21. Malapetaka.

2167 Words
Catalina merasakan perubahan wajah sang suami. Ia menekan pipi Vector dengan telunjuknya dan membuat sang suami tersadar dari lamunannya. "Sekarang kau yang melamun." gumam Catalina pelan. "Maafkan aku." Vector tersenyum tipis. Ia menggenggam sebelah tangan Catalina lalu dikecupnya beberapa kali dan itu sukses membuat Catalina tersenyum lebar karena jarang-jarang suaminya ini bersikap manis seperti ini. Ah sekarang sudah lebih baik dari pada awal-awal pernikahan mereka. "Katakan Tuan Vector, Apa yang Anda inginkan?" tanya Catalina dengan wajah mengejek. Vector berdecak kesal namun ia tidak melepaskan tangan Catalina. "Apa kau tidak nyaman di dekatku?" tanya Vector to the point. Catalina mengernyitkan dahinya tidak mengerti. Memiringkan kepalanya dengan alis terangkat satu. "Ha? Aku tidak mengerti arah pembicaraanmu Hubby." Catalina mengakuinya. Vector menatap serius tepat di mata Catalina dan itu membuat sang istri menjadi salah tingkah. Karena tatapannya begitu sexy dan mengintimidasi Catalina, itu adalah tatapan Vector yang membuat jantungnya selalu berdetak lebih kencang dari biasanya. Tatapan Vector yang selalu membuatnya jatuh cinta berkali-kali. "Kau membuatku malu Tuan." Catalina memalingkan wajah Vector menggunakan tangannya. Vector pun tertawa dengan spontan karena ia tidak mengira istrinya bisa bersikap malu-malu dan salah tingkah seperti itu. "Baiklah, Hanya saja Catalina yang kulihat di panti tadi benar-benar berbeda dengan Catalina istriku." Vector mengecup hidung bangir Catalina dengan gemas. Mata Catalina bergulir ke atas tidak terlalu paham dengan maksud sang suami. Beberapa saat pun ia mengangguk beberapa kali karena paham arah pembicaraan sang suami. "Kau tahu? Aku mengenal mereka lebih dulu dari mengenalmu Vec. Mereka tempatku beristirahat jika aku lelah menjadi si b******k Catalina. Mereka yang selalu memberiku kasih sayang ketika aku membutuhkannya. Sejak kepergian kakak ku, aku mencari kebahagiaan dan kasih sayang dari mereka yang sebelumnya kudapatkan dari kakak." Catalina menjeda perkataannya dengan melumat singkat bibir sang suami. Vector balas mengecup bibir basah Catalina lalu mengecup beberapa kali pipinya yang sangat bulat. "Mungkin hanya butuh waktu aku bisa menunjukkan semua yang ada pada diriku kepadamu. Kau harus bersabar Hubby, ada satu hal mengenai diriku dan hanya kau yang tahu." ucap Catalina serius membuat Vector penasaran setengah mati. "Apa?" tanya Vector tidak sabaran. Catalina tergelak melihat wajah penasaran sang suami. Ia pun menyuruh Vector menunggunya selagi ia menyelesaikan mandinya. Tak lama pun Catalina sudah rapi dengan celana pendek yang sangat ketat tanpa atasan. "Baby!! Kau sengaja menggodaku?!" Vector menjilat bibirnya yang terasa kering. Catalina tersenyum miring, ia sengaja berpakaian seperti ini karena ia sedang ingin memiliki sang suami. Ia berjalan menghampiri Vector yang sedang duduk lalu mendorong tubuh sang suami agar terbaring dan ia duduk di perut Vector. Dengan nakal Catalina membawa tangan sang suami ke atas perutnya. Catalina melenguh kecil saat Vector mengelus perutnya pelan. Ia menghentikan pergerakan sang suami. "Hanya kau yang tahu betapa besarnya cintaku padamu. Hanya kau yang pernah tahu bagaimana rasanya dicintai begitu besar oleh seorang, Tuan Vector," ujar Catalina serius. Matanya menatap mata Vector penuh puja dan cinta. Jantung Vector berdetak dengan kencang, rasa ini sangat menyenangkan. "Kau." Catalina menunjuk d**a Vector. "Vector Jade. Orang pertama dan terakhir yang kucintai." Catalina tersenyum manis. Catalina membawa tangan Vector ke atas perut besarnya lagi. "Sebelumnya aku tidak pernah percaya apa itu cinta. Bahkan setelah bekerja bersamamu pun aku tidak percaya. Tapi-Tuhan mempermainkanku. Dia membuatku jatuh cinta padamu yang bahkan aku tidak sadar kapan itu. Anak kita yang menyadarkanku jika aku telak jatuh cinta denganmu." air mata Catalina menetes begitu saja. Vector hendak menghapus air matanya, namun tangannya digenggam lebih dulu oleh Catalina. Dikecupnya lama penuh dengan rasa cinta. Matanya yang berbinar karena air mata tak beralih dari mata Vector. "Aku seorang pembunuh yang tidak percaya akan cinta. Aku bisa saja membunuh anak di dalam perutku saat itu, aku ingin tapi aku tidak bisa. Kau tahu kenapa?" tanya Catalina membuat teka-teki. "Karena kau jatuh cinta padaku?" tanya Vector sedikit ragu. Catalina menggeleng pelan. Ia kembali menunjuk d**a. Vector dengan telunjuknya. "Karena hatimu." Jawab Catalina dengan suara yang semakin menghilang. Mata Vector terpaku mendengar jawaban sang istri. D-dia sungguh tidak mengerti, dia bukanlah pria baik-baik yang mempunyai hati yang baik pula. "Hatimu mempunyai banyak cinta yang besar dan tulus untukku. Aku ingin merasakannya, a-aku ingin dicintai olehmu dengan begitu besar." parau Catalina. Vector tertegun, belum mengerti mengenai perkataan sang istri. Bagaimana istrinya ini tahu mengenai cintanya jika dia saja tidak percaya akan cinta? "Ini semua karena anak buahmu." Catalina tertawa kecil sembari menghapus air matanya kasar. Vector mengangkat satu alisnya tidak mengerti. "Saat kau pergi entah kemana, aku mengidam ingin melihat film romantis yang mampu menguras air mata. Dan kau tahu?! Bukannya memberiku film justru anak buahmu memberiku sebuah rekaman cctv." Catalina tertawa renyah ketika mengingatnya. . Itu adalah minggu pertama dia mengetahui jika ia sedang mengandung. Ia berencana akan menggugurkan kandungannya karena ia tidak menginginkan anak itu. Namun semua berkata lain ketika dia melihat cctv yang diberikan oleh anak buah Vector. Kata anak buah Vector rekaman cctv itu sangat romantis bahkan film pun kalah. "Rekaman apa Baby?" tanya. Vector tidak sabaran. "Seorang ketua mafia yang kejam, dingin, tidak berperasaan, b******k, b******n-dengan begitu tulus menangisi wanita pembunuh yang terbaring tak berdaya dengan banyaknya alat medis di tubuhnya. Dengan tulus merawat wanita itu bahkan enggan pergi meninggalkannya. Ia rela meninggalkan kelompok mafianya dan lebih mengutamakan wanita itu." Jawab Catalina sembari mengamati wajah Vector yang terlihat terkejut. "Aku melihat semuanya. Sejak itu aku bertekad akan mempertahankan janin di perutku dan berusaha merebut kembali dirimu dari gadis jalang itu." suara Catalina terdengar kesal di akhir kalimat. Vector hanya diam tidak bereaksi, dia hanya tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Dia tidak menyangka jika anak buahnya berani melakukan hal seperti itu. Entahlah, dia harus bersyukur atau marah dia tidak tahu. "Ah, puncaknya adalah ketika salah satu anak buahmu mengatakan sesuatu padaku. Dia bilang 'Ketua tidak pernah meneteskan air matanya sejak kecil, bahkan kematian kedua orang tuanya pun tidak membuat Ketua menangis, namun hanya Anda Catalina yang membuat ketua kami meneteskan air mata dan menangis pilu saat Anda ditemukan dalam keadaan mengenaskan. Kami kira ketua menangis hanya karena terkejut. Namun dugaan kami salah, ketua akan menangis histeris kala beberapa kali jantung Anda berhenti berdetak,' begitulah yang dikatakan anak buahmu." Catalina bercerita panjang lebar. Ia tertawa melihat wajah terkejut sang suami. Dia pun menepuk kedua pipinya dengan pelan, menarik kedua tangan sang suami agar duduk. Lalu ia memeluk tubuh Vector dengan lembut. "Tekad ku semakin bulat untuk mendapatkan cintamu kembali Hubby." Catalina mengecup bibir Vector beberapa kali. Vector mengernyit mendengar perkataan sang istri. "Aku tidak pernah mencintai siapapun selain dirimu Baby," ujar Vector jujur. Catalina mengangguk percaya lalu mengelus kepala Vector sayang. "Waktu itu kukira kau mencintai si jalang." Catalina mencebikkan bibirnya kesal. Dan dengan bodohnya Catalina baru sadar setelah berbulan-bulan jika ia merasakan cemburu teramat besar, jika ia melihat Vector bersama gadis jalang itu. "Nah, jadi bisakah kau bersabar denganku? Aku hanya butuh waktu untuk menunjukkan sisi asliku." pinta Catalina. Vector tersenyum lalu membawa Catalina dalam ciuman manisnya. Hanya ciuman penuh cinta tanpa nafsu. Tangan Vector mengelus pelan perut sang istri dan mereka tersenyum bersama dalam ciuman saat merasakan tendangan halus di dalam perut Catalina. Vector mengakhiri ciumannya dengan menggigit sensual bibir Catalina. Dipandangnya mata sang istri dengan penuh cinta. Ia kembali menggigit bibir bawah Catalina beberapa kali hingga membuat sesuatu di dalam d**a Catalina berdesir. Vector mengetahuinya dan ia pun tertawa renyah dan itu terlihat sangat tampan. Vector berhenti tertawa saat Catalina menangkup kedua rahangnya. "Tentu aku akan bersabar. Karena aku akan bersamamu selamanya." Jawab Vector serius. Catalina tersenyum lebar dikecupnya wajah sang suami dengan tertawa bahagia. "MARI LAKUKAN ITU DADDY!" teriak Catalina bahagia. Vector tertawa dan mulai memanjakan tubuh si kesayangan dengan penuh cinta. "Aku harus menaikkan gaji anak buahku." . Pernah dengar peribahasa 'usaha tidak membohongi hasil?' itulah yang dialami deh detektiv Shadow. Dia berjuang mati-matian untuk melacak keberadaan Catalina dan identitas aslinya. Dia harus rela menyamar menjadi pecandu dan dari situ dia mencari bandar barang terlarang kecil lalu ke bandar barang terlarang besar hingga bertemu dengan bandar yang terbesar yaitu milik kelompok mafia milik Vector. Namun dia tidak memiliki identitas Vector sebagai ketua. Dia tidak menyangka akan menemukan kelompok terbesar di negaranya yang selama ini diincar kepolisian. Padahal niat awal dia hanya ingin mengetahui akses menyewa pembunuh bayaran setingkat Catalina. Keberuntungan berpihak padanya, dia mencari tahu bagaimana menjadi klien kelompok itu dan ia berhasil menjadi pelanggan VIP pasar gelap milik Vector, Bersyukurlah dia memang anak konglomerat. Jadi mempunyai banyak uang untuk melaksanakan misi ini. Karena atasannya tidak mempercayai jika pembunuh detektif waktu itu adalah wanita berinisial J yang sudah meninggal yang sekarang hipotesisnya mengarah ke pembunuh bayaran. Dia menyelediki kasus ini sendirian. Dia memang detective muda yang berbakat dan pemberani. Sebelumnya dia ditugaskan di kepolisian Amerika namun ia memilih kembali ke negaranya karena ingin berdekatan dengan keluarganya. Dan lagi-lagi keberuntungan menyapanya, ia melihat keberadaan Catalina di sebuah casino bintang 5 bersama seorang pria yang menurutnya. sangat tampan dan sexy. "Dia hamil?" tanyanya kepada diri sendiri melihat perut Catalina yang membesar. "Siapa pria itu? Apa suaminya?" tanya Shadow lagi. Namun ia bisa menyimpulkan dengan cepat jika memang suami istri. Terlihat dari bagaimana perilaku Vector kepada Catalina dan sebaliknya. Bahkan Catalina duduk di antara kedua kaki Vector dengan nyaman. Dia mendekat ke arah mereka untuk lebih jelas mendengar percakapan mereka. "Tidak bisa. Harga naik menjadi 2X lipat dari biasanya. Penyeludupan saat ini sangat susah karena penjagaan yang semakin ketat." Shadow mengeryit mendengar perkataan Vector. Apa dia salah satu dari mereka? Ia melihat Vector berjalan ke arah toilet bersama Catalina. Dengan hati-hati ia mengikuti mereka dan ia sedikit terkejut kala melihat mereka sudah bermesraan panas. Bahkan tangan Vector sudah merambah kemana-mana. "Eurgh-berhenti sialan!!" Catalina mendorong tubuh sang suami dengan kesal. Vector tertawa kecil, dia pun memberi kecupan singkat di bibir Catalina. "Kau sedari tadi melamun. Sudah kubilang Baby, kau akan baik-baik saja. Mereka bukan lawan suamimu ini, hm? Jangan lupa Jika-" "Suamiku adalah ketua dunia bawah." sela Catalina dengan merotasi bola matanya malas. Pernyataan yang keluar dari bibir Catalina membuat Shadow terkejut bukan main. Dia segera pergi dari sana agar tidak ketahuan, informasi kali ini menjadi kartu AS buatnya. Berjam-jam dia harus menunggu mereka berdua keluar dari casino tersebut namun baru keesokan harinya mereka keluar. Bisa dilihat Vector menggendong Catalina ala bridal dan sudah bisa ia pastikan jika mereka semalam bergumul di dalam. "Ketua dunia bawah dan pembunuh bayaran? Sangat menarik." Shadow menyeringai. Ia mengikuti mobil mereka dengan sabar dan penuh ambisi yang menggebu. Dia bertekad akan mengusut sepasang suami istri tersebut. Dan ternyata mereka sampat di mansion mewah yang bisa ditebak Shadow adalah tempat tinggal mereka. Malam hari pun tiba dan mobil Vector kembali keluar. Shadow tidak tahu di dalam mobil itu ada siapa karena kacanya tidak tembus pandang. Namun dia tetap mengikutinya siapa tahu menambah informasi lagi. Dia mengangguk paham saat mobilnya sampai di sebuah pelabuhan jauh di dalam hutan. "Pantas saja kepolisian tidak bisa melacak mereka. Pelabuhan di dalam hutan terlindungi?" Shadow tertawa kecil. Dia bersorak riang saat melihat Catalina ikut serta bersama Vector. Ia memilih turun dan mengawasi mereka dalam jarak jauh. Saat ia fokus dengan teropong kecilnya, dia tidak menyadari ada seseorang di belakangnya. "Oh, Lihat ini!! Bukankah dia detective waktu itu Baby?" Shadow menoleh terkejut dan membulatkan matanya saat melihat Vector dan Catalina. Dengan santai Vector memeluk tubuh Catalina dari belakang, bahkan masih sempatnya Vector mencumbu leher sang istri membuat Shadow merinding karena lenguhan Catalina. "Ku yakin kau sudah tahu siapa kami." ujar Vector santai. "Arghh-" Catalina mendesah kecil saat suaminya mengulum daun telinganya sensual. Vector menyuruh Catalina mundur dan dengan gerakan cepat Shadow sudah tersungkur karena tendangan Vector di kakinya. "Dengar!!" ujar Vector dingin penuh ancaman. "Mmpph." Shadow memekik tertahan saat kepalanya diinjak oleh kaki Vector. Matanya menatap tajam Vector yang dibalas tak kalah tajam oleh ketua mafia tersebut. "Aku bukan orang penyabar jika ada hama sepertimu. Apalagi mengusik milikku." ujar Vector dengan suara rendahnya. Dia benar-benar menahan beberapa minggu ini untuk tidak membunuh detective sialan ini. "Kau pasti berbangga diri karena mengetahui identitas kami. i***t!" Vector tertawa mengejek. Shadow mengernyitkan dahinya tidak mengerti mengenai ucapan Vector. Setelah menyadarinya ia membulatkan matanya shock. "Berterima kasihlah kepadaku karena aku dengan sengaja memberimu akses untuk sampai di sini. Mengetahui siapa ketua mafia terkuat, mengetahui siapa itu sosok Catalina Juliette?" Vector tertawa menyeramkan. "b******n!!" teriak Shadow murka. Jadi selama ini dia dibodohi oleh targetnya sendiri? Ia telah masuk ke dalam perangkap Vector begitu? Sial!! Kenapa ia bisa tidak menyadarinya sejak awal karena kemudahan yang ia dapat. "Jika menemukanku semudah ini maka mereka pasti sudah menangkapku. Jangan terlalu bodoh bocah." Vector semakin menekan kakinya membuat Shadow menahan sakit. "Hubby cepatlah kakiku pegal, sekali." gerutu Catalina yang bersandar di sebuah kontainer dengan malas bahkan matanya terpejam karena mengantuk. Vector mengacungkan tanda oke. Lalu ia mengeluarkan revolver favoritnya. Mengarahkan ke arah kepala Shadow. DOR!! DOR!!! Tubuh Vector menegang saat mendengar dua tembakan pistol. Dilihatnya Shadow sudah tidak bernyawa, ekor matanya melihat pistol di tangan Shadow. Ia segera berbalik dan nyawanya seakan tercabut. "H-hubby." Lirih Catalina sembari memegangi perutnya. Vector berlari ke arah Catalina yang sudah bersimbah darah karena tembakan di perutnya. Bahkan air ketuban pun ikut bercampur dengan darah. "B-baby.." gagap Vector sembari berusaha mengangkat tubuh sang istri.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD