My Sweet Enemy 29

1119 Words

Tampak si nenek yang sangat berbahagia bisa makan bersama Sakti. "Sudah lama sekali tidak pernah makan bersama cucu seperti ini," ucapnya sambil tersenyum pada Sakti yang juga tersenyum padanya. "Saya juga belum pernah makan bersama seorang Nenek seperti ini,"balas Sakti sambil tertawa pelan. Entah mengapa ia merasa nyaman. "Maka panggil saja aku nenek, biar kita impas. Aku serasa punya cucu yang bisa menemaniku, dan kamu punya Nenek, bagaimana ?" Tawar wanita tua tersebut pada Sakti yang mengangguk setuju. "Saya sangat senang sekali, terimakasih banyak, Nenek," ucap Sakti memberikan senyum termanis pada wanita di depannya. Tiba-tiba saja si wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang tidak lagi muda itu meneteskan air mata. Tapi buru-buru dihapusnya, hanya saja, Sakti masih sem

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD