"Aluna! Hei, Aluna! Bangun!"
Getaran pada pundak Aluna akibat guncangan yang dilakukan Alvar membuat Aluna sedikit demi sedikit membuka matanya. Namun, ketika mengingat kejadian semalam ia pun sedikit terlonjak dan membuat kepalanya kembali terantuk meja.
Aluna meringis sembari mengusap belakang kepalanya. Alvar yang melihat pun ikut mengusap kepala Aluna
"Apa rasanya sangat sakit? Tanya Alvar khawatir
Aluna hanya menggelengkan kepalanya tidak ingin membuat Alvar khawatir, ia pun segera bangun dan berpindah ke sofa didepannya diikuti dengan Alvar
"Kenapa tidur disini, Aluna? Apa tadi malam terjadi sesuatu?" Tanya Alvar penasaran
Aluna diam, ingatan akan kejadian semalam benar-benar mengerikan. Aluna bersumpah tidak ingin melihat wajah dari sosok yang bersama Aldrich lagi
Dia benar-benar kapok!
"Aluna, kenapa diam saja?" Tanya Alvar lagi
Aluna menghela nafas, menatap Alvar sembari tersenyum
"Tadi malam aku ketiduran disini, kak. Dan kayaknya aku jatuh dari sofa." Jawab Aluna mencoba tenang
Alvar mengerutkan keningnya, jawaban Aluna tidak sesuai dengan apa yang ia lihat. Jika Aluna terjatuh, seharusnya ia tidak dalam posisi duduk dengan tubuh bersandar pada meja
Tak berselang lama, Aldrich datang membawakan segelas air. Memberikannya pada Aluna dan langsung diterima oleh Aluna
"Apa kamu baik-baik saja, Aluna?" Tanya Aldrich
Aluna menganggukkan kepalanya
"Saya baik-baik saja pak." Jawab Aluna
Aldrich tersenyum tipis. "Jangan panggil saya pak. Kamu boleh panggil saya nama atau kakak, lagipula umur saya dan kakak kamu sama." Ujarnya
Aluna hanya menganggukkan kepalanya
Mereka bertiga pun terdiam dengan pikiran masing-masing. Aluna yang memikirkan kejadian semalam, Alvar yang penasaran dan Aldrich yang memikirkan tentang sosok yang selalu bersamanya
Aluna tidak tahu jelas mengapa sosok itu mengganggunya, tapi yang ia tahu bahwa sosok itu tengah memperingatinya untuk menjauhi Aldrich
Tapi jika sosok itu menyuruhnya menjauhi Aldrich, tidak harus dengan cara seperti itu kan? Tadi malam itu benar-benar pengalaman mengerikan yang tidak ingin ia dapatkan lagi
Aluna menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, kembali meminum air yang dibawakan Aldrich tadi. Matanya menatap jam yang telah menunjukkan pukul delapan pagi
Aluna membulatkan matanya, ia pun segera bangun dan berlari menuju kamarnya. Bagaimana bisa ia lupa kalau ada kuliah pagi ini
Ah, bisa dipastikan bahwa ia terlambat datang. Tapi tak apalah, daripada ia tak datang sama sekali
"Aluna, hati-hati. Jangan lari!" Teriak Alvar melihat tingkah Aluna yang tergesa-gesa
***
Aluna menghela nafas, malam telah tiba dan William tidak muncul sama sekali. Aluna jelas tahu kalau William itu hantu penakut, apalagi aura di rumah ini terasa suram dan mendominasi yang membuat Aluna sendiri tidak nyaman
Jika saja bisa, ia ingin mengusir Aldrich dari rumah tapi ia juga tidak enak karena ia sendiri yang mengijinkan Aldrich untuk tinggal disini
Ia juga tadi siang bercengkrama dengan kuntilanak yang berada didepan rumahnya
"Dia sangat kuat, Aluna. Kau harus benar-benar pintar untuk mengalahkannya."
Hanya itu yang dikatakan sosok kuntilanak itu padanya menyangkut sosok yang mengikuti Aldrich. Bahkan kuntilanak itu juga berkata bahwa tadi malam ia pergi dari pohon mangga karena aura rumah Aluna benar-benar membuat kuntilanak itu merasa terancam
Aluna menatap luar dari balik jendela, dapat ia lihat kuntilanak itu masih di pohon mangga dan melambaikan tangan padanya. Aluna hanya menggelengkan kepalanya melihatnya
Aluna menguap, ia sangat mengantuk sekarang. Lagipula jam pun telah menunjukkan pukul sembilan. Aluna hanya berharap agar malam ini ia dapat tidur tenang
Aluna membuka matanya, keningnya berkerut kala melihat rumah yang tidak ia kenali. Dengan langkah pelan ia berjalan menelusuri rumah yang kosong itu
Hingga sampailah ia disebuah kamar yang gelap. Namun, ia dapat melihat dengan jelas bahwa ada seorang perempuan yang tengah duduk ditengah lilin yang melingkarinya
Apa yang sedang ia lakukan? Aluna bertanya-tanya, wajah perempuan itu membelakanginya sehingga ia tidak bisa melihat dengan jelas siapa itu
Lalu tiba-tiba ia berpindah tempat, melihat Aldrich yang hanya diam didepannya. Dengan cepat Aluna pun menghampiri Aldrich
Namun, yang ia lihat sungguh mengejutkan. Salah satu tangan Aldrich terulur ke depan, di salah satu jarinya ia melihat benang merah yang melilit tebal dan benang itu terus berputar
Mata Aluna mengikuti darimana benang itu berasal, hingga matanya membelalak kaget. Benang itu tersambung dengan jari sosok perempuan yang selama ini mengikuti Aldrich
Kaki Aluna tanpa sadar bergerak ke belakang menjauh, apalagi ketika melihat raut wajah menyeringai dari sosok seram itu yang membuat kaki Aluna bergetar
Sosok itu berjalan mendekati Aluna dengan seringainya, Aluna benar-benar ketakutan. Hingga tiba-tiba tanpa diduga sosok itu tepat berada di wajah Aluna
Aaaaaaaaaa
"Aluna? Bangun! Kamu kenapa lagi, ya tuhan?!"
Aluna membuka matanya dengan nafas tersengal, keringat mengucur deras dari keningnya. Alvar yang melihat itu pun segera mengusapnya
"Kamu kenapa Aluna? Kamu tadi mimpi apa?" Tanya Alvar khawatir
Aluna menggelengkan kepalanya, matanya menatap Aldrich yang juga tengah menatapnya. Lalu tatapannya beralih ke tangan Aldrich
Aluna menghela nafas, dia benar-benar lelah dengan ini semua. Tapi ia juga tidak bisa membiarkan ini semua terjadi begitu saja. Tapi tunggu, bukankah ini dapat ia jadikan petunjuk? Ia hanya harus mencari tahu siapa perempuan yang melakukan ritual itu dan apa motifnya