1 -Perubahan Aruna
Jalanan ibu kota yang selalu macet membuat Bumi Nirangga terlambat tiba di rumah. Perlahan ia memasuki pekarangan rumah yang tampak sepi dan memarkirkan mobil seperti biasanya. Usai memastikan mobil terparkir dengan rapi, Bumi meraih tasnya dan segera turun.
Sudah hampir pukul 12 malam, ia sangat terlambat dan ponselnya mati. Aruna Jingga, istrinya pasti akan mencarinya, atau mungkin memarahinya. Dengan tergesa Bumi masuk ke dalam rumah. Ia meletakkan tasnya di sofa ruang tamu dan bergegas ke dapur.
Dahaganya haus, dengan aktivitas setelah bekerja di kantor membuat ia kehabisan banyak energi. Ia terburu-buru pulang sehingga tidak sempat minum. Biasanya, Aruna selalu menyiapkan air minum di mobilnya, namun tidak pernah lagi Aruna lakukan.
“Sayang?” Bumi nyaris melepaskan gelasnya karena melihat Aruna. Aruna mengenakan lingerie chemise berwarna burgundy. Bumi menelan ludah. Aruna tampak cantik, tidak. Aruna lebih cantik dari biasanya. Bumi bahkan melihat bibir Aruna yang biasanya selalu pucat di dalam rumah, kini berwarna pink.
Aruna berlalu, melewati Bumi tanpa ekspresi dan mencuci tangannya. Tanpa pikir panjang Bumi memeluk Aruna dari belakang dan menciumi Pundak Aruna. Aruna menjauhkan kepalanya dari jangkauan Bumi, membuat Bumi semakin mengeratkan pelukannya.
Sudah lama ia tidak pernah bermesraan dengan Aruna. Kapan terakhir kali? Ia bahkan tidak ingat.
“Kamu belum tidur? Tumben?” tanya Bumi karena Aruna masih saja diam.
“Belum Mas, masih ada kerjaan.”
“Kerjaan?” Bumi melepas pelukannya, membiarkan Aruna berbalik dan menatapnya.
Aruna mengangguk. Ia tahu Bumi akan keberatan jika ia bekerja.
“Aku mau kerja lagi,” lanjut Aruna.
“Kenapa? Uang dari aku kurang?”
“Enggak, cukup. Aku Cuma bosan. Di rumah seharian nunggu kamu pulang, sedangkan kamu di luar sana entah melakukan apa.”
Bumi menatap Aruna dengan penuh selidik. Sedikit rasa takut muncul dibenaknya. Apa Aruna tahu? Tidak, Aruna tidak mungkin tahu. Ia melakukan permainan dengan rapi. Tidak mungkin ketahuan bahkan dengan rekan sekantornya.
“Memang aku melakukan apa? Aku kerja sayang. Oke, kamu mau kerja apa?” Bumi merangkul Aruna, menuntunnya menaiki tangga. Ia ingin berbicara dengan Aruna di kamar.
“Aku bisa jadi desainer lagi. Kamu tahu aku banyak buat desain di sketsa selama di rumah aja.” Benar. Kegiatan Aruna di rumah setelah tidak bekerja adalah melanjutkan hobynya di rumah. Aruna adalah desainer, ia punya butik sendiri namun harus tutup karena Bumi melarangnya bekerja setelah menikah. Aruna yang mencintai Bumi dengan sangat hanya bisa menuruti Bumi, meski itu bertentangan dengan keinginannya.
“Buka butik kamu lagi? Aku tahu kamu masih sering ke sana.”
Keduanya tiba di kamar, Bumi melepaskan dasi dan kemejanya. Bersiap untuk mandi, tapi ia masih ingin berbincang dengan Aruna.
“Iya. Dan maaf, kali ini meskipun kamu larang, aku mau kerja lagi. Karena sepertinya, kamu suka sama Perempuan yang bekerja.” Aruna berbicara dengan tenang, namun ekspresinya berubah. Bumi tahu Aruna sedang menyindirnya. Sial. Apa Aruna tahu?
Tidak. Selama belum ada pernyataan dari Aruna, ia tetap tidak akan bertanya atau bertingkah mencurigakan. Baiklah, kali ini ia harus menuruti keinginan Aruna.
“Baiklah, kamu boleh kerja lagi. Tapi jangan terlalu capek ya? Dan, ayo kita mulai program lagi. Sudah 3 bulan sejak kamu kecewa dengan hasil tespack. Kita control lagi ya ke dokter.” Bumi merangkul Aruna yang duduk di ujung ranjang. Keudanya sempat melakukan program hamil dengan dokter, dan ketika Aruna terlambat haid, keduanya sangat senang. Namun hasil tespack mengecewakan. Sejak itulah keduanya mulai berjarak. Selang satu bulan, Aruna mengetahui Bumi berselingkuh.
Aruna mendesir. Sudah lama tidak merasakan sentuhan langsung dari suaminya seperti ini, apalagi kini Bumi tidak mengenakan atasan. Memamerkan lekukan tubuhnya karena rutin berolahraga. Bumi tampan, tubuhnya atletis namun tidak berlebihan. Wanita mana yang tidak akan tertarik?
“Mas aku lagi halangan,” ujar Aruna Ketika Bumi mulai mengerayanginya. Tidak berhenti, Bumi masih menjelajah leher jenjang istrinya. Sial, Aruna sangat wangi. Kenapa bisa ia berhenti menyentuh tubuh seindah ini?
“Mas,” Aruna menegur Bumi karena ia kini menurunkan tali lingerienya.
“Biarkan aku. Aku bisa bermain sendiri, atau kamu bisa bantu dengan tangan kamu.”
Seperti biasa, dulu Ketika keduanya masih sangat romantis, jika Aruna berhalangan keduanya selalu bisa mencari celah untuk mengganti aktivitas suami istri agar tetap terlaksana.
Bumi merebahkan Aruna. Aruna memejamkan matanya, disisi lain ia sangat jijik disentuh oleh Bumi. Ia Kembali mengingat rekaman video yang ia terima dua bulan yang lalu. Bagaimana Bumi menyentuh Wanita itu, bagaimana keduanya melakukan aktivitas yang hanya suami istri boleh lakukan. Aruna bergidik ngeri. Perutnya mual. Dadanya berdetak tidak karuan.
‘Tahan Aruna, tahan…’ Aruna menguatkan dirinya kala Bumi mulai bermain dengan bagian atas tubuhnya. Hal yang sangat Bumi sukai dari dirinya. Ah, apa semua Wanita? Aruna berdecih. Untung saja Bumi tidak melihat wajahnya saat ini.
“Mas, kamu mandi dulu ya,” ujar Aruna Ketika Bumi ingin melakukan tahap berikutnya. Untung saja Bumi menurut.
“Kamu tunggu aku ya, jangan tidur dulu.” Bumi mencium kening Aruna dan segera ke toilet.
“Bahkan, aroma tubuh Wanita itu masih melekat di badan kamu, Mas. Beraninya kamu menyentuh aku setelah kamu bermain dengan w************n itu.”