Ketika aku hendak berlari ke arah jasad adikku, Richard mendekapku dengan sekuat tenaga. Aku berteriak, meronta, menangis sekuatnya melihat adikku terbaring di sana. Saat aku menikah ia terlihat baik-baik saja, hanya tak banyak bicara, dia lebih memilih diam di dalam kamarnya. Kupikir dia lelah. Air mataku tak mau berhenti mengalir, aku berteriak memanggil namaku berulang-ulang kali, meminta Richard untuk melepaskanku, tapi ia benar-benar tak melepaskanku, berulang kali ia bisikkan sesuatu di telingaku "adikmu sudah di wudhui, biarkan dia suci..." aku mengerti maksudnya, tapi apa aku sanggup tak menyentuhnya sama sekali untuk kali terakhir? Aku memohon pada Richard untuk melepaskanku. Tubuhku telah lemas dalam dekapannya, bukan karena aku lelah memohon agar ia melepaskanku, tetapi aku ben