“Masuklah. Aku akan mengantarkanmu!” ucap Nathan sambil tersenyum menatap Belva, ia memberikan isyarat dengan menggerakkan kepalanya ke arah pintu agar Belva segera masuk ke dalam mobil. Mau tidak mau, Belva pun masuk ke dalam mobil. Ia takut jika Nathan bersikap nekad seperti tadi. Belva tidak percaya betapa gigihnya Nathan mengajaknya makan siang. Bahkan, saat ia mengatakan tidak bisa makan siang, pria itu tetap datang ke kantor menjemputnya. Sepanjang jalan Belva hanya diam. Nathan melirik ke arah Belva. “Apa ada masalah?” Nathan membuka pembicaraan, setelah beberapa menit keadaan di dalam mobil cukup boring. “Nothing!” “Em, jadi apa masalahnya?” Nathan kembali bertanya, walaupun Belva jelas mengatakan ‘nothing’ tapi Nathan jelas tahu jika ada sesuatu yang terjadi pada Belva. “Kata