CHAPTER 2

1399 Words
                                                                                  Happy reading^^ Ketika sampai di Indonesia, mereka disadarkan oleh para Pramugari. Untuk segera mengemasi barang-barangnya. Lalu mereka turun dan berjalan menuju mobil hitam milik Galari di Indonesia lalu menaikinya. Ketika mereka bertiga naik, bayangan yang tadi Ryon lihat, tiba-tiba saja melambaikan tangannya kepada Ryon seakan-akan mengatakan 'selamat berjuang'. Mereka bertiga langsung menuju ke tempat kejadian tanpa basa-basi, di sana mereka melihat Profesor Haswan tengah menghampiri mereka. "Ansley, terdapat ukiran aneh di batu tersebut," cemas Prof. Haswan. "Kami akan melakukan yang terbaik, sebaiknya yang lainnya harap mundur Prof," ujar Ansley. Prof. Haswan mengangguk dan  menyuruh anak buahnya menjauh dari tempat kejadian. Agar Ansley dan yang lainnya leluasa melakukan penelitian. Batu ini berukuran sedang yang masih bisa dibawa oleh manusia, tapi ledakan yang dibuatnya begitu dasyat untuk batu seukuran ini. Bukankah aneh? Batu sebesar ini menyebabkan lubang sedalam 1 meter dan berdiameter 2 meter, dasyatnya bukan main. "Sebenarnya batu seperti ini sudah ada beberapa di lab kami. Dalam beberapa bulan yang lalu, lebih tepatnya pada bulan Maret, dan ini sudah yang kesembilan." Penuturan Prof. Haswan membuat ketiga peneliti itu terkejut. "Apa kau melaporkannya?" tanya Ansley. "Ya, tetapi Syra menyuruhku menyimpan dan membiarkannya saja. Karena bagi dia ini hanya sebuah meteor yang jatuh ke bumi," ujar Haswan. "Sebenarnya kami sangat mengkhawathirkannya, karena di batu ini terdapat ukiran aksara Yunani yang tak ku mengerti," jelas Haswan. "Kalau begitu apa boleh kami melihat batu yang sudah kalian kumpulkan? Sepertinya kata-kata ini semua tersambung," ujar Hylus. Prof. Haswan mengangguk, dia menyuruh ketiga peneliti itu mengikuti dirinya masuk ke dalam lab khusus. Setelah mereka semua sampai di lab khusus, semua batu yang disimpan langsung dikeluarkan kembali dan dijejerkan satu-persatu. Lalu Ryon pun membaca ukiran aksara Yunani kuno yang berada di batu itu dengan urut. "Apa yang kau bicarakan?" tanya Hylus. "Aku membaca ukiran yang terdapat di batu secara urut," ujar Ryon. "Apa kau tahu artinya?" tanya Ansley. "Ya, artinya adalah 'itu kejutan ke bulan November sangat bagus akan kejutan lain di bulan Desember hati-hati teman' yang kalau diartikan lebih rinci, itu kejutan di bulan november sangat bagus bukan? Akan ada kejutan lain di bulan Desember, hati-hati teman," jelas Ryon. "Astaga apa karena ini bayangan itu melambaikan tangan?" gumam Ryon. "Apa maksudmu dengan bayangan itu? Kau melihatnya lagi?" tanya Ansley. "Sebelum kita menaiki mobil kemari, aku melihatnya melambaikan tangannya kepadaku lalu hilang begitu saja," ujar Ryon. "Apa benar dia yang membuatnya rumit seperti ini?" gumam Hylus. "Ini pertanda buruk bukan?" tanya Haswan, sedangkan yang lain masih kebingungan. "Profesor apa boleh kami membuka akses ruang rahasia disini? Kami membutuhkannya," ujar Hylus. "Tentu saja mari ikut aku," ujar Haswan. "Ayo kita bawa batu-batu ini," ujar Ansley, seraya meletakkan kembali batu-batu itu dalam satu tempat khusus lalu mendorongnya menyusul Haswan. "Ini dia kartunya, jika kalian butuh bantuan dari staff kami atau bantuan lainnya tinggal bilang saja oke?" tanya Haswan seraya menepuk pundak Ryon dan pergi. "Ayo masuk," ujar Hylus seraya mendorong meja yang berisi batu itu masuk kedalam pintu. Ketika mereka sampai di ruangan rahasia, Ansley langsung memutuskan untuk bertukar pendapat di meja bundar yang memiliki teknologi canggih itu. "Bisakah kita ulang videonya?" tanya Hylus. "Baik mari kita pecahkan segala teka-teki ini," ujar Ansley. Akhirnya mereka semua memutar ulang video dokumentasi, yang direkam oleh Ansley. Mereka sangat memperhatikan video itu, sangat-sangat diteliti dari awal. "Lihat!!" sentak Ryon seraya mempause videonya. Dia langsung memperbesar gambarnya dan menunjukkan kepada rekan-rekannya itu. "I-Itu bayangan yang kau lihat Ryon?" tanya Hylus dan Ansley bersamaan. "Dia yang melempar batu itu," gumam Ryon. "Apa?!" sentak Ansley dan Hylus. "Kalian tak melihatnya? Tepat di menit 02.30 tadi kita melihat batu itu jatuh, dan di menit 05.30 bayangan ini muncul saat kemarin kita lihat. Namun sekarang aku melihatnya di menit 02.35 setelah batu itu jatuh. Jadi lihatlah, tangannya seperti sesudah melempar sesuatu," jelas Ryon. "Ryon benar, awalnya aku melihat tangannya saja. Namun sekarang aku melihatnya," ujar Hylus. Namun, tiba-tiba saja Ansley terlempar ke sudut ruangan tanpa ada yang mendorongnya. "Ansley!!" teriak Hylus dan Ryon. "Bisakah kau pergi? Apa maumu hah?!" marah Ryon. "Apa yang kau bicarakan? Kau gila?!" kesal Hylus. "Aku tak berbicara padamu, aku berbicara pada bayangan hitam dibelakangmu," ujar Ryon. "Saya hanya ingin melindungi rahasia terbesar di seluruh dunia, tetapi Anda menghancurkannya. Saya tidak akan pernah memberi tahu Anda rahasia ini dan kami akan melenyapkan Anda semua," ujar bayangan tersebut menggunakan bahasa Yunani. "Kau yang menghancurkan segalanya, siapa kau sehingga bertindak seperti tuhan? Kau tak pantas untuk dipatuhi. Aku dan yang lainnya tetap akan mengetahui rahasia mu dan memusnahkan kalian semua yang meresahkan umat manusia," tantang Ryon. "Jika Anda melakukannya, Anda akan menghancurkan umat manusia Saya yakin suatu hari Anda akan berlutut meminta bantuan saya, tunggu," balas bayangan tersebut. Tak lama bayangan itu hilang dan Ansley pun tersadar. "Apa yang terjadi?" tanya Ansley. "Ryon berkomunikasi dengan bayangan yang kita lihat di video tadi," ujar Hylus. "Kau hanya mendengarkannya saja?" tanya Ansley. "Ya, memangnya kenapa?" balas Hylus. "Ku yakin kau ketakutan, dan merinding karena melihatnya secara langsung," ledek Ansley. "Ku harap kau tidur kembali Ansley," gerutu Hylus. "Dia bukanlah dalang dari semua ini. Ku rasa, ada seseorang yang membuat kejadian aneh seperti kemarin," gumam Ryon. "Dia berkata apabila kita berhasil menemukan rahasia di balik semua ini, umat manusia akan punah, dan kita akan berlutut di depannya untuk meminta bantuan," ujar Ryon. "Apa kita akan menjalani ekspedisi yang mengorbankan nyawa kita bertiga?" bingung Hylus. "Bayangan itu bukan makhluk kasat mata yang biasa ku lihat, seperti sekarang, aku tengah melihat hantu Indonesia yang bernama kuntilanak sedang berada di punggungmu," ujar Ryon seraya menatap Hylus. Sedangkan Hylus mulai berkeringat dingin ketika mendengar perkataan Ryon tentangnya, sungguh ia merasa berat di punggungnya. Hylus sangat takut kepada makhluk kasat mata seperti itu, bukan takut tapi lebih ke trauma. Trauma karena ketika ia kecil ia pernah merasakan yang namanya dirasuki. "Kumohon pergilah kami tengah melakukan pekerjaan yang berat, temanku juga ketakutan," ujar Ryon. "Hihihihihihihihihi," Kuntilanak itupun pergi dengan ketawanya yang nyaring. "Haha ... apa itu, astaga aku tak akan sanggup menjadi Ryon," gumam Hylus dengan berkeringat dingin. "Lihat kau sangat ketakutan haha ...," ledek Ansley. "Kau lebih baik pingsan," balas Hylus. "Kau mengharapkan aku ditendang oleh bayangan itu lagi?!" sentak Ansley. "Lalu kau menginginkan aku di hinggapi makhluk seperti tadi lagi?!" balas Hylus. "Ih kok marah?!" ledek Ansley. "Diam!!" marah Ryon yang tengah melihat kedua teman dan rekannya itu bertengkar. "Apa kalian tak lelah? Aku pusing melihat kalian yang selalu bertengkar," ujar Ryon lalu kembali ke meja yang masih terpampang hologram video dokumentasi tadi. "Maaf," ujar Ansley dan Hylus bersamaan. "Kalian seperti bunga matahari dan lebah ketika akur saling menguntungkan, namun ketika kalian bertengkar kalian akan menjadi kucing dan anjing yang bermusuhan dari kapan tau," jengkel Ryon. "He he he ...." Sedangkan kedua orang yang dimarahi malah ketawa-ketawa. Sungguh menyebalkan bukan? "Sudahlah, kita lanjutkan penelitian kita," ujar Ryon yang kembali duduk ke meja canggih tadi. Hylus dan Ansley hanya mengekori dari belakang, karena takut. Namun, Ryon bangkit dan melihat lihat batu yang tadi mereka kumpulkan bersama untuk menyambungkan ukiran-ukiran kata yang berada di batu tersebut. Jika dipikir-pikir, ketika Ryon melihat batu itu kembali. Ukuran batu itu semua sangat berbeda beda ada yang sedang, besar dan kecil. Lalu di sinilah sekarang, entah angin darimana Ryon langsung mengeluarkan semua batu tersebut dan membuat Ansley dan Hylus kebingungan. "Apa yang kau lakukan Ryon?" tanya Ansley. "Lihatlah, ini membentuk sesuatu jika mereka semua disatukan," ujar Ryon yang masih sibuk menyatukan semua batu tersebut. "Kau benar, bagaimana dia bisa jadi sejenius ini?" heran Hylus. Namun ketika Ryon ingin menyatukan satu bagian dengan bagian yang lainnya, batu itu bercahaya dan mengeluarkan sedikit asap berwarna putih yang membuat Ryon dan yang lainnya sangat terkejut. Ketika mereka menyatukan semua bagian batu tersebut, bagian yang telah menjadi satu itu melayang di udara, membuat cahaya yang mengharuskan mereka menutup matanya. "Apa ini, kenapa semuanya menjadi terang seperti ini?!" ujar Hylus. Di sela-sela kepanikan yang di alami mereka, tiba-tiba Ryon berteriak bahwa dia tak menemukan Ansley. "Apa maksudmu Ryon?!" pekik Hylus. "Ansley tak ada! Apa kau tak mendengarnya?!" kesal Ryon. Sedangkan di sisi lain Ansley tengah meminum secangkir teh yang hangat di luar ruangan rahasia. "Ku harap mereka semua tak panik ketika menyadari aku tak ada di dalam ruangan," gumam Ansley yang masih asik menyuruput teh. Tanpa tahu bahwa teman-temannya tengah panik karena kehilangan dia. Masih dalam keadaan panik, Hylus dan Ryon masih mencari kemana Ansley saat ini tanpa tahu bahwa temannya itu kini tengah asik meminum teh hangat. Audunic☆
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD