Qiu Shen berkendara tanpa henti dengan kecepatan tinggi dan berusaha menggunakan indra penciumannya untuk mencari keberadaan Yeona.
Tapi jarak yang terlalu jauh membuatnya tidak bisa mencium apa-apa, terlebih dengan lamanya perjalanan yang harus ditempuh untuk mencapai daerah yang tercatat di layar navigasi, kecemasan yang Qiu Shen tahan sudah sangat berat.
Qiu Shen baru bisa mencium aroma gadis yang dia cari begitu dia melewati pagar zona aman, tapi aroma bercampur darah yang familiar justru mencekik kecemasannya lebih erat.
"Qiu Shen, tunggu!" Karen yang memang sejak awal mengikutinya turun begitu melihat Qiu Shen juga meninggalkan mobil. Dia berlari kencang dan menahan lengan pria itu. "Kau harus ... Setidaknya minum penambah stamina dulu atau kau bisa saja tumbang."
Karen awalnya ingin pria itu istirahat dulu setelah mengemudi tanpa henti, tapi saat dia melihat mata merah Qiu Shen, dia mengurungkan niatnya. Sekarang, bagi Qiu Shen, prioritas utamanya adalah menemukan Yeona.
Menahannya hanya akan menimbulkan perkelahian.
Qiu Shen meraih botol yang Karen sodorkan dan menghabiskan isinya hanya dengan beberapa tegukan, kemudian melanjutkan perjalanan lagi.
Karen menghela napas pelan, minum satu botol cairan penambah stamina juga sebelum menyusul.
Karen berpikir, pencarian itu tak tentu arah, karena mereka tidak sempat menanyakan di mana Yeona ditinggalkan dan bisa saja Yeona sudah meninggalkan lokasinya semula, tapi dia salah. Tak lebih dari satu jam kemudian, Qiu Shen sudah menemukan beberapa anak panah milik Yeona yang menancap di pohon atau di tanah.
Lalu, tak lama kemudian pemandangan mencengangkan muncul di hadapan mereka.
Di tengah-tengah hutan yang penuh pepohonan rindang dan tinggi, ada satu lokasi yang semua pohonnya hampir terbabat habis, dan diantara itu semua, terdapat banyak jaring laba-laba yang berkilau ketika disentuh cahaya matahari.
"Ini ... " Karen mengulurkan tangan untuk menyentuh salah satu benang itu, yang hanya dengan sentuhan ringan sudah mampu membuat luka menganga di jarinya. "Laba-laba Albino," ujarnya pelan.
Tak jauh darinya, Qiu Shen mematung, menatap pemandangan di depannya dengan tatapan kosong, namun dari kepalan tangan yang begitu erat sudah menjelaskan bahwa emosi pria itu sedang tidak stabil.
Di tempat itu, semua barang-barang milik Yeona tercecer. Mulai dari tas, busur, sepatu, senapan dan pistol, tapi tidak ada sosok pemiliknya.
Tapi di depan sebuah pohon, tempat pistol dan sepatu Yeona tergeletak, ada bekas genangan darah yang sudah lama meresap ke tanah.
Pemiliknya sudah jelas siapa.
Qiu Shen tidak tahu harus menggambarkan perasaannya seperti apa dan tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Aroma Yeona memenuhi daerah ini tapi berakhir di sini pula.
'Kau yakin bisa menemukanku?'
Pertanyaan itu pernah Yeona lontarkan dengan nada candaan sebelum Qiu Shen pergi, tapi sekarang gadis itu benar-benar menghilang ke tempat yang sulit Qiu Shen deteksi.
"Qiu Shen ...
Qiu Shen menunduk untuk memungut cincin yang pernah dia berikan dalam wujud Onix dan memakainya di jari kelingking. "Karen, bawa semua barang-barang Yeona kembali."
"Kau mau ke mana?"
"Aku akan mencarinya."
Karen mengerutkan kening. Bukannya dia terlalu cepat menyimpulkan ke hal yang negatif, tapi yang sedang menyerang Yeona adalah laba-laba albino. Belum pernah dalam sejarah ada manusia yang selamat ketika bertemu makhluk berkaki runcing dan memiliki benang paling tajam sedunia itu, bahkan pada Spem sekalipun.
"Aku tahu apa yang kamu pikirkan." Kepalan tangan Qiu Shen hanya terurai ketika dia memasang cincin, mata gelapnya yang seolah menyimpan ribuan misteri kini berkilat oleh kemarahan terpendam. "Bahkan jika yang terburuk terjadi, aku akan menggali perut binatang itu dan membawa Yeona kembali."
"Tapi, laba-laba albino bukan monster yang bisa ditemukan hanya jika kita mencari hingga ke penjuru dunia sekalipun." Karen menghembuskan napas. "Saat laba-laba albino menyembunyikan diri, bahkan kawanannya sendiri tidak bisa menemukannya."
Kawanan yang dimaksud bukanlah laba-laba albino lain, melainkan berbagai jenis monster laba-laba yang tunduk dibawah perintah sang laba-laba putih. Karena dalam sejarah hanya tercatat satu laba-laba albino.
"Itu urusanku." Qiu Shen berbalik, melompati jaring-jaring laba-laba dengan mudah dan menghilang dari pandangan Karen dengan sangat cepat.
Sejak saat itu, Karen tidak bertemu Qiu Shen lagi dalam waktu yang lama.
***
Dud dug dug
Suara detakan yang begitu besar membangunkan Yeona, tapi bahkan setelah membuka mata, dia sama sekali tidak bisa melihat apapun.
Tempat itu lembab, lengket dan bau. Belum lagi karena tidak ada lubang udara, oksigen yang bisa Yeona hirup sangat terbatas.
Dug dug dug
Suara detak jantung itu lagi, tapi Yeona yakin itu bukan miliknya.
Apa yang terjadi?
Yeona juga bingung, karena ingatan terakhirnya berhenti sesaat setelah dadanya ditembus oleh kaki laba-laba, rasa sakitnya masih terasa begitu nyata, tapi kenapa dia masih hidup?
Yeona meraba dadanya dan menemukan memang ada luka menganga di sana, hanya saja untuk suatu alasan dia tidak merasa begitu sakit.
Dug dug dug
Yeona menoleh ke asal suara. Dan akhirnya menemukan sedikit cahaya membias tak jauh dari sana.
Dia perlahan merangkak, berusaha mengabaikan semua sensasi lengket di sekitarnya juga benda kenyal tempat dia berpijak.
Sesungguhnya, Yeona punya tebakan dalam hati tentang di mana dia berada, hanya saja dia tidak berani berpikir terlalu jauh atau mungkin dia akan putus asa saat itu juga.
Yeona tidak perlu bergerak terlalu jauh untuk mencapa sumber cahaya. Dan menemukan tak jauh dari hadapannya terdapat kristal putih besar yang dikelilingi oleh selaput tebal berbentuk bulat.
Kristal nukleus, benda itulah yang bersinar dan memperlihatkan dinding daging yang tampak bergerak di sekitarnya.
Dengan itu jugalah tebakan Yeona tentang dia yang berada di dalam tubuh laba-laba dikonfirmasi.
Yeona tidak pernah mempelajari organ-organ lengkap laba-laba tapi sekarang dia benar-benar mulai sesak dengan oksigen yang semakin menipis.
Jika ingin hidup, dia harus keluar dari sini, tapi bagaimana?
Yeona tidak tahu, tapi ada hal yang bisa dia coba di depannya.
Dia berpikir, dengan menghancurkan kristal nukleusnya, laba-laba itu akan mati, atau paling tidak ketika merasa terancam, laba-laba itu mau memuntahkannya kembali.
Resiko terbunuh jauh lebih tinggi.
Tapi tidak ada salahnya mencoba.
Yeona bergerak mendekat, memanjat dinding-dinding daging dengan sedikit bersusah payah hingga akhirnya bisa menyentuh selaput transparan yang mengelilingi kristal nukleus itu.
Hanya saja, yang tidak Yeona sangka adalah, tepat ketika dia menyentuh permukaan selaput itu, tubuhnya tiba-tiba disedot tanpa diberi waktu untuk mengelak.
Perkiraan Yeona, di dalam selaput itu adalah cairan atau semacamnya, tapi yang sebenarnya adalah ruang kosong. Sebuah ruang kosong dengan kristal yang tingginya hampir menyamai tinggi Yeona.
Di dalam, Yeona seolah lupa segalanya. Matanya fokus pada kristal bening yang seolah bercahaya, begitu cantik dan jernih.
Lalu dengan gerakan yang perlahan, dia mendekat dan mengangkat salah satu tangannya untuk menyentuh kristal itu.
Kristal itu juga menelan Yeona, tapi jauh lebih pelan dari selaputnya, bahkan ada sedikit sensasi hangat ketika dia tenggelam, tapi hal itu berlangsung hanya sekejap.
Selanjutnya, Yeona disadarkan oleh rasa sakit yang luar biasa. Kulit, daging dan tulangnya seolah remuk hingga dia tak kuasa menahan jeritan.
Tapi tidak ada suara yang bisa Yeona keluarkan, hanya darah yang perlahan keluar dari setiap pori-pori di tubuhnya, tersebar ke seluruh bagian kristal hingga ke permukaanya dan menyembunyikan gadis itu sepenuhnya.
Bersambung ...