BERTEMU

1545 Words
Pagi ini Tony terbangun dari tidur nya kala mendengar dering alarm dari smartphone miliknya. Ia mengerjapkan matanya lalu memandang jendela kamar penginapan yang ia sewa. Ia menghela nafas lalu bangkit dari tidurnya. Pagi ini ia berencana akan sarapan pagi di sebuah restaurant yang terletak tidak jauh dari tempat ia menginap karna nanti siang ia harus kembali ke Manhattan setelah tiga hari berada di Italia. Tony bergegas memasuki kamar mandi lalu membersihkan diri setelah itu ia memasuki sebuah restaurant yang memiliki view yang mengarah ke pantai. Seorang pelayan restaurant datang menghampiri Tony dan menanyakan menu apa yang akan dipesan oleh pria itu. “Risotto Alla Marinara,” jawab Tony seraya tersenyum, pelayan restaurant tersebut segera mencatat pesanan milik Tony seraya tersenyum kepada pria itu kemudian berlalu dari hadapan Tony. Tony menunggu pesanannya dalam diam seraya menatap pemandangan pantai yang ada di hadapannya hingga pesanannya datang namun Tony mengernyit melihat makanan yang disodorkan oleh pelayan itu. “Aku tidak memesan ini,” ucap Tony seraya menunjuk Carbonara Di Mare, Pesto Di Basilico dan Pinta and Hugo di hadapannya yang membuat pelayan restaurant terkesiap untuk beberapa saat hingga mereka berdua mendengar suara lembut seorang gadis. “Maaf, itu milikku,” ucap wanita itu yang tak lain adalah Perrie. Tony sempat terpana pada kecantikan Perrie, gadis berambut pirang dengan wajah tirus itu tengah tersenyum menatap pelayan restaurant yang salah menyajikan pesanan miliknya dan pesanan milik Tony. “Ya Tuhan, maafkan atas kesalahan ku, Nona,” ucap pelayan itu lalu segera menukar menu yang ada di meja Tony dengan menu yang ada di meja Perrie. “It’s okay,” jawab Perrie lalu menoleh ke arah Tony, ia tersenyum sesaat pada pria itu lalu membantu memindahkan menu yang sempat tertukar sedangkan Tony masih terdiam di tempatnya, ia terlalu terpana akan kecantikan Perrie hingga dering smartphone miliknya membuyarkan lamunan Tony. Tony merutuki dalam hati karena sempat terpana pada wanita lain sedangkan kekasihnya tengah menelfon saat ini, Tony segera mengangkat panggilan itu. “Hallo,” sapa Tony. “Babe, kau masih di Italy?” tanya seorang wanita di seberang sana bernama Kylie Dawson, kekasih Tony selama dua bulan terakhir. “Ya, kenapa?” tanya Tony seraya memperhatikan Perrie yang tengah menyantap sarapan paginya dengan tenang. “Aku ingin Hermes Matte White Niloticus Crocodile Himalaya Birkin, aku butuh tas itu segera,” ucap Maria di seberang sana membuat Tony menghela nafasnya dengan kasar mengingat harga tas itu yang memiliki harga tiga ratus delapan puluh lima ribu dollar Amerika. “Maaf aku tidak bisa memberikannya untukmu, Kylie. Perusahaan ku sedang bermasalah,” jawab Tony mengalihkan pandangannya dari wajah Perrie yang tengah menoleh ke arahnya. “Why?!” tanya Kylie menaikkan satu oktaf suaranya. “Kau berjanji akan membelikan ku tas itu saat kau tidak mengajak ku berlibur ke Sicily,” tuntut Kylie. “Aku sedang tidak berlibur, Kylie. Aku di sini sedang melakukan kerjasama dengan seorang pengusaha dari Italy,” ucap Tony dengan frustasi. “Sudahlah, lain kali saja aku akan membelikan tas itu untukmu jika masalahku sudah selesai,” ucap Tony lalu mematikan sambungan telfon tersebut. Keinginan sang kekasih membuat ia semakin dibuat pusing dengan masalah yang menimpanya saat ini. “Sepertinya aku butuh hiburan,” monolog Tony lalu menyantap sarapan paginya tanpa bersemangat. Sedangkan di sisi lain Perrie diam-diam menatap Tony, pria itu terlihat murung sembari menatap makanannya, Perrie berpikir bahwa pria itu tengah memiliki masalah. Perrie segera memanggil seorang pelayan. “Aku pesan Torta Della Nonna dan tolong berikan untuk pria itu,” bisik Perrie lalu menunjuk ke arah Tony. “Baik, Nona. Ada lagi?” tanya pelayan tersebut. “Apakah kau memiliki pena dan kertas?” pelayan restaurant tersebut tersenyum mendengar pertanyaan dari Perrie. “Ini, Nona,” ucap pelayan itu seraya menyodorkan secarik kertas dan juga pena. Perrie segera menuliskan sebuah kalimat yang ia harap bisa membuat Tony tidak murung lagi. Semoga masalah mu segera selesai dan hari mu menyenangkan. Tulis Perrie di secarik kertas itu. “Tolong selipkan kertas ini di menu makanan yang aku pesan tadi,” ucap Perrie kembali. “Baik, Nona,” ucap pelayan tersebut lalu melenggang pergi dari hadapan Perrie. Selang sepuluh menit kemudian Tony dikejutkan dengan sebuah Torta Della Nonna yang disodorkan oleh pelayan restaurant. “Aku tidak memesan ini,” ucap Tony seraya menunjuk dessert yang ada di mejanya. “Nona itu yang memesankan dessert ini untuk anda, Tuan,” ucap pelayan restaurant seraya menunjuk ke arah Perrie, Perrie tersenyum ke arah Tony seraya melambaikan tangannya, entah mengapa hati Tony menghangat melihat senyuman gadis itu. “Baiklah,” ucap Tony kepada pelayang itu lalu menatap Torta Della Nonna yang tersaji cantik di piring, kening Tony mengernyit kala ia melihat secarik kertas yang terletak di tepi piring itu, ia segera membacanya lalu tersenyum. Tanpa pikir panjang ia segera membawa Torta Della Nonna dan menghampiri Perrie yang tengah duduk seorang diri. “Hi,” sapa Tony membuat Perrie terkejut dengan keberadaan pria itu di hadapannya. “Hi” balas Perrie seraya menatap wajah Tony, ia menebak bahwa usia Tony setara dengan usia sepupunya. “Aku boleh duduk di sini?” tanya Tony. “Of course,” jawab Perrie seraya tersenyum. “Terima kasih kau sudah memesankan dessert ini untukku,” ucap Tony yang sudah duduk di hadapan Perrie. “It’s okay, itu hanyalah seporsi dessert,” ucap Perrie “Dan terima kasih kau sudah membuat hari ku menyenangkan,” ucap Tony kembali membuat Perrie terkekeh. “Maaf, aku tidak bermaksud lancang.” “No, kau tidak lancang sama sekali, aku justru berterimakasih karna kata-katamu di kertas itu membuat ku kembali bersemangat melalui hari,” ujar Tony setelah itu ia tersenyum yang dibalas senyuman oleh Perrie. “Oh, perkenalkan, namaku Tony,” ucap Tony seraya menyodorkan tangannya yang dijabat oleh Perrie. “Perrie,” balas Perrie seraya tersenyum. “By the way, where are you come from?” tanya Tony. “Los Angeles,” jawab Perrie. “And you?” lanjut Perrie. “Manhattan” jawab Tony. Setelah itu hening di antar mereka selama beberapa detik. Tony sibuk menyantap dessert pemberian dari Perrie dan Perrie yang sibuk meminum Pinta and Hugo. “Kau kemari untuk berlibur?” tanya Perrie. “Tidak, aku sedang melakukan perjanjian bisnis dengan pengusaha Italy,” jawab Tony. “Wow,” ucap Perrie sekenanya. “Kau sendiri?” tanya Tony. “Aku sedang berlibur bersama kedua orang tuaku,” jawab Perrie membuat Tony mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru restaurant tersebut. “Di mana orang tuamu?” tanya Tony yang tidak menemukan pasangan paruh baya di restaurant tersebut. “Mereka sedang berjalan-jalan di pantai,” jawab Perrie. “Aku kira kau kemari bersama kekasihmu,” ujar Tony melanjutkan memakan Torta Della Nonna sedangkan Perrie terkekeh mendengar ucapan Tony. “Ayahku tidak mengijinkan ku untuk berpacaran sebelum aku berusia dua puluh tahun,” ujar Perrie membuat Tony mengernyit. “Ayahmu sangat protektif,” ucap Tony akhirnya. “Ya, mungkin karna aku putri satu-satunya.” Tony mengangguk-anggukan kepalanya mendengar ucapan Perrie. “Aku juga pernah melakukan hal yang sama pada saudara perempuan ku,” ucap Tony. “Oh ya?” tanya Perrie antusias mendengar ucapan Tony. “Ya, dulu sebelum adikku berusia lima belas tahun aku sempat melarangnya untuk menjalin hubungan dengan seorang pria,” jawab Tony yang membuat Perrie mengerucutkan bibirnya. “Aku kira sebelum berumur dua puluh tahun sepertiku,” ujar Perrie membuat Tony terkekeh. Perbincangan mereka berlanjut hingga dering smartphone milik Perrie menghentikan obrolan mereka, Perrie menatap layar smartphone tersebut dan terpampang lah nama sang ayah di layar itu. “Hallo, Dad,” sapa Perrie. “Queen, cepat kembali, kita akan pulang satu jam lagi,” ucap Vinic membuat Perrie mengingat bahwa pukul sembilan nanti ia dan kedua orang tuanya akan kembali ke Los Angeles menggunakan privat jet milik sang ayah. “Okay, Dad. Aku segera kembali,” jawab Perrie. “Daddy tunggu,” ucap Vinic lalu memutuskan panggilan tersebut. “Um ... Tony, aku harus kembali ke penginapan karna satu jam lagi aku harus kembali ke Los Angeles,” ucap Perrie tidak enak hati. “Oh, it’s okay,” jawab Tony. “Ah ya, untuk sarapan ini biar aku saja yang membayarnya,” ucap Tony kemudian. “Tidak, kau tidak perlu melakukan hal itu,” ucap Perrie tidak enak hati. “Tidak apa-apa, anggap saja sebagai salam perkenalan kita,” ucap Tony. “Tapi aku memesankan dessert untuk mu,” lirih Perrie membuat Tony tersenyum. “Baiklah untuk dessert ini kau boleh membayarnya,” ucap Tony yang membuat senyum Perrie mengembang di wajah cantik itu. “Apakah tidak apa-apa?” tanya Perrie yang masih sungkan dengan kebaikan Tony. “It’s okay,” jawab Tony seraya terkekeh. “Baiklah, terima kasih Tony.” “No, aku yang seharusnya mengucapkan terima kasih,” ucap Tony. “Terima kasih karna kau sudah membuat hari ku menyenangkan, Perrie,” lanjut Tony. “Sama-sama, baiklah aku harus pergi sekarang,” ucap Perrie membuat Tony terkekeh. “Ya sudah,” jawab Tony sekenanya setelah itu Perrie segera berlalu dari hadapan Tony, sebelum gadis itu membuka pintu masuk restaurant ia sempat melemparkan senyum kepada Tony. “Oh God....!!” erang Tony kala Perrie tidak lagi terlihat di pandangan matanya. “Kenapa senyuman itu membuat hatiku berdebar-debar seperti ini?!” tanya Tony tidak habis pikir seraya menyentuh d**a kirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD