Transformation 30

1168 Words
"Saat menjelajahi dunia luar selama dua tahun, aku melihat begitu banyak hal yang seharusnya tidak pernah dilihat oleh orang yang terlahir di dalam dinding. Bukan hanya kota terbengkalai dan hutan rimba, tapi juga lautan dan pulau." Yeona menyandarkan kepalanya ke bahu Qiu Shen. "Aku harap, suatu saat kau bisa melihatnya juga." "Jika mau, kita bisa pergi sekarang juga." Yeona mendongak. "Sekarang?" "Hn." Tidak ada sedikitpun keraguan di wajah Qiu Shen ketika mengatakan itu. Yeona yakin, jika dia mengangguk, pria itu akan langsung membawanya pergi saat ini juga, meninggalkan tempat kelahiran yang sudah menjadi kurungan besar bagi Yeona ini. Yeona tergoda, tapi beberapa hal masih mengikatnya pada Athena, yang tidak bisa dia tinggalkan begitu saja, selain itu. "Dunia luar memang indah, tapi tidak akan jauh berbeda dari tempat lain jika tidak ada sentuhan manusia." Qiu Shen mengangkat alis. "Kau ingin mengembalikan peradaban manusia?" Yeona tidak berani mengangguk, karena apa yang Qiu Shen tanyakan terlalu berat. Tapi pikiran itu memang melintasi terus menerus di kepala Yeona. Tentang betapa baiknya jika manusia bisa bangkit lagi dan kembali menjelajahi dunia. "Ambisimu cukup besar." Yeona menunduk malu. "Aku tahu kalau itu terdengar bodoh dan mustahil, tapi saat melihat banyak hal di luar, aku jadi serakah." "Apa aku bilang mustahi?" "Huh?" Yeona mendongak dengan mulut setengah terbuka. "Maksudmu?" Qiu Shen membelai pipi gadis itu dan memperlihatkan tatapan yang tidak akan pernah dilihat oleh orang lain, sebuah tatapan hangat yang mampu melelehkan dingin di pipi Yeona. "Jika kau mau, aku akan membantumu mewujudkannya." "Tapi ... "Kata 'Tapi' dalam sebuah rencana besar adalah penghalang. Jika ingin menggapai mimpi yang setinggi langit, maka kau harus punya pendirian kuat dan tentunya sayap yang kokoh untuk melawan angin." Qiu Shen menyelipkan rambut ke belakang telinga Yeona. "Jangan menyerah sebelum mencoba." Yeona menyentuh tangan Qiu Shen yang masih bertengger di pipinya dan tersenyum lebar. Terima kasih, Yeona ingin mengatakan itu tapi merasa dua kata itu tidak cukup, jadi yang bisa dia lakukan hanya memberikan kecupan singkat ke bibir pria itu. "Kau membuat pilihan yang bagus." Qiu Shen berbisik pelan dan menarik Yeona ke pangkuannya untuk memperdalam ciuman, kemudian sepenuhnya mengendalikan cumbuan itu. *** "Uhuk ... " Mila minum beberapa teguk air putih untuk melegakan tenggorokannya, sebelum menatap dua orang di depannya dengan mata melebar. "Kalian mau membentuk Guild?" Yeona mengangguk pelan. "Jika kau juga setuju, kita bisa mulai mencari anggota mulai sekarang." Mila berkedip beberapa kali, barulah dia mengerti bahwa Yeona tidak hanya memberitahunya kalau dia dan Qiu Shen ingin membentuk guild, tapi juga mengajaknya berpartisipasi di dalamnya. Yeona dan Qiu Shen itu adalah sepasang kekasih, sedangkan Mila selalu menganggap dirinya hanyalah seorang teman yang sebenarnya cukup merepotkan karena tidak memiliki apa-apa. Tapi hari ini Yeona menunjukkan bahwa dia menganggap Mila lebih dari itu. Untuk membuat keputusan besar, Yeona juga membutuhkan persetujuannya dan menghargai pendapatnya. Melihat sahabatnya belum memberi tanggapan, Yeona bertanya kembali. "Bagaimana?" Mila menunduk untuk menyembunyikan matanya yang mulai memerah. "Aku tidak keberatan, tapi ... Aku cemas jika hal seperti dua tahun lalu terjadi lagi." Bagaimanapun, karakter orang-orang di dalam distrik seratus satu tidak bisa ditebak, sedangkan membentuk guild dan menjalankan misi perlu kepercayaan dan kerja sama. Yeona juga memaklumi kecemasan Mila karena dia juga memiliki kecemasan yang sama sebelumnya. Dia mendekat dan menepuk pundak sahabatnya itu dan memperlihatkan senyuman menenangkan. "Tenang saja, untuk anggota, kita tidak akan merekrut orang sembarangan, tapi kita akan mencari kemudian mengajak mereka bergabung." Mila tidak mengerti di mana letak perbedaannya, jadi bertanya dengan tatapannya saja. "Kita tidak akan mengumumkan berdirinya guild kita sampai anggota yang kita inginkan terkumpul, dan soal karakter ... " Yeona menatap ke arah kekasihnya yang sedang makan tanpa bersuara. "Qiu Shen bisa menilai mereka dengan sangat baik. Bagaimana?" Mila tidak tahu kekuatan Qiu Shen yang bisa membaca pikiran orang lain, tapi dia tidak ragu dengan kemampuan pria itu menilai orang. Jadi, semenjak hari itu, ketiganya mulai membuat list orang-orang yang sekiranya bisa diajak bergabung, tentu saja setelah melalui banyak seleksi. Kemudian mendiskusikannya lagi sebelum mulai mengamati semua gerakan mereka. Tentunya, tugas memilah adalah Yeona dan Mila, sedangkan yang memata-matai adalah Qiu Shen dan Wyn. "Ben dan Homi?" "Hn." Dua mantan anggota BeeOne guild itu adalah list pertama yang lolos dari penilaian Qiu Shen hanya dalam sehari. Mila meraih kertas yang mencatat tentang riwayat kedua pria itu. "Aku mendengar, mereka berdua juga langsung meninggalkan Guild begitu aku dan Qiu Shen pergi." Yeona juga sudah mendengar itu dari Qiu Shen dan memang sudah berpikir untuk merekrut Ben, hanya saja Yeona belum mengenal Homi dengan baik. "Jadi, tentang dia yang pembunuh bayaran itu ternyata bukan gosip?" Mila memperlihatkan jumlah korban yang mati di tangan Homi. "Korbannya mencapai ratusan, dan bahkan sudah masuk penjara tiga kali hingga akhirnya dia dikirim ke distrik seratus satu." Yeona mengangguk. "Tapi, riwayat kejahatan mereka bukan poin pentingnya, jika dia sudah lolos dari penilaian Qiu Shen, maka kita akan merekrutnya." Mila mengangguk. "Tentu, lagipula kita juga penjahat kan?" Yeona tertawa pelan. "Baiklah, kita akan menemui dua rekan lama kita ini dulu." Sama seperti Qiu Shen, setelah keluar dari Guild Ben dan Homi mendaftarkan diri mereka sebagai penyintas tunggal dan menolak semua tawaran guild yang ingin merekrut mereka. Sekarang ini, Ben sedang aktif menjadi petarung di black market dan telah membuat nama yang cukup unggul di sana. Jadi untuk menemuinya dengan mudah, Yeona memutuskan untuk mendaftar diri sebagai lawan, karena nama Qiu Shen sudah di banned dari arena itu. "Jadi, bagaimana bisa namamu di banned dari list petarung?" Selagi menunggu nomor urutnya dipanggil, Yeona asyik menggoda kekasih berwajah datarnya. Qiu Shen bersedekap. "Mereka terlalu lemah." "Mereka yang terlalu lemah atau kau yang terlalu overpower?" "Keduanya." Yeona mengangguk-anggukkan kepala. "Saat di arena turnamen, jika aku tidak melarikan diri, apa kau akan bertarung melawanku?" "Hn." "Hn itu, Ya atau tidak?" Qiu Shen melirik sekilas dan menjawab dengan dua huruf konsonan yang sama lagi. Yeona jadi kesal dan meninju bahu pria itu, tentunya tidak terlalu keras, tapi juga tidak pelan. "Jawab dengan serius." "Aku akan melawanmu." "Lalu? Apa kau akan mengalahkanku atau mengalah untukku?" "Mengalahkanmu," jawab Qiu enteng, tanpa tahu jawaban itu bukanlah jawaban yang Yeona harapkan. "Jadi kau akan memukulku?" Yeona menatap dengan mata membulat lebar. "Wah, aku tidak tahu kalau orang yang aku pacari tidak punya hati seperti ini." "Aku bilang mengalahkan, bukan memukul." "Apa bedanya!" "Beda, aku tidak perlu memukul, hanya perlu membuatmu pingsan, dengan begitu aku tidak perlu susah payah berlari untuk mengejarmu." Yeona diam, jadi sebenarnya Qiu Shen sudah mengantisipasi bahwa dia akan lari saat itu? "Tentu saja, suaramu yang berencana melarikan diri bahkan lebih keras dari suara MCnya." Yeona kesal lagi dan mengganti tinjunya dengan capitan kecil untuk mencubit daging di pinggang Qiu Shen, tapi seolah tidak merasakan sakit, pria itu tetap berwajah datar dan hanya melerai tangan Yeona ketika gadis itu mulai menggelitik. "Aku tidak mau tahu, pokoknya mulai sekarang, kau tidak boleh membaca pikiranku lagi. Mengerti?" Qiu Shen hanya melirik, tidak menjawab dan menonton pertarungan lagi. "Mengerti?" "Tidak." "Hey!" Tapi saat itu, nama Yeona telah dipanggil sebagai petarung selanjutnya melawan Ben. Jadi untuk membuat perhitungan pada Qiu Shen, dia menundanya dulu. Bersambung ...

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD