G.A Prolog
20 Tahun yang lalu.
"Mi Cielo."
Terdengar suara lembut memanggilnya dengan nama kesayangan. Namun sosok itu justru menggeliat manja di balik selimut tebalnya. Perlahan kelopak matanya terbuka saat merasakan sentuhan lembut pada puncak kepalanya.
"Papá," panggilnya manja dan kembali memejamkan matanya.
"Ayo, kau lupa hari ini kita akan jalan-jalan?" tanya pria yang berusia 40 tahun tersebut.
Anak perempuan itu bangkit duduk. Sebelah tangannya nampak sibuk mengucek matanya. Saat melihat ayahnya bangkit berdiri, anak perempuan tersebut ikut berdiri di atas ranjang lalu mengalungkan kedua lengannya pada pundak ayahnya. Sang ayah pun mulai menggendong putrinya keluar kamar.
Fabián Gutiérrez, pria berusia 40 tahun itu belum lama ini berpisah dengan istrinya, Drina Vasquez. Kedua putra mereka ikut dengan sang ibu, sedangkan anak perempuan yang kini berusia tujuh tahun itu ikut dengannya.
Putri kecilnya bernama Violeta Gutiérrez. Sorot matanya berwarna cokelat bening, mirip dengannya. Sedang rambutnya nampak lurus sepunggung.
Fabián bekerja di salah satu kantor di Italia. Ya. Dirinya dan Violetta pindah ke Italia setelah selesai mengurus perceraian dengan mantan istrinya. Awalnya Fabián berpikir mungkin akan sedikit sulit hidup di Italia bersama putri kecilnya, namun sepertinya keberuntungan ada padanya kali ini.
Violetta memperhatikan ayahnya ketika menyiapkan sarapan pagi untuk mereka. Roti bakar dengan selai strowberry selalu menjadi favorit anak itu. Fabián meletakkan piring berisi roti bakar di atas meja lalu menyusul putrinya duduk di sana. Tak menunggu lama, Violetta langsung menyantap roti tersebut dan segelas s**u cokelat.
"Papá, apakah acara jalan-jalannya jadi?" tanya Violetta dengan mulut penuh makanan.
"Ya, Mi Cielo."
Anak itu merasa senang membuat senyum manis nampak jelas di wajahnya. "Papá, aku ingin kita pergi ke mall yang waktu itu," ucapnya lagi.
Fabián kembali mengiyakan dan tersenyum melihat putrinya merasa senang. Dirinya kembali mengelus puncak kepala Violetta dengan lembut.
Setelah menghabiskan waktu hampir satu jam, kini Violetta dan Fabián sudah keluar dari apartemen sederhana mereka. Fabián menggendong Violetta sepanjang langkahnya menuruni anak tangga hingga sampai di depan mobil.
Violetta masuk ke dalam mobil saat ayahnya membukakan pintu untuknya. Setelah memastikan putrinya duduk dengan tenang, Fabián pun menyusul masuk ke dalam mobil. Dia melajukan mobilnya menuju sebuah pusat perbelanjaan.
Menunggu waktu hampir setengah jam untuk mereka sampai di tempat tujuan. Sepanjang jalan Violetta bernyanyi, mengikuti lagu kesayangannya dengan ayahnya yang diputar tersebut. Sesekali keduanya saling menatap penuh kasih sayang saat menyanyikan lagu tersebut.
Kini mobil itu pun sudah memasuki halaman pusat perbelanjaan. Fabián keluar lebih dulu dari dalam mobil dan membuka pintu untuk putrinya. Violetta pun turun dari mobil dan langsung meraih uluran tangan ayahnya. Keduanya berjalan beriringan menuju pusat perbelanjaan tersebut. Sesekali Violetta menari kegirangan membuat Fabián tertawa melihat tingkah menggemaskan putri bungsunya.
Namun langkah mereka dihentikan oleh segerombolan pria berpakaian serba hitam. Violetta mengernyit bingung melihat orang-orang itu menghadang langkahnya dan Fabián. Hingga akhirnya Fabián melepas gandengan tangannya saat melihat pria yang mendekat ke arahnya.
"Selamat pagi, B-Bos," sapa Fabián dengan suara gugup.
Anak perempuan itu menatap tak suka pada sosok pria berjas hitam tersebut. Pria itu menghela napas pelan saat menjatuhkan tatapannya ke arah Violetta.
"Dia putrimu?" tanya pria yang menjadi pemimpin kelompok tersebut.
"Sì," jawab Fabián dengan menundukkan kepalanya.
"Papá," panggil Violetta sedikit ketakutan melihat cara pria berjas hitam itu menatapnya.
Pemimpin Leone Nero itu tidak mengatakan apapun. Dia justru berbalik arah lalu menjauh dari Fabián. Fabián menjauhkan Violetta darinya dan melepas pelukan putrinya. Dia menunduk seraya memegang pundak putrinya.
"Kau tunggu di sini, ya. Papá ada pekerjaan. Nanti Papá akan menjemputmu di sini setelah menyelesaikan pekerjaan."
"Apakah lama?" tanya Violetta cemas menatap sekeliling yang nampak asing baginya.
Fabián tersenyum seolah ingin menghilangkan kecemasan putrinya. "Tidak. Papá akan cepat datang. Kau tunggu di sini ya. Jangan ke mana-mana," pinta Fabián.
Perlahan Violetta menganggukkan kepalanya. Dia hanya diam saat ayahnya mengecup kening serta kedua pipinya. Tak lupa ayahnya juga mengelus lembut puncak kepalanya sebelum pergi menyusul segerombolan pria asing tersebut.
Violetta berdiri di halaman pusat perbelanjaan berlantai enam itu. Sesekali dia menatap gusar ke sekeliling seolah menanti kedatangan ayahnya. Tubuhnya pun berbalik arah membelakangi pintu gedung tersebut. Tidak lama, dirinya kembali ke posisi semula.
Belum ada sedetik anak itu membalikkan arah tubuh ke posisi semula, tubuhnya menegang saat melihat sesuatu yang jatuh dari atas gedung pusat perbelanjaan tersebut. Kedua matanya membelalak seolah ingin mengeluarkan bola matanya saat melihat tubuh orang yang dikenalnya.
Darah segar mengucur dari kepala dan mulut pria dewasa itu. Tubuh Violetta mulai lemas hingga perlahan kesadarannya menghilang. Tubuhnya limbung di samping mayat ayahnya sendiri, membuat pakaiannya ikut terkena darah yang keluar dari kepala ayahnya.