pembicaraan penting ini, lalu Ken tampak memperhatikan ke sekitar dengan pandangan yang tak fokus. “Tidak perlu, Pak. Kebetulan saya bisa berbahasa Korea,” ucapnya ditepuk tangani oleh semua peserta rapat, dan salah satu temannya menyalakan microphone sambil tersenyum menggoda, “Sebenarnya dia bisa lima bahasa Pak, termasuk bahasa Perancis dan Arab,” tuturnya membuat semua menganga dan terpesona. Sementara wanita itu hanya menggeleng geli dan menunduk merasa rendah diri, dia tak pernah mau memamerkan keahliannya seperti ini sebenarnya. “Wah keren, bagaimana kamu bisa terjebak di Dhananfood? Harusnya kamu menjadi diplomat,” goda Pasha membuat pipi wanita muda itu bersemu merah, Pasha menoleh ke arah Fio yang sudah tertawa melihat para peserta saling menggoda. Fio tahu Pasha memang paling bisa membuat suasana menjadi lebih baik. Rapat yang mungkin akan panjang ini menjadi menyenangkan jika dipimpin oleh Pasha. “Pada akhirnya, kita tetap harus mengikuti trend yang ada kan? Meskipun mungkin banyak yang tak suka dengan idol K-pop, tetap saja untuk kemajuan perusahaan kita harus ikut perkembangan jaman. Karena tak mungkin kita memakai artis yang sudah tak ada pamornya lagi.” Pasha mengedarkan pandangan ke sekeliling yang mana mereka semua sudah setuju dengan apa yang dibicarakan oleh Pasha. Mereka tahu, pangsa pasar mie instan itu memang lebih banyak didominasi oleh kalangan muda yang tentu menyukai hal baru yang sedang trend saat ini. Dan pilihan memakai boy band dari negeri itu sepertinya adalah ide yang sangat bagus. Yang belum ada saingannya di negara ini dan merupakan terobosan terbaru. “Idol yang kami kontrak, memang sudah cukup lama debut, sekitar lima belas tahun, namun mereka mempunya fandom yang solid sehingga kami yakin bisa mendongkrak pemasaran,” ucap wanita itu lagi seraya tersenyum pasti. “Fandom? Apakah terinspirasi dari kingdom?” ucap Pasha seraya tersenyum lebar. “Bisa jadi, karena mereka mempunyai kekuatan sebagai fans,” imbuh Fio. Pasha mengangguk mengerti, dia pernah mendengar hal itu sebelumnya, bahkan di negara tempatnya bekerja sebelum ini pun, para kalangan muda sangat mengidolakan penyanyi dari negeri ginseng tersebut. Tak bisa dipungkiri, saat ini negara itu memang yang paling dikenal dengan para artis dan penyanyinya, dari drama, film bahkan musik yang mereka sajikan, mampu menguasai seluruh pasaran di negara-negara luar termasuk jajaran negara Timur dan Barat. “Oiya, tadi kami bertiga sudah mendiskusikan tentang varian rasa baru, bagaimana kah menurut pendapat kalian?” tanya Pasha menuju tim pengembangan produk, kedua orang perwakilan dari tim pengembangan produk saling tatap dan mengangguk. Membuat Fio serta Pasha cukup bingung, mereka terlihat ingin menyampaikan sesuatu namun masih ragu. “Hmm, sebenarnya ... ,” ucap salah satu pria yang memakai kacamata tak jadi menyuarakan pendapatnya, seluruh pandangan mengarah kepadanya. “Ada apa?” tanya Pasha. “Sebelum pak Dhanan meninggal, sebenarnya kami telah menguji dua produk baru dan sudah mendapat persetujuan darinya, hanya saja saat kami membutuhkan tanda tangan untuk produksi, Pak Dhanan hmm, telah tiada sehingga kami sedang mencari waktu yang tepat untuk mengajukan produk itu kembali,” ucapnya sambil menunduk, Ken tampak memperhatikan pria itu dengan mulut menganga dan mata yang sayup dia terlihat sangat lelah dan mengantuk. “Varian rasa apa kalau boleh tahu?” tanya Pasha. “Daging panggang dan Sup tomat pedas, beliau berkata keduanya adalah makanan kesukaan Pak Ken,” ucapnya, kembali menunduk karena tak bisa melihat wajah Ken, dia takut apa yang diucapkan melukai Ken yang masih kehilangan. Fio menoleh ke arah Ken yang hanya memperhatikan saja tanpa berkomentar apapun. Mungkin itu yang membuat mereka ragu mengatakan yang sebenarnya karena mereka khawatir Ken akan sedih mengingat kepergian ayahnya. “Jadi kedua rasa itu telah lulus uji coba?” tanya Fio. “Iya, Bu. Hanya tinggal produksi dalam jumlah besar, juga pemilihan kemasan dan sebagainya,” ucapnya. Fio mengangguk, dia juga hampir luput dengan produk baru itu karena memang sudah cukup lama tak dibahasnya. “Hmmm, apakah bisa dalam satu bulan kita meluncurkannya? Agar bisa di promosikan dengan idol grup itu juga?” tanya Pasha. “Bisa, kami yakin bisa,” jawab tim produksi yang berada di ruang rapat tersebut. “Kami dari tim pengembangan produk, akan mendukung Bapak Ken apapun yang terjadi, karena itu kami akan berjuang bersama,” ucapnya sembari tersenyum lebar. Diikuti peserta rapat yang lain. Tentu perkataan dari para direksi mengenai penggantian CEO perusahaan telah sampai di telinga mereka yang sebagian dari mereka juga merupakan peserta rapat sebelum ini. “Tim kami juga siap!” imbuh tim lainnya. “Tim kami juga!” Semuanya serempak saling bersahutan membuat Fio merinding dan terharu, semua tampak kompak mendukung Ken. Fio memajukan kursinya mendekat ke arah Ken dan berbisik, “lihat Ken, semua mendukung kamu, kita berjuang bersama ya,” ucap Fio. Ken hanya mengangguk meski tampak tak mengerti. Pasha tersenyum lebar dan berdiri sambil bertepuk tangan diikuti oleh semuanya. “Ayo kita mulai,” ucap Pasha disetujui semua peserta rapat yang sudah berapi-api dalam proyek ini. mereka semua tampak antusias menyalurkan vibes yang positif satu sama lain, rapat akan dilanjutkan lusa, karena dari setiap tim akan mengadakan meeting antar divisi untuk disampaikan lagi di rapat berikutnya mengenai progres yang sudah mereka jalani. Tim produksi dan pengembangan produk melanjutkan diskusi mengenai bahan-bahan pembuat mie dengan dua rasa baru itu, sementara tim promo dan marketing sedang merencanakan untuk menambahkan atribut dari idol grup itu dalam dua kemasan tersebut agar para fans dari idol grup itu semakin tertarik membeli mie instan yang dikeluarkan. *** Fio dan Ken pulang cukup larut malam, mereka tampak kelelahan dan setelah membasuh tubuhnya mereka kini berbaring di ranjang. Ken sudah memejamkan matanya dengan posisi tidur terlentang. “Ken, kamu  sudah tidur?” tanya Fio. “Belum,” jawab Ken masih dengan mata terpejam. “Kamu tahu? Aku nggak pernah punya rasa antusias sebesar ini dalam hidupku Ken, aku yakin kita akan sukses dan kamu akan tetap menjadi CEO di perusahaan itu,” ucap Fio seraya berbaring miring menatap Ken. Ken hanya mengangguk saja dengan mata yang terus terpejam. Fio memindahkan bantal guling di tengah mereka dan mengecup pipi Ken secara spontan membuat Ken membuka matanya dan menoleh ke arah Fio. “Kenapa?” tanya Ken, Fio hanya menggeleng sambil tersenyum. “Nggak apa-apa?” jawab Fio lalu membalikkan tubuh memunggungi Ken, sementara Ken pun berlaku demikian, membalikkan tubuh membelakangi Fio sambil mengusap pipinya yang dikecup Fio lalu bibirnya menyunggingkan senyum meski matanya terpejam hatinya pun merasa hangat, kehangatan yang hanya mampu dirasakan tanpa bisa diutarakannya. ***  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD