“Itu bagus. Kau tidak pantas untuk pria seperti Kevin,” ucap Wenda dengan tegas.
Raut wajah Belva datar, tidak ada ekspresi sama sekali saat berbicara mengenai perceraian. Dia serius tetapi juga tenang.
Wenda pikir dia salah dengar sampai Belva melanjutkan, "Aku harus menemukan perjanjian yang kubuat dengan Kevin."
"Huh. Kau benar-benar serius ingin bercerai dengannya."
Belva menatap ke arah Wenda. “Apa wajahku seperti sedang bercanda?”
“Kau serius ternyata.” Wenda hampir tidak bisa menahan air matanya. Sahabatnya itu akhirnya bisa berpikir dengan benar meninggalkan keluarga Collins yang toxic.
Mengingat bagaimana keluarga Collins membuat Wenda sangat kesal.
“Tenang saja. Aku akan membantu mengurus seluruh perceraianmu sesegera mungkin. Biarkan saja, si Kevin dengan wanita jalang itu. Kita akan membuat mereka menyesal telah memperlakukanmu selama ini dengan tidak baik.”
Perceraian Belva telah ditunggu oleh Wenda sejak lama. Dia sama sekali tidak setuju dengan Belva menikah dengan Kevin, ia tahu jika Belva hanyalah mengejar seseorang yang tidak akan pernah mencintainya. Namun, dia hanya bisa menjadi seorang sahabat yang baik, selalu menjadi support bagi Belva.
Sekarang Belva ingin bercerai, dia tidak ingin membuang waktu lagi. Setibanya di rumah, dia membantu Belva untuk menemukan surat perjanjian yang dimaksud oleh Belva.
“Kau serius membuat perjanjian ini? Kau tidak menginginkan apapun setelah bercerai? Apa kau gila, Belva? Ini benar-benar menguntungkan bagi si pria b******n Kevin.”
Belva mengambil perjanjian perceraian dan meliriknya. "Sepertinya kau lupa siapa aku, Wen. Kau pikir aku akan kekurangan uang?"
Benar, Wenda lupa siapa Belva sebenarnya. Sahabatnya itu sama sekali tidak kekurangan uang sama sekali. Dia adalah putri tunggal dari keluarga terkaya di kota Jakarta, keluarga Istav. Belva Stephani Istav, itu adalah nama asli Belva. Saat memutuskan untuk menikah dengan keluarga Collins, Belva harus mencopot marga Istav dari namanya.
“Apa mereka tahu jika kau akan bercerai dengan Kevin?”
Belva terdiam sesaat, dia tidak mungkin lupa dua kakak laki-lakinya. Xavier Grey Istav dan Dante Rivers Istav, kedua pria itu mungkin telah mendengar mengenai isu perceraian dan perselingkuhan suaminya. Apalagi sang ayah, Evander Istav.
Keputusannya pergi dari rumah demi menikahi dengan Kevin membuat tidak diperbolehkan memakai marga Istav miliknya.
“Sepertinya kau belum menghubungi mereka, ya?”
Belva tidak menjawab, Wenda pun tidak menuntut sahabatnya itu menjawab.
“Sebaiknya kita segera pergi ke Ardent Industries,” ucap Wenda dengan menggebu-gebu. Dia yang paling menginginkan perceraian Belva dan Kevin. Jika bukan karena kemacetan di siang hari, dia ingin menginjak pedal gas untuk melaju lebih cepat.
Sementara, Kevin yang berada di perusahaan memikirkan keinginan Belva untuk bercerai dengannya. Setengah jam kemudian, mobil berhenti di gedung Ardent Industries
Wenda menoleh untuk menatapnya. "Ingat, lakukan dengan tenang dan cepat. "
Belva menundukkan kepala dan tersenyum. "Jangan khawatir."
Apa yang telah alami selama tiga tahun, akan segera berakhir. Belva langsung masuk ke gedung dengan perjanjian perceraian. Tidak ada yang menghentikan langkah kakinya untuk masuk, tetapi semua mata menatap ke arahnya penuh dengan ketidaksukaan. Dia tahu apa mengapa mereka melakukan hal itu. Kali ini dia adalah Cruella.
Bahkan sebelum Belva tiba di kantor Kevin, Kevin sudah mendengar dari sekretarisnya, Jason Ferdinan, bahwa dia ada di sana.
"Biarkan dia masuk." Dia ingin melihat trik apalagi yang ingin dimainkan Belva.
Jason mengangguk. "Oke, mengerti, Tuan."
Dengan itu, dia berjalan keluar dari kantor dan meninggalkan beberapa ruang untuk Kevin. Setelah Belva keluar dari lift, dia langsung pergi ke kantor Kevin. Dia sudah beberapa kali ke sana, jadi dia tahu di mana kantornya.
Sepanjang jalan, para karyawan menyapanya dengan acuh tak acuh. Biasanya, Belva akan tersenyum dan merespons, tetapi dia telah kehilangan kesabaran untuk melakukannya hari itu. Dengan sepatu hak tingginya, dia langsung pergi ke kantor Kevin. Dia mengetuk pintu, dan sebelum orang di dalam bisa menjawab, Belva sudah mendorong pintu terbuka dan masuk.
"Segera tangani perjanjian perceraian, ini,” seru Belva memberikan surat perceraian di hadapan Kevin.
“Hebat sekali kau, Belva. Setelah membuatku gagal menjadi seorang ayah, sekarang kau menginginkan perceraian.”
Belva melipat tangannya, dia tidak ingin berdebat kali ini. “Segera tandatangani, aku akan menemuimu di pengadilan, jam sembilan, besok pagi."
Belva berjalan ke meja dan meletakkan perjanjian perceraian yang telah ditandatangani di hadapannya. Setelah melakukan semua ini, dia berbalik dan pergi tanpa ragu-ragu.
Belva membutuhkan waktu kurang dari sepuluh detik untuk memasuki kantor Kevin dan pergi. Kevin memperhatikannya pergi, dan matanya berangsur-angsur menjadi gelap. Kevin meraih kesepakatan perceraian di atas meja. Belva telah menandatanganinya, dan kolom kosong di sebelah tanda tangannya adalah untuknya.
Kevin tidak bisa menahan tawanya saat membaca isi perjanjian yang mengatakan jika Belva tidak menginginkan properti atas namanya. Tidak sepeserpun.
“Dia terlalu percaya diri bahkan tidak menginginkan sepeserpun dariku.”
Mata Kevin melihat ke arah luar, menatap gedung-gedung pencakar langit di hadapannya. “Belva. Apa yang akan kau lakukan setelah bercerai denganku? Apa kau bisa hidup tanpa sepeserpun hartaku?”
Kevin ingin melihat apa Belva akan menceraikannya begitu saja! Kevin menjadi marah, dia merobek perjanjian perceraian di tangannya.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Belva menyelesaikan semuanya, hatinya cukup lega dan tidak ada lagi yang mengganjal di hatinya. Dia sangat kecewa padanya sehingga dia tidak lagi memiliki harapan. Dia meninggalkan Ardent Industries dan menatap langit yang suram. Hatinya pahit, tetapi perasaan tercekik tidak lagi membuatnya kewalahan.
Wenda benar. Terkadang perceraian adalah jalan terbaik dari pernikahan. Belva berjalan ke mobil dan mengetuk pintu. Wenda sedang menjawab telepon. Ketika dia melihat Belva kembali, dia segera membuka pintu.
Belva diam-diam duduk dan tidak mengganggunya. Begitu dia mengencangkan sabuk pengamannya, dia mendongak dan menemukan bahwa Wenda sedang menyerahkan ponselnya.
Belva mengangkat alis. "Siapa?"
"Xavier."
Mendengar nama Xavier membuat Belva membeku sesaat. Beberapa saat kemudian ia mengambil ponsel Wenda dan menyapa, "Kakak."
"Pulang! Sudah cukup main-mainnya, Belva!” Suara berat di seberang telpon membuat Belva sedikit bergetar. Sudah tiga tahun dia tidak pernah mendengar suara Xavier. “Kami menunggumu pulang!”
Tiga tahun lalu, ketika dia akan menikah dengan Kevin, kakak, orang tuanya dan orang-orang di sekitarnya hampir semuanya menentang pernikahan itu. Namun, dia sama sekali tidak mendengarkan larangan itu. Dia pikir Kevin bersedia menikahinya karena pria itu pasti memiliki perasaan padanya.
Namun, butuh tiga tahun bagi dirinya menyadari jika dia sangat bodoh!
Ternyata seorang Kevin mencintai Sarah. Namun, mereka tidak bisa bersama karena status Sarah seorang wanita malam yang membuat keluarga Collins menentangnya. Dia, yang disebut Ny. Collins, hanyalah kedok bagi mereka.
Sungguh konyol bahwa dia telah mengkhianati keluarganya untuk pria seperti itu. Evander berkata, "Jangan menjadi putriku jika kau bersikeras menikah dengannya!"
Belva tiba-tiba menangis. Dia takut sang kakak, di ujung telepon, akan mendengarnya menangis, jadi dia hanya bisa menahan tangisnya. Namun, karena keluhan yang tak terhitung jumlahnya, bahunya bergetar menyedihkan.
"Belva!"
“Iya!” Belva menjawab singkat dengan suara bergetar.
“Selesaikan urusanmu secepatnya!” Xavier mematikan telpon setelah mengatakan itu.